Fronleichnamsfest: Ketika Tubuh Kristus Diarak dalam Suatu Prosesi Inkulturasi

239
Stasi pemberhentian untuk meletakkan Sakramen Mahakudus (Foto: HIDUP/Sr. Bene Xavier, MSsR)
5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Puluhan umat mengenakan pakaian tradisional berjalan sambil mendaraskan doa dan lagu-lagu pujian. Di depan mereka seorang imam membawa Monstran berisi Sakramen Mahakudus yang ditudungi dengan payung besar.

Barisan paling depan terdiri dari para tentara dan petugas pemadam kebakaran yang membawa berbagai bendera serta diikuti rombongan misdinar yang membawa dupa dan lilin.

Di beberapa tempat bahkan rombongan ini diawali dengan putri-putri kecil yang menaburkan bunga mawar di sepanjang jalan. Taburan bunga ini disebut dengan Rosensregen (hujan mawar) sebagai sebuah simbol jalan menuju surga. Rombogan ini berhenti pada setiap stasi yang telah disiapkan dan didekorasi dengan sangat cantik, penuh bunga, kain-kain indah dan lilin.

Setiap rumah memasang kain merah di jendela atau pagar rumah. (Foto: HIDUP/Sr. Bene Xavier, MSsR)

Di setiap stasi mereka akan berhenti kemudian imam meletakkan Sakramen Mahakudus. Dilanjutkan dengan pembacaan perikop Injil yang berkaitan dengan mukjizat roti dan perjamuan malam terakhir.

Setelah itu didaraskan rangkaian doa umat dan beberapa lagu, ditutup dengan pendupaan Sakramen Mahakudus dan pemberian berkat. Kemudian mereka kembali berjalan menuju stasi berikutnya hingga rangkaian acara ditutup dengan kembali ke gereja.

Kemeriahan tersebut bukan hanya terjadi di sepanjang jalan yang dilalui prosesi, tapi hampir setiap rumah memasang kain merah di jendela atau pagar sebagai tanda menyambut kedatangan Sakramen Mahakudus.

Begitulah suasana yang kita jumpai pada kebanyakan tempat di Jerman dan Austria dalam Fronleichnamsfest (Festival Corpus Christi). Kemeriahan perarakan ini dapat kita jumpai saat Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.

Untuk wilayah Jerman dan Austria, hari raya ini dijadikan sebagai libur nasional sehingga biasanya masyarakat juga akan ikut ramai turun ke jalan, baik untuk mengikuti peribadatan maupun sekedar menyaksikan kemeriahan ibadat inkulturasi tersebut.

Tradisi ibadat inkulturasi ini sudah berlangsung selama berabad-abad lalu hingga sekarang. Tidak heran karena Katolik masih merupakan agama mayoritas di kedua negara tersebut (walaupun secara statistik setiap tahun mengalami penurunan).

60 hari setelah Paskah (atau Kamis kedua setelah Pentakosta) Gereja Katolik merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus atau dalam Bahasa Latin kita kenal dengan istilah Corpus Christi.

Inilah perayaan dalam Gereja Katolik untuk memperingati kehadiran Yesus Kristus dalam Ekaristi atau Sakramen Mahakudus. Tujuan perayaan ini untuk menghormati dan mengakui kehadiran nyata Kristus dalam roti dan anggur yang dikonsekrasi saat Perayaan Ekaristi.

Penulis berkesempatan mengikuti prosesi Fronleichnamsfest secara langsung di sebuah paroki bernama Sankt Georg di Desa Wang, sebuah desa kecil di Bayern, Jerman. Untuk melihat bagaimana prosesi tersebut berjalan, silahkan klik link berikuthttps://www.youtube.com/watch?v=Fr4HAxMrp5Q

Ditulis dari Jerman, Sr. Bene Xavier, MSsR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here