Santo Benediktus II: Kurang dari Setahun Jadi Paus, Lakukan Pelbagai Terobosan

145
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Ia melakukan pelbagai terobosan dan menghadirkan Gereja sebagai sahabat kaum miskin papa.

SEORANG bocah laki-laki berdarah Romawi memiliki kebiasaan menyanyi. Suaranya elok dan kepiawaiannya membidik nada pun begitu mengagumkan. Bakatnya di bidang tarik suara merupakan talenta yang sudah melekat dalam dirinya sejak dini.

Melihat bakat tersebut, sang ayah mengirim putranya untuk masuk ke schola cantorum, pendidikan untuk belajar musik dan paduan suara gerejani. Pendidikan ini dipilih sang ayah karena si bocah juga memiliki minat yang besar dalam hal-hal gerejani. Bakat yang tak kalah menonjol dalam diri si anak adalah rasa ingin tahu yang begitu besar terhadap pengetahuan Kitab Suci. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan aneka pengetahuan seputar Kitab Suci. Maka ketika memasuki masa mudanya, ia sudah menunjukkan bakat yang begitu kuat di dalam bidang Kitab Suci.

Pendidikan keluarga yang mewariskan nilai-nilai keutamaan Kristiani seolah terpatri dalam diri si anak. Ia memiliki kepekaan yang lebih dibanding dengan anak-anak seusianya mengenai perhatian dan kepedulian kepada orang kecil. Ia dengan mudah berbagi kepada orang yang tak mampu. Bekal tersebut membuat ketertarikan pada dunia religius seputar altar kian bergelora. Ketertarikan ini membawanya pada pilihan kehidupan imamat. Kelak kemudian hari, bocah keturunan Romawi ini menjadi Paus, Pemimpin Gereja Tertinggi.

Itulah latar belakang masa muda Paus Benediktus II. Ayahnya seorang Romawi bernama Yohanes. Benediktus lahir di Roma sekitar tahun 635. Ketika Benediktus sudah menjadi imam, umat yang ia gembalakan mengenalnya sebagai pastor yang rendah hati, memiliki perhatian besar pada kaum miskin dan sangat murah hati. Sifat-sifat ini terus terbawa hingga kelak menjadi Paus.

Intervensi Sipil

Benediktus sudah berkiprah dalam kehidupan dan reksa kegembalaan Gereja sejak muda. Ia berkarya dibawah kepemimpinan dua Paus, yakni Paus Agatho (678-681) dan Paus Leo II (682-683).

Ketika Paus Leo II mangkat, Benediktus pun terpilih sebagai penggantinya pada 28 Juni 683. Namun, ia baru bisa naik takhta pada 26 Juni 684. Hal ini disebabkan oleh tradisi yang berlaku kala itu. Proses dan hasil pemilihan Paus baru harus mendapat persetujuan dari Kaisar Binzantium. Inilah masa-masa ketika domain internal gerejani mendapat intervensi besar dari para penguasa sipil pada zaman itu.

Maka, ketika Paus Leo II wafat dan sudah terpilih Benediktus II sebagai Paus baru, kekosongan Takhta St. Petrus tetap berlangsung selama hampir setahun. Meskipun proses pemilihan Paus berjalan mulus, tetapi hasilnya tetap harus menunggu ketok palu dari sang kaisar.

Setelah mendapat persetujuan Kaisar Binzantium, Konstantinus IV Pogonatus (652-685), Paus Benediktus II pun diinagurasi sebagai Penerus Takhta St Petrus yang sah, menggantikan pendahulunya, Paus Leo II. Jeda terpilihnya Paus Benediktus II dengan inagurasi naik takhtanya sekitar 11 bulan. Maka selama 11 bulan itu, Takhta St. Petrus Lowong (Sede Vacante). Masa interregnum yang cukup lama ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi Paus baru.

Oleh karena itu, agenda pertama usai naik takhta, Paus Benediktus II meminta kepada Kaisar Konstantinus IV Pogonatus untuk mengeluarkan dekrit penghapusan konfirmasi kekaisaran dalam pemilihan Paus baru. Ia mengajukan pertimbangan lamanya Takhta Lowong yang menjadikan kepemimpinan Gereja Roma sedikit terseok.

Ia juga memberikan usulan agar persetujuan Kaisar Binzantium dapat diwakili oleh Pimpinan Gereja Timur di Ravenna yang terletak di Barat. Lalu selanjutnya, persetujuan Pimpinan Gereja Timur di Ravenna baru diteruskan kepada kaisar.

Menurutnya, Pimpinan Gereja Timur di Ravenna –dalam arti tertentu– sudah merepresentasikan kehadiran dan persetujuan dari Patriakh Konstantinopel sebagai Pemimpin Tertinggi Gereja Timur, Penerus Takhta St. Andreas. Pun hal itu menjadi representasi Kaisar Binzantium.

Hal tersebut juga memudahkan pemilihan Primat baru Gereja Roma yang dilakukan oleh para klerus Gereja dan rakyat Roma karena jarak Ravenna relatif memungkinkan lebih cepat terjangkau dibandingkan dengan jarak ke Konstantinopel. Hal ini tentu diusulkan dengan mempertimbangkan lebih lamanya waktu menunggu konfirmasi dari Konstantinopel daripada konfirmasi dari Ravenna.

Melihat pertimbangan dan usulan Paus Benediktus II, Kaisar Konstantinus IV Pogonatus pun menyetujuinya. Setelah itu, Kaisar Binzatium mengeluarkan dekrit sesuai dengan usul Paus Benediktus II. Kaisar ini begitu menghormati Gereja sehingga ia menyerahkan proses dan hasil pemilihan Paus kepada tradisi di Roma.

Meskipun telah dikeluarkan dekrit oleh Kaisar Binzatium pada waktu itu, praktik konfirmasi hasil pemilihan Paus baru oleh kaisar ternyata masih terus berlanjut pada masa-masa berikutnya, pasca wafatnya Kaisar Konstantinus IV Pogonatus pada September 685.

Kaum Papa Miskin

Paus Benediktus II begitu dihormati oleh Kaisar Binzantium. Penghormatan Kaisar Konstantius IV Pogonatus ini terbukti dengan pengiriman dua kunci kepada Paus baru sebagai simbol bahwa kedua putranya diserahkan kepada Paus sebagai anak angkat Penerus Takhta St. Petrus. Kunci itu menjadi lambang ikatan adopsi dua putra kaisar, Pangeran Justinianus dan Heraklitus menjadi anak angkat Bapa Suci.

Sementara itu, terkait dengan perselisihan yang terjadi di Gereja Inggris, Paus Benediktus II berusaha menengahi. Ia memegang teguh kebijakan pendahulunya, Paus Agatho yang dengan tegas membela dan menyatakan keberpihakannya kepada Uskup York, St. Wilfridus (634-709) yang berseteru dengan Uskup Agung Canterbury.

Ketaatannya kepada Takhta Suci membuat St. Wilfridus mendapat dukungan penuh dari Paus Benediktus II. St. Wilfridus diminta untuk tetap bertahan menduduki Takhta Keuskupan York, yang saat itu sudah dibagi menjadi beberapa teritori yurisdiksi gerejani baru.

Perjuangan St. Wilfridus mempertahankan Takhta Keuskupan York terus mendapat ganjalan. Ia terus berusaha dicopot dari takhtanya dengan berbagai cara. Namun dengan setia, ia menjalani semua konsekuensi untuk bertahan menjadi Gembala di York. Dalam situasi sulit ini, Paus Benediktus II senantiasa memberikan dukungan kepada St.  Wilfridus.

Keutamaan hidup Paus Benediktus II tercermin dengan semangatnya untuk merenovasi banyak gereja di Roma. Ia juga menegakkan disiplin hidup religius di biara-biara, di kalangan klerus maupun umat beriman pada umumnya. Bahkan dengan tegas, Paus berdarah Roma ini memerintahkan agar setiap kaum berjubah dan siapapun yang mengampu sebagai pejabat Gereja harus memiliki perhatian pada kaum miskin.

Bela rasanya pada kaum papa sudah terbangun sejak kanak-kanak. Dengan semangat murah hari, ia setia secara rutin beramal dan membantu umatnya yang berkekurangan. Tak mengherankan jika seluruh Gereja ia gerakkan untuk memberikan perhatian lebih pada kaum miskin papa.

Ia menginginkan agar Gereja hadir bagi orang kecil dan tersisih. Usaha melukis wajah Gereja yang dekat dengan kaum papa ini ia pelihara hingga akhir hayatnya sebagai Penerus Takhta St. Petrus. Sayang, masa kepausannya hanya berlangsung pendek, kurang dari setahun.

Paus Benediktus II wafat pada 8 Mei 685. Jenazahnya disemayamkan di Basilika St. Petrus. Meskipun masa bertakhtanya amatlah singkat, kemurahan dan kerendahan hatinya seolah terpatri dalam diri rakyat Roma.

Oleh karena itu, sejak wafatnya, Paus Benediktus II memperoleh penghormatan istimewa sebagai orang kudus di kalangan rakyat Roma. Devosi kepada Paus Pemerhati dan Sahabat Kaum Miskin Papa ini terus berlangsung dan menjadi tradisi dalam Gereja. Hingga kini, Gereja menghormatinya sebagai Santo. Keutamaan dan keteladanan hidupnya diperingati tiap 8 Mei sesuai dengan tanggal wafatnya.

 Yustinus Hendro Wuarmanuk

HIDUP, Edisi No.02, Tahun ke-77, Minggu, 12 Februari 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here