web page hit counter
Rabu, 16 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Prevalensi Kusta Paling Tinggi di Papua, Butuh Penanganan Segera

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – URGENSITAS untuk memberi perhatian lebih serius dan mengambil tindakan nyata secara segera dari semua pihak, khususnya pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan dengan melibatkan pihak swasta dan pegiat sosial, makin terasa perlu. Fakta menunjukkan bahwa jumlah penderita kusta di Tanah Papua semakin bertambah, dan bukan sebaliknya. Dari sepuluh provinsi dengan prevalensi kasus kusta tertinggi di Indonesia, lima provinsi ada di Tanah Papua. Kelima provinsi ini adalah Papua Barat, Papua, Papua Barat Daya, Papua Tengah, dan Papua Selatan.

Seperti dilansir Databoks: Pusat Data Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, mengatakan prevalensi kasus kusta tertinggi pada tahun 2023 secara umum ada di Indonesia Timur. Selain kelima provinsi di Tanah Papua, provinsi lainnya mencakup Maluku Utara, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

Baca Juga Artikel:  Manyambut Hari Pangan Sedunia, Kardinal Suharyo: Menghargai Pangan Lokal, Memartabatkan Petani dan Nelayan

Menurutnya, Provinsi Papua Barat memiliki prevalensi kusta paling tinggi, yakni 13,6 kasus per 10.000 penduduk. Angka ini 22 kali lebih tinggi dari rata-rata nasional. Sementara Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Daya masing-masing memiliki prevalensi 10,77 dan 8,2 kasus per 10.000 penduduk.

Di sisi lain, laman resmi Dinas Kesehatan Provinsi Papua mengutip pernyataan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Arinius Weya, yang mengatakan pada awal tahun 2023 bahwa penanganan penyakit kusta di Tanah Papua membutuhkan waktu panjang.

Dibutuhkan komitmen semua pemangku kepentingan melalui penguatan advokasi dan koordinasi serta kerjasama lintas program dan lintas sektor. Rencana awal target eliminasi penyakit ini adalah tahun ini tapi tidak tercapai akibat perkembangan prevalensi yang ada. Maka pemerintah menargetkan kembali rencana eliminasi pada tahun 2030. Harapannya, prevalensi kurang dari satu per 10.000 penduduk pada tahun tersebut mengingat inkubasi penyakit kusta antara 2-5 tahun.

Baca Juga Artikel:  Ambil Bagian dalam Karya Pendidikan, SCJ Integrasikan Spiritualitas Hati

Tentu kondisi sosial seperti ini mendapat perhatian serius dari keuskupan-keuskupan di Regio Papua. Ketua Komisi Kesehatan Keuskupan Agung Merauke, Pastor Pius Manu, menyebut kondisi penderita kusta di wilayahnya cukup memprihatinkan. Banyak penderita kusta tidak mendapat pelayanan medis dengan baik karena sikap sebagian besar tenaga medis dan minimnya ketersediaan sarana pemerintah. Pelbagai upaya pun dilakukan, misalnya menjalin kerjasama dengan pemerintah dalam rangka meningkatkan layanan puskesmas.

Tak dapat dipungkiri, minimnya fasilitas kesehatan menghambat upaya penanggulangan penyakit kronis ini. Belum lagi rendahnya tingkat pendidikan tentang kesehatan di kalangan Masyarakat, baik yang tinggal di wilayah perkotaan maupun pedalaman.

Akhirnya Keuskupan Manokwari-Sorong, misalnya, melakukan penguatan keluarga. Uskup Manokwarip-Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, menegaskan perlunya memberi dukungan yang kuat kepada keluarga para penderita kusta. Menurutnya, para penderita kusta perlu dirangkul dan dilayani.

Baca Juga Artikel:  Buka Sinode Ketiga, Uskup Sibolga, Mgr. Fransiskus Sinaga Ajak Umat Menjadi Pribadi yang Utuh
Mgr. Hilarion Datus Lega (HIDUP/Katharina Reny Lestari)

Harapannya, pemerintah pusat dan daerah sungguh-sungguh memberikan perhatian dan melakukan tindakan konkrit dan terukur dengan timeline yang jelas. Semoga sebelum tahun 2030, Tanah Papua terbebas dari penyakit kusta.

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 32, Tahun Ke-78, Minggu, 11 Agustus 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles