HIDUPKATOLIK.COM – Bertempat di Taman Pinus, Telaga Mediterania, Citra Raya, Cikupa, Tangerang (12-13 Des), Lingkungan St Aloysius Gonzaga, Paroki Citra Raya, Cikupa menggelar camping rohani selama dua hari, satu malam untuk kaum muda dan remaja. Hadir 19 peserta terdiri dari 10 laki-laki dan 9 perempuan, berusia antara 12 – 18 tahun. Turut hadir para orang tua, dan pengurus lingkungan.
Sepanjang Sabtu (12/12) sampai Minggu (13/12), peserta mengikuti empat sesi penting, yakni: Aku dan Diriku, dibawakan oleh Suster Tekla, CB., Aku dan Tuhanku, oleh Romo Kornelis Paulus B. Koten, SS.CC., Pastor rekan di Paroki Citra Raya; Aku dan Sesamaku, oleh Frater Deo; dan Aku dan Orang Tua. Sesi terakhir ini disampaikan oleh Bapak Agung, sebagai wakil orang tua.

Selain peserta berbagi keceriaan melalui games, sharing pribadi dan api unggun, para remaja mendapatkan pengalaman rohani yang dalam melalui adorasi sakramen mahakudus. Romo Nelis, demikian sapaan akrab Romo Kornelis, mentahtakan Yesus di hadapan peserta, satu per satu, termasuk semua orang tua yang hadir. Kiranya pengalaman rohani ini mempekuat iman kaum muda katolik di lingkungan ini.
Ketua Lingkungan St Aloysius Gonzaga, Bapak Anton menyatakan bahwa camping rohani remaja menjadi salah satu jawaban atas tantangan remaja di masa kini. “Pengenalan diri menjadi aspek penting yang harus dimiliki oleh remaja. Hal ini akan memengaruhi pola komunikasi anak dan orang tua, hubungan dengan teman-teman dan terutama hubungannya dengan Tuhan. Karena itu, pendekatan rohani melalui kegiatan ini menjadi sangat penting”, tandasnya
Hal senada ditegaskan oleh Bpk Stefanus Andrew, Ketua Pelaksana Camping Rohani 2025. Baginya, fenomena membanjirnya media sosial telah mengubah cara remaja bergaul, dan berkomunikasi, baik dengan orang tua, maupun sesama. Bagi Andrew, “Camping rohani membantu remaja untuk menemukan bagaimana membangun komunikasi yang mendalam. Remaja juga mendapatkan pesan penting bahwa yang utama adalah mengenal dan mencintai diri sebagai basis untuk mencintai Tuhan, orang lain dan sesama”. Andrew berharap melalui sharing session selama dua hari ini, remaja mampu melepaskan “topeng dirinya” dan menjadi diri sendiri apa adanya.

Citra Raya dari Lingkungan Aloysius Gonzaga, merasa senang dan bahagia mengikuti camping ini. Baginya, kegiatan ini sangat berkesan karena ia dapat mengikuti sesi pengenalan diri sendiri, bagaimana membangun hubungan yang harmonis dengan orang tua, teman dan Tuhan. “Semuannya penting dan menjadi pembelajaran buat aku, apalagi aku bisa bertemu dengan teman-teman, bisa bercanda dan saling kenal juga”, sambung Valerie.
Romo Nelis punya kesan yang sangat positif terkait kegiatan ini. Untuk kumpulkan remaja dalam kegiatan seperti ini tidaklah mudah di tengah tantangan jaman digital saat ini. Selain itu, ternyata kaum remaja itu lebih dekat dan bahkan mudah akrab dengan teman yang se-frekuensi. “Lihat saja, mereka bahkan lupa tidur karena asyik ngobrol”, paparnya.
Tambahnya lagi, hal yang sangat baik adalah memperkenalkan tradisi gereja yang khas seperti adorasi sakramen mahakudus. Diperkuat lagi dengan orang tua yang hadir dan menemani anak-anak selama kegiatan. Ini bentuk dukungan yang sangat penting dari orang tua, juga totalitas untuk pemberian diri orang tua dalam aktivitas ini patutlah diapresiasi. Satu hal penting, semoga remaja tidak kehilangan harapan tentang hidup dan masa depannya, tandasnya.
Camping rohani bertajuk, “Siapakah Aku? Bagaimana Hubunganku dengan Tuhan, Orang Tua dan Sesama” berlangsung hikmat, ceria, dan berkesan di tengah hutan pinus yang teduh dan nyaman. Partisipasi aktif orang tua selama dua hari ini sangat terasa. Terbangun rasa persaudaraan, kekeluargaan dan dukungan yang kuat dari pengurus lingkungan, dan orang tua untuk perkembangan diri remaja.
Simon W





