Sebuah Skandal Sakrilegi Memicu Penolakan terhadap “Fiducia Supplicans”

943
Kardinal Timothy Dolan
5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Fiducia Supplicans baru saja dikeluarkan Dikasteri Ajaran Iman di Vatikan pada 18 Desember 2023. Tidak sampai dua bulan setelahnya, tepatnya sejak 2 Februari 2024, sebuah petisi untuk menolak dokumen ini telah ditandatangani lebih dari 11 ribu orang dari seluruh dunia.

Petisi penolakan ini menargetkan 12500 tanda tangan. Mereka yang menolak dokumen ini berasal dari berbagai kalangan, mulai dari uskup, para imam, para ahli dan pemikir, aktivis serta kaum awam. Bahkan dapat dikatakan inilah kali pertamanya sebuah dokumen Gereja mendapat reaksi penolakan yang begitu besar.

Sebagaimana kita ketahui, Fiducia Supplicans merupakan dokumen deklarasi Gereja Katolik yang menetapkan serangkaian klarifikasi dan reformasi tentang apa yang disebut “hubungan tidak teratur”, yaitu hubungan yang membentuk monogami dan ikatan emosional yang bertahan lama dan perkawinan yang belum terjalin, tanpa melakukan perubahan apa pun dalam institusi ini.

Pada intinya deklarasi ini menjelaskan tentang makna pastoral dari berkat atau permberkatan dalam Gereja Katolik. Yang menjadi pemicu kontroversi dari dokumen ini karena adanya pemaknaan bahwa pasangan sejenis (homoseksual) juga boleh menerima berkat.

Dengan dikeluarkannya Fiducia Supplicans, tentu saja menjadi angin segar dan harapan baru bagi para homoseksual bahwa mereka diterima di dalam Gereja Katolik, bahkan secara berlebihan dimaknai sebagai lampu hijau untuk semakin bebas mengekspresikan diri. Kebebasan ini juga tidak luput bagi sekelompok homoseksual dan transgender di wilayah New York, Amerika Serikat yang dengan cara memalukan mengadakan peribadatan bagi arwah rekan mereka yang meninggal.

Diketahui seorang pekerja seksual sekaligus seorang transgender asal Argentina, Cecilia Gentili (terlahir laki-laki) meninggal dunia dan disemayamkan di Katedral St. Patrik, New York. Dalam misa requiem yang diadakan pada 15 Februari 2024 tersebut, ratusan tamu yang hadir mengenakan pakaian yang tidak pantas untuk dikenakan di dalam gereja dan mereka memuji-muji Cecilia dengan menyerukan  bahwa Cecilia adalah “Bunda segala pelacur” sekaligus menamainya sebagai “Santa Cecilia.” Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah sambutan berbahasa Spanyol dan Inggris yang dilakukan seorang transgender dan rekannya yang homoseksual.

Seorang transgender menyampaikan sambutan.

Bukan hanya itu, dalam doa umat yang dibacakan, mereka memohon adanya layanan kesehatan yang baik bagi para LGBT, mereka juga mengubah lirik lagu Ave Maria menjadi “Ave Cecilia” dan menari serta bertepuk tangan di sepanjang lorong Katedral. Mereka terinspirasi dari orang kudus Gereja Katolik, Santa Cicilia yang adalah seorang martir akibat tidak mau meninggalkan iman Katolik dan menyamakanya dengan Cecilia Gentili yang dianggap sebagai martir bagi para LGBT di Amerika.

Yang mengenaskan, misa requiem ini dipimpin oleh Edward Dougherty, imam yang bertugas di Katedral St. Patrik. Bahkan dalam homilinya ia mengatakan bahwa tidak pernah ada misa semeriah ini kecuali saat Malam Paskah. Media Amerika The Times dan New York Times menulis peristiwa ini sebagai peristiwa yang belum pernah terjadi dalam Gereja Katolik.

Suasana Misa Requiem

Tentu saja banyak orang yang menggritik pelaksanaan misa itu dan menganggap sebagai sebuah tindakan sakrilegi karena telah menghina Gereja Katolik dan mengolok-olok Tuhan. Saat dikonfirmasi, pihak katedral mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang rencana peribadatan ini yang ternyata telah dipersiapkan dengan sangat baik.

Mengetahui peristiwa ini, mereka yang menandatangani petisi penolakan Fiducia Supplicans juga mendesak Kardinal Timothy Dolan (New York) agar segera dilakukan tindakan eksorsis di Katedral Santo Patrik untuk menyucikan kembali gereja tersebut.

Dalam petisi tersebut juga disebutkan “Dalam pemeliharaan Tuhan, skandal di Katedral St. Patrik ini mungkin bisa menjadi peringatan bagi para uskup di dunia. Jika mereka tidak menghentikan Fiducia Supplicans sekarang – baik dengan melarang pemberkatan semacam itu di keuskupan mereka maupun dengan mendesak Paus Fransiskus untuk membatalkan dokumen tersebut – tidak ada cara untuk mencegah peristiwa asusila seperti itu. Mereka juga akan datang ke paroki-paroki kami.”

Surat terbuka tersebut juga meminta agar penulis Fiducia Supplicans, Kardinal Victor Manuel Fernández segera mengundurkan diri, serta dilakukannya pendisiplinan publik terhadap imam yang memimpin di St. Patrik, Pastor Edward Dougherty.

Sr. Bene Xavier MSsR, Kontributor, dari Vienna Austria

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here