Wow, Ada OMK jadi Prodiakon!

350
Fidelis Cattra Kumara Sanjaya (Foto: Dokpri)
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – SIAPA yang tak pernah melihat kumpulan laki-laki berusia menengah ke atas menggunakan alba, singel, samir, dan salib dada saat Misa berlangsung? Kebanyakan dari kita pernah berjumpa dan bahkan mencicipi pelayanan mereka di gereja. Mereka dikenal dengan sebutan prodiakon di beberapa keuskupan atau pelayan luar biasa (minister extraordinarius). Tugas pokok mereka adalah membantu imam dalam bidang liturgi seperti pelayanan khusus untuk menerimakan komuni kudus, pemakaman, serta memimpin Ibadat Sabda dan Ibadat Tobat.

Umumnya pelayanan ini didominasi oleh kaum pria yang sudah berkeluarga tetapi di Keuskupan Agung Semarang (KAS) tepatnya di Paroki Santo Yohanes Paulus II Brayut, Kapel Santo Yosef Karanglo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ada pemandangan berbeda. Tampak seorang pemuda belia berdiri di antara mereka yang umurnya menyamai usia ayahnya sendiri. Dengan tinggi 172 cm, ia mampu menyedot perhatian apalagi perawakan wajah tak mampu menutupi umur sebenarnya yang justru mempertegas usianya — 19 tahun.

 Peluang Pandemi

“Awalnya saya ditunjuk jadi asisten prodiakon di tahun 2020,” kisahnya sembari mengenang masa awal pandemi Covid-19 saat orang muda menjadi garda terdepan pelayanan. Kala itu, ia bertugas untuk menyampaikan komuni kudus kepada para lansia dan orang sakit agar mereka masih bisa mengambil bagian dalam perjamuan kudus dan menikmati penghiburan sakramental.

“Mas, kamu mau kan jadi prodiakon?” ungkap sang ketua wilayah kepada pemuda yang akrab disapa Cattra ini tanpa basa-basi. Bak guntur di siang bolong, rasa tidak pantas seketika merayap di nadinya. Banyak pertanyaan timbul di benaknya apalagi mengingat ia masih sangatlah muda.

“Saya kan masih muda dan labil. Apalagi untuk mimpin ibadat dan khotbah ke orang yang lebih tua rasanya tidak pantas,” akunya menjelaskan pergumulan batinnya. Andaikata Rasul Paulus hadir saat ini, ia pasti akan memberikan nasihat yang sama kepada Cattra seperti yang ia tuliskan kepada Timotius untuk menepis kekuatirannya, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu” (1Tim. 4:12).

Berbekal ikhlas akan penyelenggaraan ilahi dan dukungan keluarga, mahasiswa Universitas Gadjah Mada ini pun memberikan dirinya untuk melayani sebagai prodiakon pada tahun 2021 hingga kini.  Keputusannya bergabung turut menuai dukungan positif dari sang pastor paroki.

Kelahiran 24 Maret 2004 ini pun bersukacita saat mengetahui teman sepantarannya berkecimpung di pelayanan yang sama. “Jadi engga ngerasa sendiri,” ucapnya. Fiat kedua orang muda ini seperti menggemakan kembali surat cinta Paus Fransiskus kepada orang muda dalam “Christus Vivit” yang berbunyi: “Setelah menerima inspirasi dari Sabda Allah, kita tidak dapat mengatakan bahwa orang muda hanyalah masa depan Gereja; mereka adalah masa kini, mereka sedang memperkaya kita dengan keterlibatan mereka. Orang muda bukan lagi anak-anak, mereka sedang dalam masa hidup di mana mereka mulai memikul tanggung jawab yang berbeda, dengan berpartisipasi bersama orang dewasa lain dalam pengembangan keluarga, masyarakat, dan Gereja (CV 64).”

Bertekun dalam Iman

Setiap tanggung jawab menuntut jerih lelah. Tugas Cattra sebagai prodiakon tidak hanya memberikan komuni kudus tetapi juga memimpin ibadat di lingkungan. Sebagai seorang yang pemalu ia ditantang untuk tampil di depan umum. Ini bukanlah tantangan yang mudah baginya.

“Memberi khotbah adalam momen yang paling buat saya deg-degan,” ucapnya polos. Akan tetapi ia sadar, tidak bisa terus bercokol dalam rasa itu. Satu kekuatannya adalah menyerahkan seluruh kemampuan dan persiapan terbaiknya kepada Tuhan.

Ia mempersiapkan khotbah jauh-jauh hari. Seperti pemazmur, ia merenungkan sabda Allah yang ia baca siang dan malam. Hingga akhirnya menemukan rema yang dengan segera ia tuliskan di buku catatanya. Tak lupa, aneka macam buku rohani dari berbagai penerbit Katolik pemberian ayahnya ia lahap. Judul buku seperti “Aneka Ibadat Lingkungan”, “Aneka Homili Prodiakon”, “Siap menjadi Pengurus Lingkungan” telah menjadi teman seperjalanannya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada umat yang ia layani.

Pengurus misdinar ini juga mengaku bergulat dengan kemalasan yang kadang menggodanya sebagai orang muda. Apalagi jika harus bertugas di pagi hari. “Tantangan terbesar memang datang dari sendiri,” imbuhnya.

Untuk melatih ketekunan itu, Cattra rajin mengikuti Misa harian dan setiap pukul 21.00 mempersembahkan waktunya untuk berdoa Novena 3x Salam Maria. Ini adalah hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

“Entah mengapa, timbul dorongan untuk selalu mengikuti Misa harian dan berdoa Novena,” ungkapnya. Ia sendiri merasakan perbedaan signifikan saat ikut Misa harian dan tidak. Harinya begitu diliputi sukacita serta ada semacam kelegaan di dalam batin ketika memulai hari dengan Misa Kudus. Berbanding terbalik saat ia tidak mengikutinya. “Rasanya suntuk dan tak bersemangat,” celotehnya lagi.

Sungguh, doa adalah tantangan sekaligus petualangan! Dia mengizinkan kita untuk mengenal-Nya semakin lebih baik, untuk masuk jauh ke dalam-Nya dan tumbuh dalam persatuan yang semakin kuat. Dengan berdoa, “marilah kita melakukan kehendak-Nya”, kita memberi ruang bagi-Nya sehingga Dia dapat bertindak untuk masuk dan menang (CV 155).

Menyapa dan Tersapa

Tidak hanya dari keluarga, peneguhan juga ia dapatkan dari orang yang dilayaninya. Dalam pelayanan ini, ia banyak berjumpa dengan orang lanjut usia (lansia). Kini ada tiga rumah dengan total lima umat yang ia layani untuk menerimakan komuni. Salah satunya, Mbah Tuwar, seorang nenek yang setia memeluk iman Katolik meskipun keluarganya tidak.

Dengan motor kuningnya, Cattra dalam kehingan doa bergegas menuju rumah Mbah Tuwar. Sepanjang jalan melewati pematang sawah, ia mendaraskan Doa Salam Maria dalam hati. Ia menyadari betul bahwa Tubuh Kristus yang kudus berada bersama-sama dengannya.

Bak Yohanes Pembaptis yang melonjak kegirangan dalam rahim Elizabeth saat melihat Yesus di dalam rahim Maria, begitu pula Mbah Tuwar bersukacita akan segera menerima Kristus yang dibawa Cattra. Sedari pagi dengan pakaian terbaiknya, Mbah Tuwar sudah duduk sambil memangku Kitab Sucinya menanti kedatangan Cattra di depan teras.

“Saya terharu dengan Mbah Tuwar yang selalu menunggu saya di depan, bersiap menerima komuni,” ucapnya haru. “Meskipun beliau sempat kaget klo prodiakonnya muda sekali,” imbuhnya lagi sambil terkekeh.

Dari pengalaman sederhana itu, Cattra menyadari betapa pentingnya pelayanan sebagai seorang prodiakon. Membawa Kristus kepada mereka yang merindukan sapaan Tuhan sungguh luar biasa. “Pelayanan ini jadi sarana meneguhkan iman orang juga,” ungkapnya.

Tak hanya itu, kerendahan hati Cattra kian diasah. Ia mengasah telinga seorang murid dengan menerima berbagai petuah dari para prodiakon lain yang umurnya jauh berbeda. “Banyak sekali pelajaran kehidupan yang saya petik dari mereka untuk membantu saya pribadi bertumbuh,” tuturnya. Gambaran orang muda dan tua berjalan bersama tercermin dalam pelayanannya.

“Jangan ragu untuk melayani Tuhan disela kesibukan. Tuhan tidak pernah tidur dan Ia pasti memberikan berkat yang kita perlukan untuk menghadapi tantangan yang timbul,” pesan Cattra kepada orang muda lainnya. Kristus ada di dalam dirimu, Dia bersamamu dan tidak akan pergi lagi. Sejauh mana engkau bisa pergi, di sampingmu ada Dia Yang Bangkit, yang memanggilmu dan menantimu untuk memulai kembali. Ketika engkau merasa menjadi tua karena kesedihan, kepahitan, ketakutan, keraguan atau kegagalan, Dia akan selalu ada di sana untuk memberimu kembali kekuatan dan harapan. Orang muda hiduplah! Berikanlah pada diri kalian yang terbaik dalam hidup! (CV 2)

Felicia Permata Hanggu

HIDUP, Edisi No. 17, Tahun ke-77, 23 April 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here