Paus Fransiskus Menjadi Paus Pertama dalam Sejarah yang Menginjakkan Kaki di Mongolia

108
Kedatangan Paus Fransiskus di Mongolia.
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Paus Fransiskus membuat sejarah pada Jumat (1/9) pagi ketika ia menjadi paus pertama yang melakukan perjalanan ke Mongolia, negara berdaulat dengan jumlah penduduk paling sedikit di dunia.

Pesawat kepausan mendarat di ibu kota Mongolia, Ulaanbaatar, pada pukul 09:52 waktu setempat pada tanggal 1 September. Saat Paus Fransiskus turun dari pesawat di Bandara Internasional Chinggis Khaan, ia disambut oleh menteri luar negeri negara Asia tersebut dan seorang wanita muda yang menawari Paus secangkir dadih kering tradisional Mongolia.

Paus Fransiskus mengatakan kepada para jurnalis di dalam pesawat sewaan ITA Airways bahwa mengunjungi Mongolia berarti bertemu dengan “masyarakat kecil, tetapi budaya besar.”

“Saya pikir akan ada gunanya bagi kita untuk memahami keheningan ini… untuk memahami maknanya, namun tidak secara intelektual, dengan indra. Mongolia bisa dipahami dengan indra,” ujarnya.

Kira-kira seukuran Alaska, Mongolia memiliki lima orang per mil persegi. Sekitar 30% penduduknya adalah nomaden atau semi nomaden. Berbatasan dengan Rusia di utara dan Tiongkok di selatan, Mongolia juga merupakan negara terkurung daratan terbesar kedua di dunia dengan Gurun Gobi yang luas mencakup sepertiga wilayahnya.

Selama hampir 10 jam penerbangan, pesawat kepausan melewati lebih dari 10 negara, termasuk Bosnia Herzegovina, Montenegro, Bulgaria, Turki, Georgia, Azerbaijan, Kazakhstan, dan Tiongkok.

Paus mengirimkan pesan kepada para pemimpin masing-masing negara tersebut, termasuk Presiden Tiongkok Xi Jinping. Paus Fransiskus mengatakan kepada pemimpin Tiongkok tersebut bahwa dia berdoa untuk kesejahteraan bangsa Tiongkok dan meminta “berkat ilahi berupa persatuan dan perdamaian.”

Paus berusia 86 tahun itu akan menghabiskan hari pertamanya di ibu kota Mongolia dengan beristirahat di prefektur apostolik. Acara publik pertamanya adalah upacara penyambutan pada 2 September di Lapangan Sükhbaatar bersama Presiden Ukhnaagiin Khürelsükh. Dia kemudian akan bertemu dengan komunitas kecil Katolik di negara itu di Katedral St. Petrus dan Paulus.

Mongolia adalah rumah bagi 1.450 umat Katolik, yang jumlahnya jauh lebih sedikit dari 1% dari 3,3 juta penduduk negara itu. Prefektur Apostolik Ulaanbaatar, sebuah wilayah misi yang tidak memiliki cukup umat Katolik untuk menjamin adanya keuskupan, memiliki yurisdiksi atas keseluruhan Mongolia.

Misi modern pertama ke Mongolia dilakukan pada tahun 1922 dan dipercayakan kepada Kongregasi Hati Maria Tak Bernoda (CICM). Namun di bawah pemerintahan komunis, ekspresi keagamaan segera ditindas, hingga tahun 1992. Imam pribumi pertama Mongolia ditahbiskan pada tahun 2016.

Tahun lalu, Paus Fransiskus menunjuk seorang Italia yang telah melayani sebagai misionaris di Mongolia selama hampir 20 tahun sebagai kardinal termuda di dunia. Kardinal Giorgio Marengo, 49, adalah prefek apostolik Ulaanbaatar, Mongolia, yang melayani seluruh negara.

Motto perjalanan empat hari Paus ke Mongolia adalah “Berharap Bersama.” Dalam pidato Angelusnya minggu ini, Paus Fransiskus mengatakan bahwa perjalanan ini “akan menjadi kesempatan untuk merangkul Gereja yang jumlahnya kecil namun bersemangat dalam iman dan besar dalam kasih, dan juga untuk bertemu langsung dengan orang-orang yang mulia dan bijaksana dengan tradisi keagamaan yang kuat yang saya akan mendapat kehormatan untuk mengetahuinya, terutama dalam konteks acara antaragama.”

“Saya mohon kepada kalian semua untuk mengiringi kunjungan ini dengan doa kalian semua,” ujarnya. **

Courtney Mares (Catholic News Agency)/Fans de Sales

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here