Ini Kesan dan Pesan Umat yang Mengenal Mgr. Anton Menyambut 25 Tahun Tahbisan Presbiteratnya

1421
Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Beragam kesan dan pesan terhadap sosok Mgr. Anton, — sapaan akrab Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC menyambut ulang tahun tahbisan presbiteratnya yang ke-25, pada 26 Juni 2021.

Romo Constantinus Eka Wahyu, OSC, Vikaris Paroki Santa Helena Tanggerang:

Romo Constantinus Eka Wahyu (paling kiri)

Tubuh Kecil, Ide dan Hatinya Besar

“Saya mengenal Mgr. Anton, sejak duduk di bangku SD. Meski kami tidak ber

sekolah di SMP yang sama, kami bertemu dan hidup bersama di  seminari dan  Biara Ordo Salib Suci (OSC).  Di satu sisi tubuhnya memang kecil sehingga sangat lincah dan mudah sekali bergerak untuk kerja sana sini. Namun di sisi lain,  otaknya besar sekali sehingga selalu penuh ide; dari ide yang sangat mengagumkan hingga ide untuk bercanda dengan orang lain. Ia setia dan rajin berdoa; tak sehari pun ditinggalkannya tanpa Perayaan Ekaristi. Intimitasnya dengan Tuhan sungguh kuat.  Selain itu, ia seorang yang rajin belajar dan berlatih, termasuk berlatih bernyanyi Usahanya untuk maju sangat bisa diandalkan. Ia adalah tipe orang yang tidak mau diam dan mendiamkan orang lain dalam penderitaan atau kesusahan. Hati yang mudah tergerak oleh belas kasihan.”

Fransiskus Borgias, Pengajar Fakultas Filsafat UNPAR:

Pembelajar

“Saya mengenal Bapak Uskup Anton sejak tahun 1993, saat saya pertama kali mulai mengajar di Fakultas Filsafat UNPAR Bandung. Ia adalah salah satu mahasiswa saya pada waktu itu, saat saya mengajar beberapa mata kuliah teologi dan Kitab Suci. Ia adalah seorang pembelajar yang sangat tekun dan rajin. Ia adalah seorang mahasiswa yang murah senyum, kritis, dan pemberani untuk berbicara di depan umum. Kesan tersebut terus terbawa setelah ia menjadi imam. Ia juga termasuk orang yang mudah belajar suatu ilmu yang baru. Semoga Mgr. Anton selalu sehat, penuh semangat, dan sukacita dalam melaksanakan tugas kegembalaannya; semakin meningkatkan mutu kehidupan agama; dan semakin memberi perhatian besar dalampelayanan terhadap orang-orang kecil. “

Georgius Johannes George Wangsanegara, Panitia Tahbisan Presbiterat dan Episkopal Mgr. Anton:

Rendah Hati

“Mgr. Anton adalah seorang yang pandai, cerdas, luwes dalam berbicara dan khotbah. Kesan ini muncul pertama kali saat saya berpartisipasi sebagai panitia dalam Misa Tahbisannya sebagai imam di gereja Santo Laurentius, Bandung (26/6/1996). Sejak saat itu, saya mengetahui keberadaannya dan mengenal dalam banyak kesempatan di kegiatan Gereja. Saya bersyukur karena berkesempatan menjadi Ketua Panitia Tahbisan Mgr. Anton sebagai Uskup Bandung, yang membuat saya lebih dekat mengenalnya. Ia memberikan teladan kerendahan hati dan keramahan untuk mau dekat dan memperhatikan umat yang digembalakannya. Semoga di pesta perak imamatnya ini, Tuhan senantiasa memberikan kesehatan yang baik, kebahagiaan bagi Mgr. Anton bersama umat yang digembalakannya, serta terus membawa kemajuan bagi Keuskupan Bandung.”

Romo Antonius Haryanto, Imam Diosesan Keuskupan Bandung/Vikaris Paroki Bunda Maria Cirebon:

Awet Muda

“Dalam acara World Youth Day di Polandia, saya berjumpa dengan Luis Kardinal Antonio Tagle di parkiran bus. Kardinal Tagle pada waktu itu menanyakan asal keuskupan saya. Ketika saya menjawab bahwa saya berasal dari Keuskupan Bandung, ia langsung menyahut “Uskupmu yang baby face itu ya?”. Sang Kardinal tersenyum sambil mencoba mengingat nama Mgr. Anton. Meski bertambah usia, Mgr. Anton selalu terasa dan terlihat muda. Bukan hanya penampilan yang tampak muda tapi cara berpikir dan sukacita yang dibagikan. Ia melihat masa kini dan masa dengan optimis dan sukacita sehingga hidup terasa selalu segar. Selain itu, dalam percakapan, ataupun layanan pesan singkat dan email, ia selalu menunjukan kerendahan hati dan penghargaan terhadap sesama dengan mengatakan Sae. Sae pisan (Bagus, Bagus sekali -bahasa Sunda) dan terima kasih. Terima kasih menjadi penegas kerendahan hati dan rasa syukur dengan kehadiran orang lain di sekitarnya.”

Yuliana Maria Mediatrix, umat Paroki St. Martinus-Margahayu/Aktivis Komkep:

Semangat dan Cinta Kasih

“Dua hal yang kami pelajari, Bapak kami bersama, Mgr. Anton, ialah semangat dan cinta kasih. Ia memberikan teladan semangat yang tidak pernah lekang dalam setiap langkah dan pergerakan. Semuanya diwarnai dengan kesungguhan yang menunjukkan cinta yang besar terhadap setiap hal yang menjadi tanggung jawabnya. Selamat ulang tahun imamat ke-25. Senantiasa menjadi teladan bagi kami, para orang muda.”

Romo Yohanes Berchmans Rosaryanto, OSC, Teman dan Rekan/bertugas di Generalat Ordo Salib Suci, Roma:

Saleh dan Sederhana

“Saya mengenal Bapak Uskup semenjak SMA di Seminari Mertoyudan (18984-1988). Sejak semula ia menonjol sebagai pribadi yang tekun belajar dan perhatian kepada teman. Meski tidak banyak bicara, perhatiannya bisa saya rasakan meskipun kadang muncul dalam keisengan yang membuat saya geli. Selain relasi sosial yang baik, relasinya dengan Allah yang memanggil juga tidak saya ragukan. Ia legioner yang rajin, pendoa yang khusuk. Semenjak menjadi imam tahun 1996, saya perhatikan kecintaannya terhadap Ekaristi menjadi semakin besar. Kemana pun ia pergi, ada peralatan Misa sederhana di dalam tasnya. Bahkan di bandara pun dia bisa Misa. “Terpaksa” Misa privat, karena ia sendirian. Kesadarannya akan rahmat imamat sangat tinggi. Perayaan 25 tahun imamatnya bukanlah hal yang utama baginya.

Mensyukuri rahmat lebih penting meski secara sederhana. Kalau pun tidak ada pandemi, saya mendengar rencana dia untuk memperingatinya secara sederhana saja. “Misa saja bersama umat, tidak usah pesta-pesta,” katanya. Saya kira salah satu tugas kita umat beriman ialah mendukung kehendak dia untuk tetap sederhana. Janganlah memasukkannya ke dalam pencobaan melalui pesta-pesta.

Edy Suryatno/Martinus Ifan (Bandung)

HIDUP, No.25, Tahun ke-75, Minggu, 20 Juni 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here