Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi: Mari Mempersiapkan Jalan-Nya

72
Mgr. Pius Riana Prapdi
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 10 Desember 2023 Minggu Adven II Yes.40:1-5, 9-11; Mzm.85:9ab-10, 11-12, 13-14; 2Ptr.3:8-14; Mrk.1:1-8

PERMENUNGAN kita pada Hari Minggu Adven kedua terpusat pada Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan Tuhan dengan penuh belas kasih, seperti arti namanya, Yohanes adalah Tuhan berbelas kasih. Yohanes mempersiapkan jalan-Nya dengan penuh belas kasih yang tampak dalam dua hal ini: pertama, Yohanes menyerukan pertobatan untuk pengampunan dosa. “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (ay. 4); kedua, Yohanes memusatkan pewartaannya kepada Yesus. “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku, membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak” (ay. 6).

Yohanes melakukan tugas pelayanan dengan sepenuh hati dan belas kasih yang melimpah hingga menjangkau semua orang dari segala lapisan dan golongan. Orang tidak akan tergerak dan memberi dirinya dibaptis kalau hatinya tidak tersentuh oleh pemberitaan Yohanes. Pemberitaan Yohanes menyentuh dan menggerakkan hati orang karena pemberitaan dilandasi oleh teladan kehidupan. Kutipan Kitab Nabi Yesaya menggambarkan dengan begitu gamblang pola hidup Yohanes. “Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit harus diratakan, tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran” (Yes 40:5). Pola hidup Yohanes memperlihatkan wujud pertobatan yang nyata: puncak-puncak kesombongan harus diruntuhkan, lembah-lembah kelam harus ditimbun, hati yang bengkok harus diluruskan dan bukit-bukit kebencian harus dipulihkan. Yohanes merendahkan diri sampai merasa tidak layak membuka tali kasut-Nya.

Yohanes membaptis dengan air yang melambangkan pembersihan cara hidup yang lama dan mendorong untuk kembali kepada Allah berkat pengampunan dosa. Dengan menggunakan istilah ‘seluruh’ dan ‘semua’ penduduk, hal ini tidak hanya menunjukkan semua lapisan dan tingkat sosial masyarakat tetapi juga mengajak semua orang melakukan perubahan hidup secara utuh dan penuh. Dengan pengampunan, Allah menerima kembali kita semua yang menyesali dosa dan memenuhi hati kita dengan Roh Kudus.

Yohanes memusatkan pewartaanya pada Yesus. Yohanes menempatkan Yesus sebagai yang utama dan menempatkan dirinya serendah mungkin sehingga untuk membuka tali kasut-Nya pun dia merasa tidak layak. Dengan demikian, Yohanes menyatakan dirinya jauh lebih rendah daripada seorang hamba karena seorang hamba masih bisa membuka tali kasut tuannya. Sedangkan Yohanes merasa bahkan membuka tali kasut-Nya pun tidak layak. Sebenarnya Yohanes bisa saja membanggakan dirinya dan memang ada kesempatan untuk itu bahkan orang menyangka bahwa dia adalah mesias. Namun justru pada titik yang sangat krusial itu, Yohanes menyadari benar siapa dirinya di hadapan Yesus. Ia sadar betul bahwa ada Pribadi lain yang jauh lebih utama dan mulia serta berkuasa. Sentralitas pada Yesus terlihat jelas dari perkataan dan perbuatan Yohanes. Hidup Yohanes menjadi gambaran nyata bagi hidup Yesus.

Yohanes yang hanya memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit serta makanannya belalang dan madu hutan, menunjukkan bahwa yang menjadi pusat hidupnya bukanlah kenyamanan atau dirinya sendiri melainkan Yesus yang diwartakannya. Pemberitaan tentang kedatangan Yesus jauh lebih penting dan utama daripada yang akan dipakai atau dimakannya. Sebaliknya seluruh hidup dan pewartaan Yohanes tertuju kepada Yesus. Dengan itu semua Yohanes mau menegaskan bahwa Yesuslah yang harus dicari dan diikuti sebab Dialah yang jauh lebih tinggi dan mulia.

Maka, kita dapat merenungkan hidup kita masing-masing. Dalam situasi saat ini, hidup kita menunjuk kepada apa atau siapa? Siapa atau apa yang terungkap bila orang lain melihat hidup kita? Apakah terungkap dan tertangkap oleh orang lain di sekitar kita bahwa hidup kita sungguh sebagai murid Kristus?

Masa Adven juga mengajak kita untuk menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali pada akhir zaman. Apakah kita sudah mempersiapkan jalan-Nya untuk kedatangan kedua? Apakah masih ada gunung kesombongan yang harus kita ratakan? Apakah ada bukit kebencian yang harus kita pulihkan? Apakah masih ada lembah kelam kehidupan kita yang harus kita timbun? Apakah dalam pelayanan dan pekerjaan yang dipercayakan kepada kita, kita mengutamakan tokoh utama yaitu Yesus Kristus?

Kita hanyalah hamba-hamba yang tak berguna; yang melakukan apa yang harus kami lakukan (bdk. Luk17:10), selebihnya Tuhanlah yang berkuasa.

Tuhan memberkati.

 “Pemberitaan tentang kedatangan Yesus jauh lebih penting dan utama daripada yang akan dipakai atau dimakannya.”

Majalah HIDUP, Edisi No.50 Tahun Ke-77, Minggu, 10 Desember 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here