HIDUPKATOLIK.COM – KETIKA Perhimpunan Vincentius Jakarta (PVJ) merayakan HUT ke-150 tahun 2005, panitia menerbitkan buku kenangan. Kovernya menggambarkan seorang anak tengah menikmati kegembiraan dengan bermain di dalam sebuah keranjang. Buku itu diberi judul “Di Sini Matahariku Terbit.” Setelah membaca lengkap buku tersebut, ternyata yang dimaksud dengan “di sini” adalah Panti Asuhan Vincentius.
Turut memberikan kata sambutan dalam buku ini Uskup Agung Jakarta waktu itu, Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ. “Selama 150 tahun, Panti Asuhan Vincentius menjadi rumah bagi anak-anak karena di sana mereka belajar dan didampingi melalui pengalaman sehari-hari untuk mencari, menemukan, tumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang berarti.” Demikain ditulis Kardinal Julius yang kini tinggal di Wisma Emmaus Girsonta.
Lebih jauh Kardinal mengatakan seperti ini. “Di rumah-rumah inilah, melalui kebersamaan dan keterbukaan yang diupayakan, anak-anak asuh dibimbing dan diarahkan agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan kepribadian dan bakat mereka miliki, serta kebutuhan masing-masing untuk menjadi pribadi yang mandiri. Saya menyadari bahwa ini bukanlah tugas, karya atau pelayanan yang mudah. Seperti yang dilakukan oleh pendulang emas, demikian pulalah pengabdian dan pelayanan para pengasuh panti-panti asuhan Vincentius, yakni senantiasa siap dan rela bekerja keras setiap waktu untuk menemukan emas-emas kecil di tengah timbunan lumpur dan pasir. Jelas suatu karya pengabdian dan pelayanan yang memerlukan waktu, kesabaran, ketekunan, perhatian, keberanian, kesetiaan, serta kasih.”
Ungkapan Kardinal Julius ini kiranya masih tetap relevan dan aktual manakala pada bulan Agustus ini, PVJ juga akan menyelenggarakan perayaan HUT ke-170. Panti-panti Asuhan Vincentius: Vincentius Putera, Vincentius Puteri, Panti Asuhan Si Boncel, Panti Asuhan Desa Putera, dan Kampus PVJ (TKK Boncel, SD-SMP-SMK Sint Joseph) tetaplah menjadi rumah bagi ratusan anak-anak yang kini tinggal di rumah besar ini. Hal yang sama juga terjadi ketika Panti Asuhan Vincentius dirintis 170 tahun yang lalu di masa pendudukan Kolonial Belanda.
Merujuk pada penjelasan Pastor Adolf Heuken, SJ yang menulis sejarah lengkap Panti, bahwa pada awal berdirinya, Panti telah menampung anak-anak miskin pada masa itu. Masa-masa yang sangat sulit pada awal-awal itu, terutama pada masa pendudukan Jepang dan masa berakhirnya Perang Dunia II. Anak-anak dan rumah tempat mereka tinggal dalam keadaan tak terurus, serba kekurangan. Namun, para Suster Ursulin yang turut membantu misi Gereja ini tak kehilangan akal dan semangat untuk terus mendampingi dan memberi makan dan pendidikan bagi anak-anak dengan segala keterbatasan hingga misionaris Fransiskan (OFM) kemudian terlibat dalam mengelolanya.
Kita berharap pada HUT ke-170 ini, rumah besar ini akan terus menjalankan perannya seperti berlangsung selama ini. Dari tahun ke tahun, jumlah anak-anak yang kurang mampu, terpinggirkan, rentan dipinggirkan di Jakarta dan sekitarnya justru makin meningkat. Tangan kasih Gereja melalui Panti masih sangat dibutuhkan sebagai rumah yang mengangkat harkat dan martabat mereka sebagai pribadi yang dicintai oleh Allah.
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 33, Tahun Ke-79, Minggu, 17 Agustus 2025






