Caritas dan Kemanusiaan Tanpa Batas

77
Seorang penduduk Chuguiv berusia 82 tahun, di sebelah timur kota Kharkiv, Ukraina, bereaksi terhadap kehancuran yang disebabkan oleh penembakan Rusia pada 16 Juli 2022.
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – SAAT ribuan rakyat Ukraina melarikan diri dari negrinya  — akibat serangan Rusia —  ke negara-negara perbatasan, salah satu lembaga internasional yang bergerak cepat adalah Caritas. Salah satunya, Caritas Polandia. Caritas ini langsung membuka posko pelayanan bagi setiap pengungsi di perbatasan. Selain membuka tenda-tenda untuk melayani kebutuhan makan dan minum, Caritas ini memberikan pelayanan kesehatan. Tak hanya Caritas Polandia yang bergerak. Caritas-Caritas di negara-negara lain – di mana lembaga nirlaba ini berkarya – juga melakukan gerakan kemanusiaan yang sama.

Kerusakan akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat (Foto: Dok Iska)

Kita tak perlu jauh-jauh. Saat bencana alam menerjang Cianjur, Jawa Barat beberapa waktu lalu, Caritas Keuskupan Bandung, Caritas Keuskupan Bogor, Caritas Keuskupan Agung Jakarta, dan lembaga-lembaga terkait juga langsung bergegas mengirim pertolongan (tim) darurat bagi para korban. Begitu juga saat terjadi bencana alam di Nusa Tenggara Timur. Lagi-lagi, Caritas menjadi salah satu garda terdepan yang hadir di lokasi bencana untuk memberikan pertolongan. Caritas tak berhenti di situ. Lembaga ini juga melakukan pendampingan, monitoring dalam proses recovery. Hal yang sama dilakukan saat terjadi bencana di Sulawesi Barat.

Singkat kata, tak terbilang banyaknya upaya-upaya pertolongan (bantuan) kemanusiaan yang dilakukan oleh lembaga ini. Kuatnya jejaring Caritas membuat lembaga ini lincah dalam bergerak dan tanggap dalam setiap kejadian kemanusian. Maka, tak berlebihan jika Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC dalam rapat evaluasi tahunan Caritas di Batam baru-baru ini, dengan tegas mengatakan, Caritas harus menjadi lembaga gerejani terdepan sebagai palang pintu kemanusiaan.

Caritas memang menjadi salah satu perpanjangan tangan Gereja di seluruh dunia dalam memberikan pertolongan/bantuan kemanusiaan dalam bencana alam. Sekali lagi, Caritas tak hanya tanggap (respon) darurat. Caritas juga hadir sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat yang tertimpa bencana dari sisi ekonomi. Lembaga ini hadir dan berbuat bagi masyarakat tanpa memandang suku, ras, agama, dan golongan.

Tim Tanggap darurat Caritas Keuskupan Agung Makassar (KAMS) menuju lokasi tanah longsor untuk berkoordinasi. [dok.karina.or.id]
Pertolongan diberikan kepada siapa saja yang sedang dalam bencana. Tak mengherankan, kehadiran Caritas selalu meninggalkan cerita/kisah yang tak terlupakan oleh masyarakat setempat. Demikan juga dengan pemerintah setempat. Dalam gerakannya, Caritas selama selalu melibatkan kerja sama dengan semua pihak terkait setempat; termasuk, mengikutsertakan para tokoh agama dan masyarakat.

Indonesia adalah salah satu negara yang rawan bencana alam. Maka, kehadiran lembaga kemanusiaan seperti Caritas sangat relevan dan signifikan. Paus Fransiskus ketika berbicara di depan Delegasi Caritas Internationalis pada General Assembly di Roma, Italia 11 Mei 2023 mengatakan, “Caritas adalah kasih sayang Gereja kepada umatnya, kasih sayang Bunda Gereja kepada anak-anaknya, kelembutan dan kedekatannya.”

Tenda keluarga bantuan Caritas yang didirikan di Desa Sarampad.

Ke depan, kita berharap, Caritas akan terus menjadi ‘sayap-sayap’ kasih yang melakukan pemberdayaan dan pertolongan kemanusiaan di mana pun ia hadir dan dibutuhkan.

HIDUP, Edisi No. 24, Tahun Ke-77, Minggu, 11 Juni 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here