Misa di Gn. Papandayan, Komunitas KOALA Merenungkan Pertobatan Ekologis

344
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Sukacita yang berbeda bila Misa dirayakan di luar gedung Gereja. Apalagi di halaman luas dengan hamparan rumput hijau, alam yang masih asri.

Hal ini dirasakan oleh sekelompok umat dari berbagai wilayah seperti Bogor, Tangerang, Cilegon, Bekasi, Gunung Putri, Cibinong, Jakarta dan mayoritas peserta dari Paroki BMV Katedral Bogor.

Mereka mengikut Misa Alam di Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat. Misa terbuka di Camp Pondok Saladah dengan ketinggian 2320 Mdpl (meter diatas permukaan laut). “Misa ini begitu indah. Di sekitar lokasi Misa dipenuhi bunga Edelweiss yang sangat indah dan tepat kami menghadap kearah Altar yang sangat sederhana disana terlihat puncak Gunung Papandayan yang hijau dan indah dengan ketinggian sekitar 2665 Mdpl,” ujar seorang peserta dan Paroki BMV Katedral Bogor.

Di bawah langit biru yang cerah dan udara yang sangat dingin, Romo Alfonsus Sombolinggi mengajak umat untuk merenungkan bagaimana kasih Tuhan kepada manusia khususnya dengan menghadirkan alam ciptaan yang begitu indah.

Romo Alfons, sapaan imam Dipesan Keuskupan Bogor ini dengan semangat mudah menjadi pendamping komunitas kecil ini mulai Jumat malam, 1 September dari Katedral Bogor. Sekitar 56 peserta ini belajar saling mengenal dan memahami satu sama lain. Mulai dari Bogor, mereka transit di Garut lalu menuju Gunung Papandayan menggunakan mobil bak terbuka.

Bang Ben, seorang tour gate membantu para peserta hingga tiba dengan selamat. “Pendakian kali ini tidaklah muda karena banyak pendaki pemula lintas usia. Mulai usia di bawah 10 tahun hingga ada yang berusia 60-an tahun,” ujar Bang Ben melanjutkan, butuh kerja sama yang apik untuk sampai ke puncak dan bermalam di Camp Pondok Saladah.

Meskipun suhu menyentuh angka 9 derajat Celcius, para peserta tidak putus asa menunggu hingga pagi agar melanjutkan perjalanan. Udara dingin memang membuat banyak peserta tidak bisa terlelap. Api unggun rasanya tidak bisa menghilangkan rasa dingin yang menggigit sampai ke tulang. Malam hari ada berbagai tantangan termasuk teror babi hutan liar yang berkeliaran di sekitar camp.

Ditemani terang bulan dan taburan bintang indah di langit malam, para peserta banyak bercerita tentang berbagai hal. “Setelah malam yang panjang kami lalui di hari Minggu pagi 3 September pukul 04:30 beberapa orang dari kami bergegas berjalan menyambut matahari terbit yang indah dari puncak Hutan mati tepi kawah Gn.Papandayan,” sebut lagi seorang peserta dari Gn. Putri.

Akhirnya pagi indah, nampak sunrise, kawanan kecil ini tiba di puncak gunung dan merayakan Ekaristi. Romo Alfonsi, memimpin Misa dengan suasana penuh khusyuk. Koor membawakan lagu-lagu di tengah alam pegunungan yang asri. Misa alam ini dilalui dengan sebuah kesadaran agar merawat alam, rumah bersama.

Romo Alfons mengingatkan kembali ajakan Paus Fransiskus tentang Ensiklik Laudato Si’ atau pertobatan Ekologis.  “Pertobatan ekologis menyiratkan berbagai sikap bersama demi menumbuhkan semangat perlindungan yang murah hati dan penuh kelembutan terhadap sesama dan semesta. Alam semesta adalah anugerah, jangan dijarah, hidup bersama adalah sukacita, jangan diubah menjadi nestapa,” kata Romo Alfons.

Sebagai tindak lanjut, Romo juga mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan,walau sekecil bungkus permen kalau dibuang sembarangan itu dosa. “Mari mencintai alam, tempat rumah bersama. Dan sebelum mencintai sesama, mari kita mencintai alam semesta. Merawat bumi sebagai tempat hidup segala mahkluk ciptaan Tuhan, manusia sebagai mahkluk paling berakal budi tentu harus bisa menjaga kelestarian alam dan lingkungan, jangan merusak alam, jangan membuang sampah sembarangan.”

Di akhir Misa Alam Romo. Sombo juga mengukuhkan Saudara Beni dan Ibu. Lina sebagai Ketua dan Wakil ketua KOALA (Komunitas Sahabat Alam), saudara Beni dan Ibu Lina sepakat dipilih oleh para peserta yang mengikuti Misa Alam, jadi secara resmi Komunitas Sahabat Alam “KOALA’ terbentuk pada tanggal 3 September 2023 di Gunung Papandayan Garut Jawa Barat.

Ada kesan dari dari kelompok tenda 10 yaitu  Antonius Lai, Ferdinan Sapto , Agustinus Sutanto yaitu setelah mengikuti Misa Alam ini sungguh luar biasa karunia Tuhan, kami seperti menerima panggilan Tuhan, mengajak sesama manusia menjadi Sahabat Alam dan Lingkungan untuk menjaga kelestarian Alam.

Laporan : Petrus Ferdinan Sapto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here