HIDUPKATOLIK.COM – Gereja, dalam konteks kaum hierarki, sangat mengharapkan keterlibatan umat atau kaum awam yang memang ahli di bidangnya. “Mengharapkan dengan sangat, umat katolik, kaum awam khususnya, sungguh-sungguh terlibat dalam bidang politik dan ekonomi untuk mengupayakan bersama teman-teman dari agama lain demi kebaikan bersama,” ungkap Uskup Keuskupan Pangkalpinang, Adrianus Sunarko, OFM saat menjadi pembicara dalam talkshow bertema Tantangan dan Peluang Membangun Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Bingkai Politik Nasional, di Bangka, Minggu (14/9/2025).

Uskup Keuskupan Pangkalpinang, perwakilan Gubernur Bangka Belitung dan Direktur Eksekutif Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah menjadi narasumber dalam talkshow yang digelar Komisi Kerawam Kevikepan Bangka Belitung, dengan moderator moderator Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI, Pastor Yohanes Kurnianto Jeharut (foto : fennie)
Uskup melanjutkan, misalnya dikatakan dalam Dokumen Apostolik, kaum awam ikut serta mengemban tugas bersama-sama di dalam gereja maupun di dalam dunia.
“Maka mereka sangat diharapkan untuk mewartakan injil, meresapi dan menyempurnakan tata dunia, di dalamnya termasuk politik dan ekonomi, dengan semangat injil. Mereka hendaknya meresapi dan menyempurnakan tata dunia itu ibarat ragi. Bagaimana orang katolik meresapi dan menyempurnakan tata dunia. Kaum awam wajib menerima pembaruan tata dunia sebagai tugasnya yang khusus, politik maupun ekonomi. Konsili Vatikan mengingatkan supaya itu sungguh-sungguh menjadi bagian dari tugas para awam,” tandas Uskup Adrianus.
Melaksanakan Kebaikan Bersama
Di bagian lain talkshow, Benny Sorliam mewakili peserta bertanya kepada Uskup Adrianus bagaimana menggemakan suara kenabian di tengah situasi ekonomi yang tidak baik-baik saja, kerusakan ekologi yang makin parah dan berbagai problem sosial di Bangka Belitung. Menurut Uskup Adrianus, dalam analisa sosial masyarakat terdiri dari tiga komponen besar yakni pemerintah, swasta/bisnis dan masyarakat sipil.

“Idealnya, kalau ketiga-tiganya melaksanakan tugas dengan baik dalam arti berorientasi pada kebaikan bersama (Bonum Commune), harapan kita semua tercapailah Indonesia Emas itu, tetapi yang kita alami itu tidak terjadi. Pemerintah kita mungkin nomor satu dalam hal korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan. Artinya itu tidak ideal. Kelompok kedua, swasta/pebisnis tentunya mereka mengejar keuntungan, tetapi juga jangan sampai mereka kehilangan perspektif kebaikan bersama itu,” imbuh gembala umat Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau ini.
Uskup Adrianus lalu mencontohkan penambang timah yang tidak memikirkan reklamasi. “Itu sama artinya dia kehilangan perspektif kebaikan bersama itu. Begitu pula dengan masyarakat sipil. Yang terjadi kadang tidak menjalankan perannya, kadang terjadi kolusi yang sering biasanya antara pemerintah dan bisnis, korbannya adalah masyarakat sipil. Itu tidak kita harapkan, tapi sering terjadi. Maka gereja mendorong umatnya kaum awam untuk masuk baik dalam dunia bisnis atau juga pemerintah dan politik, tentu sesuai dengan talentanya, untuk menggarami, mengingatkan peran masing-masing supaya tetap menjalankan fungsi sesuai dengan orientasi Bonum Commune.
Uskup Adrianus melanjutkan, jumlah umat katolik memang kecil, tapi itu upaya supaya tiga komponen itu berjalan dengan baik. “Gereja sungguh mengharapkan dan mendorong umatnya masuk ke dalam dunia politik dan pemerintahan. Itu bukan wilayah tabu. Gereja juga mendukung umatnya masuk dalam wilayah bisnis supaya ikut mengembangkan ekonomi masyarakat, tetapi jangan sampai kehilangan perspektif Bonum Commune itu. Juga masyarakat sipil itu sendiri. Ketiganya diharapkan berjalan dengan baik. Kita memang tidak segala-galanya, kita bisa memberi sumbangan dengan menjadi ragi di sana dengan harapan semua berjalan sesuai dengan fungsi,” pesannya.
Menurut Uskup Adrianus, kalau pun tidak melalui dunia pemerintahan dan bisnis, ia masih percaya dan mengingatkan semua tentang kekuatan masyarakat sipil. “Masyarakat kita terkenal dengan nilai gotong royong atau bahasa gereja nilai solidaritas. Sebagaimana pandangan Bung Karno, kalau lima sila dalam Pancasila diperas tinggal satu yang tersisa, yakni gotong-royong,” lanjutnya.
Terpisah, Ketua Komisi Kerawan Kevikepan Bangka Belitung, Pastor Yohanes Agus Riyanto, MSF menuturkan agenda talkshow ini merupakan program tahun 2025 terkait dengan ekonomi politik dalam rangka mengisi tahun yubelium. “Mengingat situasi negara kita memang sedang tidak baik-baik saja, sehingga tampaknya kita harus mencari cara bagaimana kita bisa memperbaiki hidup, bertahan hidup, dan umat atau rakyat di Bangka Belitung ini menemukan cara menghadapi situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu itu. Kerawam mengajak umat dan peserta yang hadir, melalui ormas katolik maupun bukan katolik mereka diharapkan menjadi penggerak agar bisa mengarahkan rakyat atau para konstituennya untuk para politisi supaya rakyat terbantu untuk mengatasi jalan keluar mengatasi masalah ekonomi yang sedang sulit ini,” tuturnya.

Talkshow yang digagas Komisi Kerawam Kevikepan Kepulauan Bangka Belitung Keuskupan Pangkalpinang ini juga menghadirkan narasumber Direktur Eksekutif Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Herman Suparman dan Plt. Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Bangka Belitung Ferdiyan Hermawan Loebis mewakili Gubernur Bangka Belitung Hidayat Arsani yang berhalangan hadir, dengan moderator Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI, Pastor Yohanes Kurnianto Jeharut Pr.
Turut hadir dalam talkshow, umat katolik yang menduduki kursi eksekutif dan legislatif Provinsi Bangka Belitung di antaranya Ketua DPRD Bangka Tengah Batianus, Bupati Bangka Barat Markus, anggota DPRD Bangka Belitung Agung Setiawan, juga para undangan yang terdiri dari Pemuda Katolik, WKRI, ormas dan OKP Kepulauan Bangka Belitung serta organisasi lintas agama.
Fennie Carolina (Pangkal Pinang)






