50 Tahun LKSA Marganingsih Lasem: Kisah Kebaikan Hati Manusia untuk Sesamanya

364
Bangunan tua Rumah Gajah yang kini menjadi LKSA Marganingsih Lasem untuk panti puteri dengan patung gajah di halaman depan bangunan. (Foto: Mathias Hariyadi)
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Kosong selama kurang lebih 65 tahun, rumah tua iut kini menjadi berkat bagi sesama, terutama anak dan remaja dari seluruh Indonesia yang tidak beruntung.

LASEM hanyalah kota kecamatan di Kabupaten Rembang; di tapal batas Jateng-Jatim. Sungguh sangat kecil dengan rentang wilayah perkotaan yang juga sangat “pendek”. Tapi tidak dengan jejak nilai budayanya. Karena, Lasem memiliki sejarah panjang.

Di Lasem inilah, jejak-jejak sejarah warisan budaya China masih banyak tertinggal. Di antaranya berupa bangunan-bangunan kuno. Sudah berdiri sejak abad 17-18. Namun, hingga kini masih tetap kokoh berdiri di jalanan utama dan di gang-gang di tengah permukiman penduduk. Baik yang sudah kosong tanpa penghuni maupun yang masih tetap dihuni oleh keluarga dari garis keturunan yang kesekian dari trah marga keluarganya.

Salah satunya adalah Wisma Cinta Sesama “Marganingsih” – Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (panti asuhan) Kongregasi Soeurs de Notre Dame (SND). Berlokasi di tepi Jalan Raya Lasem – akses utama dari Jateng menuju Jatim dan sebaliknya.

Bangunan rumah tua ini dikenal sebagai Wisma Gajah. Lantaran di halaman depan ada patung gajah lumayan besar. Sedari awal, keluarga Oei Ing Hway -pemiliknya- sudah selalu menjadikan rumahnya tidak hanya sebagai tempat tinggal keluarga. Juga mereka manfaatkan sebagai sumber saluran berkat bagi sesama.

Dari pernikahannya dengan Ong Han Nio, Oei Ing Hway punya delapan anak. Salah satunya bernama alm. dr. A. Mariono (Oei Thiam Tjay); dulu direktur RS Sint Carolus Jakarta. Atas kiprah amal kasihnya suka menolong sesama yang kurang beruntung, ia dianugerahi Bintang Ksatria Orde Oranye Nassau oleh Ratu Beatrix dari Kerajaan Belanda.

Dihibahkan

Bangunan rumah seluas 2.953 m2 ini kemudian dihibahkan kepada Kongregasi SND untuk misi kemanusiaan: dijadikan panti asuhan putera. Tak hanya rumah di Jalan Raya Lasem No 105. Karena bangunan lain di Jalan Raya Lasem No 78 milik Mayor Oei Ik Thay kemudian juga dihibahkan kepada SND untuk panti puteri.

Lengkap sudah kisah donasi amal kasih pemberian keluarga besar Oei di Lasem ini kepada Kongregasi SND agar bisa mengampu dua unit LSKA. Di sinilah kini ditampung puluhan anak dan remaja kurang beruntung -mulai dari anak usia dini sampai jelang dewasa- agar martabat kemanusiaannya tetap terjaga.

Gelaran hiburan saat perayaan 50 tahun LKSA Marganingsih Lasem pada akhir November 2022. (Foto: Mathias Hariyadi)

Kisah sejarah amal kasih keluarga besar Oei di balik  keberadaan dua LKSA “Marganingsih” Kongregasi SND inilah yang sejatinya membawa penulis pergi mengunjungi Lasem. Bersama Sr. Maria Monika Ekowati SND, Sr. Kharita SND, dan Sr. Yosefa SND (alm), kami kunjungi Lasem akhir November 2022. Menghadiri pesta syukur atas perjalanan 50 tahun LKSA “Marganingsih”.

Sejarah keberadaan kedua LKSA “Marganingsih” di Lasem ini tidak akan pernah bisa eksis sampai sekarang, bila tidak disertai sejarah amal kasih. Berupa donasi hibah rumah dan bangunan dari keluarga besar Oei yakni Oei Ik Thay dan Oei Ing Hway – dua keluarga sepupuan- yang sungguh sangat dermawan.

Kisah penting tentang sejarah “orang-orang baik” di Lasem inilah yang menjadi esensi penting di balik perayaan syukur merayakan sejarah 50 tahun LKSA “Marganingsih” Lasem akhir November 2022 lalu. Di situ ada Perayaan Ekaristi bersama Vikep Romo Eko Wiyono dan Pastor Paroki Romo Soni Apri Untoro, keduanya imam diosesan Keuskupan Surabaya. Juga ada tontonan hiburan persembahan penghuni panti plus aneka sambutan. Tapi di balik semua kemeriahaan itu, yang perlu untuk dicermati justru kisah bagaimana keluarga Oei ini sampai mau menghibahkan dua rumah besar miliknya kepada Kongregasi SND.

Ditinggal Kosong

Di tahun 1980-an, Sr. Monika Ekowati SND masih berstatus Postulan. Bersama sejumlah kolega calon suster SND ini, ia disuruh bersih-bersih “gedung tua” Rumah Gajah. Waktu itu, bangunan sudah tidak berpenghuni lagi, selain berisi “warga” lain: burung-burung walet. Disebut rumah tua, karena berdiri tahun 1803 dan dibangun keluarga Oei Ik Thay.

Thay adalah cucu Oei Oen Djie, perantau dari Daratan Tiongkok yang datang ke Lasem langsung dari Xiamen. Sekitaran abad XVI, Djie menjadi generasi pertama marga Oei yang meninggalkan Pelabuhan Fuzhou menuju Indonesia (Lasem).

Para suster SND dari berbagai kota datang ke Lasem akhir November 2022 untuk hadiri peringatan 50 tahun LKSA Marganingsih. (Foto: Mathias Hariyadi)

Rumah tua itu sudah kosong selama kurang lebih 65 tahun. Terkesan dibiarkan “begitu saja”, setelah sebelumnya dihuni oleh walet. Sekali waktu, muncul inisiatif dari keluarga besar Oei — antara lain diwakili oleh dr. Mariono dari RS Sint Carolus Jakarta- untuk menghibahkan aset properti keluarga besar Oei ini untuk misi karya amal bagi sesama. “Dan yang beruntung menjadi penerima donasi kebaikan itu adalah kami – Kongregasi SND,” tutur Sr. Monika Ekowati, Provinsial Soeurs de Notre Dame di Lasem, akhir November 2022.

Jadi Berkah

Keluarga terakhir dari garis keturunan marga Oei yang tinggal di Rumah Gajah itu adalah Liem Paa Kiet. Ia ini  menantu Oei Tjiep Liong yang beristrikan Oei Kiem Nio. Pada tahun 1984, keluarga besar Oei secara resmi menghibahkan Rumah Gajah ke LKSA “Marganingsih” Kongregasi SND.

Beberapa puluh tahun kemudian, barulah gedung itu diberkati dan diresmikan fungsinya sebagai panti oleh Uskup Keuskupan Surabaya, Mgr. J. Hadiwikarta (alm) tanggal 10 Agustus 1998.

Bagi Kongregasi SND, kata Sr. Monika Ekowati, peristiwa memperoleh hibah berupa tanah dan bangunan besar itu sungguh merupakan berkah berlimpah.

“Tidak hanya untuk SND, tetapi lebih-lebih bagi anak-anak dan remaja yang dititipkan Tuhan kepada kami untuk merawat hidup mereka dan membesarkan mereka supaya nantinya jadi ‘orang’. Itulah misi Kongregasi SND di Lasem ini,” tutur Sr. Monika SND, penulis sangat produktif ini.

Hal ini juga dibenarkan oleh Sr. Vinsentin SND (74) yang sudah selama 21 tahun mengampu karya panti ini. “Kesabaran dan cinta tulus adalah kuncinya dalam pelayanan khusus ini,” tutur suster yang sejak muda berkarya di lingkungan panti.

Sr. Monika Ekowati, SND (Foto: Mathias Hariyadi)

Poin-poin penting itu pula yang disampaikan Sr. Monika saat memberi sambutan di ajang perayaan syukur 50 tahun LKSA “Marganingsih”. Menurut dia, ungkapan syukur atas sejarah kebaikan orang (baca: keluarga besar Oei di Lasem) kepada sesama (anak dan remaja penghuni panti) ini layak selalu dikemukakan. Lantaran sejarah 50 tahun berdirinya LKSA “Marganingsih” ini sungguh ditandai banyak peristiwa kebaikan.

Taruhlah itu yang terjadi tanggal 23 Juli 2017, ketika Victor Hartono dari Djarum Foundation tiba-tiba datang menyambangi LKSA Wisma Cinta Sesama “Marganingsih” di Lasem. “Saya ini juga masih termasuk anggota trah (keturunan) dari keluarga besar marga Oei,” kata Sr. Monika menirukan ucapan “salam kenal” Victor Hartono saat dia datang menyapa para suster SND pengampu panti Lasem.

Kunjungan Victor Hartono itu di kemudian hari benar-benar membawa berkah besar bagi keluarga besar LKSA “Marganingsih” Lasem. Karena, Djarum Foundation sampai berkenan mengucurkan dana renovasi untuk kedua LSKA. Lalu juga mengisinya dengan seluruh perabotan yang diperlukan.

Kedua rumah tua itu masuk kategori bangunan cagar budaya, maka penampakan bagian depan LKSA “Marganingsih” ini sama sekali tidak boleh mengalami face-off” alias ganti rupa. Harus tetap selalu dipertahankan sesuai bentuk aslinya, ketika bangunan-bangunan tua ini mulai dibangun awal abad IX. Meski proyek renovasi dikatakan sudah selesai September-Oktober 2018, namun Djarum Foundation melalui kegiatan Program Bakti Sosial Djarum masih “merawat” dengan penuh Cinta kedua LKSA di Lasem ini.

Sr. Maria Vincentin, SND (Foto: Mathias Hariyadi)

Sungguh layak berbahagialah Sr. Vita SND di surga. Karena karya panti Lasem hasil gagasan dan rintisannya itu kini sungguh menjadi berkat bagi sesama. Terutama anak dan remaja dari seluruh Indonesia yang tidak beruntung. Lantaran tak “punya” orang tua kandung sejak mereka dilahirkan. Juga bagi mereka yang karena kemiskinan akut harus hidup di kedua panti ini sehingga juga tidak “punya” keluarga inti, selain keluarga besar kedua LKSA “Marganingsih” Kongregasi  SND di kota kecil bernama Lasem ini.

Mathias Hariyadi

HIDUP, Edisi No. 04, Tahun ke-77, Minggu, 22 Januari 2023

1 COMMENT

  1. Luar biasa Bp haryadi tulisannya, begitu detail, meskipun kami hanya cerita sekilas. Kami selalu berdoa bagi keluarga besar Dr Mariono, Bp Sutanto, Bp Viktor Hartono dan semua donatur yang selalu memperhatikan dan menghidupi anak-anak kami. Berkat Tuhan melimpah selalu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here