web page hit counter
Sabtu, 6 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Bupati Halmahera Utara Hadiri Misa Perdana Dua Imam Baru di Gereja Tobelo

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Di Gereja Santa Maria Asumpta Stasi Wayamiga Paroki Bacan Obi (4/8/2025), dua imam baru itu Fransiskus Panggola dan Yakobus Zakaria Balia  ditahbiskan oleh Mgr. Ino Ngutra.

Di Gereja Santa Maria Tobelo kedua imam baru itu mempersembahkan misa pertama, tepat di hari pesta Maria Diangkat ke Surga (10/5/2025). Bupati Halmahera Utara Piet Hein Babua yang adalah warga Kristen Protestan, turut menghadiri misa dan menerima berkat pertama dari kedua imam baru.

Suasana penuh sukacita itu mulai terasa ketika dua imam yang dihantar Wakil Uskup Maluku Utara P.Titus Rahail, MSC bersama sejumlah imam dari Ternate, disambut meriah dengan kalungan bunga, musik dan tarian khas Maluku “Soya-Soya” di kompleks Gereja dan pastoran Tobelo. Puncaknya pada hari minggu (10/8/2025) jam 17:00 misa perdana berlansung meriah. Kor yang sangat bagus dari OMK Paroki Santa Maria Tobelo, membuat suasana gereja yang dipadati umat benar-benar menjadi ajang pesta iman penuh syukur.

Dua imam baru memberkati Bupati Halmahera Utara Piet Hein Babua.

Berbagai sumber resmi sejarah menyebutkan bahwa Kota Tobelo dan sekitarnya yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Halmahera Utara, pada zaman Portugis hampir lima ratus tahun silam, disebut wilayah Moro. Saat itu warga Moro dikenal sebagai suku yang kejam dan suka membunuh, baik dengan senjata tajam maupun dengan racun.

Baca Juga:  Hari Studi Struktural 2025: Penguatan Supervisi Formal dan Informal untuk Meningkatkan Pelayanan Pendidikan

Sejarahwan Pater Adolf Heuken SJ, dalam bukunya “Be My Witness to the Ends of the Earth, The Catholic Church in Indonesia in 16 and 17 Centuries”, menulis tentang Tobelo dibawah sub judul “The Christians of Moro”).

Ketika di Ternate Fransiskus Xaverius mengungkapkan keinginannya untuk pergi ke Moro, para sahabatnya berkali-kali melarang dengan keras, karena mereka takut Fransiskus akan dibunuh atau diracun oleh orang Moro. Fransiskus Xaverius pun mengancam “Jika kalian tidak bisa menyediakan satu perahu untuk saya, naka saya akan berenang sampai ke Moro. Tidak ada satupun kekuatan yang mampu mengalahkan keinginan saya untuk datang ke Moro”.

Fransiskus Xaverius pun pergi ke Moro. Setiap kali berjalan kaki memasuki suatu kampung tertentu, Fransiskus selalu diantar seorang anak laki-laki yang berjalan di depan sambil membawa salib. Puluhan ribu orang menjadi katolik pada masa itu.

Baca Juga:  Penyuluh Katolik Berkolaborasi dengan Komunitas Doa Santa Faustina Melaksankan Pembinaan Iman di Rutan Wirogunan

Sesudah Fransiskus pergi, Portugis membunuh Sultan Khairun di Ternate. Sultan Babullah putra Khairun mengusir semua orang Portugis termasuk para missionaris dari Maluku Utara. Maka terjadi penurunan yang sangat tajam dari jumlah umat katolik hingga benar-benar menjadi minoritas akibat tidak adanya pelayanan.

Masih menurut P.Heuken SJ, meskipun sudah meninggalkan Moro dan melanjutkan missinya ke Cina, Fransiskus Xaverius sangat terkesan dengan Moro, sebagaimana kutipan salah satu suratnya ke Malaka “Belum pernah sekalipun dalam hidup saya, saya mengalami penghiburan rohani yang begitu besar dalam setiap perjumpaan saya dengan orang-orang Moro. Begitu banyak kali saya menangis. Di negeri ini, seorang lelaki sejati mungkin saja akan terganggu penglihatannya karena air mata penghiburan rohani yang berlimpah-limpah”.

Kini umat katolik Paroki Santa Maria Tobelo, meskipun masih tergolong minoritas di bawah mayoritas Protestan GMIH (Gereja Masehi Injili Halmahera) dan Islam, tetapi masih menjadi paroki dengan jumlah umat terbesar di Maluku Utara.

Baca Juga:  Kongregasi FCh Rayakan 34 Tahun Kemandirian dan Hidup Membiara di Palembang

Di dalam Kota Tobelo, ada Gereja Santa Maria yang jadi pusat paroki, dan ada dua Gereja Stasi yakni Santa Elisabeth Mahia dan Santu Yoseph Pitu. Ada sekitar dua puluh wilayah rohani yang di Maluku disebut “Rukun”. Ada biara suster Dina Santo Yoseph (DSY), ada tiga SD dan satu SMP Katolik, juga satu Panti Asihan yang dikelola suster-suster DSY. Yang paling membanggakan adalah adanya Seminari Santo Yoseph (tingkat SMP) dan Tahun Rohani Calon-Calon Imam Diosesan Amboina. Perlahan tapi pasti, karya missi Santo Fransiskus Xaverius ratusan tahun silam di daerah ini mulai membuahkan hasil-hasil yang membahagiakan.

Selesai misa syukur , seluruh umat, termasuk Bupati, larut dalan pesta jamuan makan malam penuh sukacita. Bukan namanya orang Maluku kalau habis makan langsung pulang. Musik yang menghentak dan arena luas penuh orang yang menari, adalah lagu wajib setiap pesta.

Laporan Verry Bataona (Manado)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles