web page hit counter
Kamis, 18 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Komunitas Mlampah Ziarah Sendangsono Jalan Kaki 28 Kilo Meter

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – HUJAN gerimis menyertai perjalanan peserta komunitas Mlampah Ziarah (KMZ) Sendangsono di pagi hari, Minggu 14 Desember 2025. Ada sekitar 410 orang telah berkumpul dan bersiap-siap di titik temu yang telah ditentukan, yaitu di Tugu Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka adalah peserta dan panitia  sukarelawan KMZ Sendangsono. Mlampah ziarah Sendangsono adalah komunitas yang berziarah dengan berjalan kaki bersama-sama dari Tugu Yogyakarta menuju Gua Maria (GM) Sendangsono , Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta.

Perjalanan Mlampah Ziarah selalu dimulai dari Tugu Yogyakarta sebagai titik startnya, yang kemudian akan dilepas oleh Roni Romel (Ketua KMZ) tepat di pukul 05.00 WIB. Kegiatan Mlampah Ziarah ini juga dikenal dengan nama Walking Marathon de Sendangsono (WMSS). Perjalanan dengan jalan kaki ini ditempuh sejauh 28Km dengan waktu akhir finish di GM Sendangsono hingga pukul 14.00 WIB. Peserta yang mengikuti WMSS ini bukan hanya diikuti oleh umat Katolik yang berdomisili di Yogyakarta tetapi juga berasal dari berbagai kota di Indonesia. Kegiatan mlampah ziarah kali ini merupakan kegiatan WMSS yang ke 6 sejak didirikan di bulan Juli 2025.

WMSS 6 di bulan Desember ini sedikit berbeda karena diadakan pembagian bingkisan Natal untuk 150 Pendampingan Iman Anak (PIA) Sendangsono. Kemudian acara ini ditutup dengan perayaan Ekaristi bersama Pastor Hari Suparwito, SJ dan Pastor Andik Darmawanto, O.Carm di Gereja Santa Maria Lourdes, Promasan, yang berjarak 1Km dari GM Sendangsono.

Baca Juga:  Caritas Indonesia Melakukan Pendampingan Psikososial untuk Penyintas Bencana Banjir Sumatra dan Menginisiasi Pos Pengungsian Terpadu
Awal perjalanan dari tanjakan mesra. (HIDUP/Evie)

Bagi saya dan suami ini adalah pengalaman yang ke-2 kalinya mengikuti jalan bersama Komunitas Mlampah Ziarah.  Sebelumnya kami mengikuti WMSS ini di bulan Oktober 2025. Perjalanan yang kami alami dengan kondisi yang hampir sama dari hujan gerimis hingga berganti menjadi hujan deras menyertai perjalanan kami. Tetapi cuaca ini tidak menurunkan semangat semua peserta ziarah untuk tetap melaju bersama-sama dengan menggunakan payung dan jas hujan.  Cuaca di bulan Desember kali ini juga kurang bersahabat karena hujan gerimis hingga deras terus berlanjut hingga sore hari, hanya sekali-kali saja muncul sinar matahari. Cuaca ini berbanding terbalik dari perkiraan panitia penyelenggara, karena cuaca Yogyakarta selama beberapa hari sebelumnya panas terik.

Perjalanan ini memberikan saya banyak inspirasi dan permenungan diri.

Pertama, saya diajak untuk belajar sabar dan saling berempati, berjalan bersama teman-teman sekomunitas. Walaupun saya terbiasa untuk lari pagi, dan terkadang saya berpikir untuk lari saja agar cepat mencapai garis finish. Tapi ternyata dengan sabar saya bisa mengikuti ziarah dengan sukacita. Menikmati kesederhanaan, pemandangan alam, merasakan cape dan susahnya perjalanan itu bersama-sama dengan teman-teman sekomunitas.

Baca Juga:  Bersama Tuhan di Tengah Alam, Cara Benah Diri Remaja Katolik St. Aloysius Gonzaga Citra Raya

Kedua, perjalanan ziarah  ini seperti perjalanan hidup yang dihadapi setiap orang, yang tidaklah sama dan tidaklah mudah. Selama berjalan kaki saya menemukan banyak jalan yang beraspal, berpasir, berbatuan, becek, datar, menanjak, dan menurun yang harus dilalui. Lalu cuaca yang tak menentu, bisa panas terik, gerimis ataupun hujan deras. Belum lagi sebuah tanjakan mesra sepanjang kurang lebih 7Km yang harus dilewati untuk bisa sampai pada garis finish perjalanan ini. Semua ini menandakan keadaan perjalanan kehidupan setiap orang setiap harinya. Perjalanan hidup yang tidak selalu baik-baik saja. Pasti ada naik-turunnya, suka dan duka, mungkin juga malah banyak dukanya tetapi peziarahan itu semua harus tetap dihadapi dan dilalui dengan baik dan benar.

Ketiga, penuh berkat dan sukacita, perjalanan dengan berjalan kaki ini adalah perjalanan yang sederhana penuh berkat dan sukacita. Perjalanan yang dapat dirasakan langsung walaupun perjalanan ini terkadang tidaklah mudah. Seperti perjalanan Mlampah ziarah ini, untuk bisa sampai ke garis finish di GM sendangsono, saya harus berjalan kaki menempuh jarak 28Km dengan 4 perhentian yang telah disediakan oleh penyelenggara. Penuh dengan keraguan dan kekhawatiran, Apakah saya bisa? Tetapi dengan berdoa mohon bantuan-Nya dan Bunda Maria, saya dan teman-teman semua diberikan kekuatan kasih Tuhan untuk menyelesaikannya. Kita semua sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikannya kemudian biarkanlah Tuhan yang menyempurnakan semua perjalanan ini.

Baca Juga:  Pohon Natal dan Kandang Natal Diresmikan di Lapangan Santo Petrus

Dalam homili Misa penutupan kegiatan ini, Pastor Hari Suparwito, SJ menyampaikan, “ Perjalanan hidup kita ini tidak ada yang jelas tetapi Tuhan memberikan kita yang terbaik. Peziarahan hidup kita di dunia ini harus dilalui dengan sukacita. Karena Tuhan selalu melindungi dan mencintai kita. Oleh karena itu kita membawa LOVE atau Cinta Tuhan untuk menjalaninya. L adalah Listen, belajar untuk mendengarkan, O adalah Overthinking, memikirkan sesuatu yang baik, V adalah VIP atau menentukan siapa yang terpenting dan E adalah Empathy untuk belajar berbelarasa. Sehingga dengan LOVE atau Kasih kita dapat menjalani kehidupan ini bersama dengan orang-orang yang kita cintai dengan lebih baik bersama Tuhan Yesus.”

Dalam Mlampah Ziarah ini kita diajak untuk selalu sukacita, setia, mau tetap fokus dan berada di dalam jalur yang telah ditentukan Tuhan. Berani mengambil keputusan untuk berhenti sejenak datang kepada-Nya, memperbaharui diri agar tetap semangat dan diberikan kekuatan menjalani peziarahan kehidupan. Karena Tuhan sangat mencintai kita dan kehidupan ini bisa dijalani lebih baik dan ringan bila bersama dengan kasih-Nya.

Eviantine Evi Susanto (Kontributor)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles