web page hit counter
Jumat, 5 Desember 2025
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Paus: Sinema Lebih dari Sekadar Layar; Ia Mewujudkan Harapan dalam Tindakan

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Paus Leo XIV menyambut para aktor, pembuat film, sutradara, dan penulis naskah untuk hadir di Vatikan, dan menantang mereka untuk menjadi “saksi harapan, keindahan, dan kebenaran” di dunia kita saat ini.

Istana Apostolik Vatikan dipenuhi para aktor, aktris, sineas, dan penulis naskah pada Sabtu pagi ketika Paus Leo XIV bertemu dengan para anggota Dunia Sinema.

Hampir 130 tahun setelah film pertama ditayangkan perdana di Paris pada tahun 1895, Paus menekankan pentingnya film yang berkelanjutan.

Beralih dari sekadar memukau penonton dengan efek visual, sinema menjadi “sebuah ekspresi hasrat untuk merenungkan dan memahami kehidupan, untuk menceritakan keagungan dan kerapuhannya, serta untuk menggambarkan kerinduan akan keabadian.”

Lebih dari sekadar gambar bergerak

Paus Leo mengungkapkan rasa syukurnya atas apa yang diwakili oleh sinema: “seni populer dalam arti yang paling mulia, ditujukan untuk dan dapat diakses oleh semua orang.” Lebih dari sekadar hiburan, film menawarkan narasi perjalanan spiritual manusia.

Hal ini, menurutnya, merupakan kontribusi terbesar sinema bagi umat manusia. Sinema membantu “penonton merenungkan kehidupan mereka sendiri, melihat kompleksitas pengalaman mereka dengan sudut pandang baru, dan menelaah dunia seolah-olah untuk pertama kalinya.”

Baca Juga:  Pesan Paus di Rumah Sakit di Lebanon: Kita Tidak Boleh Melupakan Mereka yang Paling Rapuh
Ki-ka: Cate Blanchett, Spike Lee, Tonya Lewis Lee, dan Viggo Mortensen mendengarkan pidato Paus.

Introspeksi ini mendorong umat untuk menemukan kembali sebagian dari harapan yang esensial bagi seseorang untuk menjalani hidup sepenuhnya.

Paus Leo menegaskan bahwa sinema lebih dari sekadar gambar bergerak, karena “ia menggerakkan harapan.”

Sekilas tentang diri kita

Masuk ke bioskop berarti melewati ambang pintu, Paus menekankan. Dalam kegelapan teater, indra kita dipertajam dan pikiran kita menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal yang mungkin tak pernah kita bayangkan.

Produksi-produksi menjangkau orang-orang yang mencari hiburan tetapi juga mencari makna, keindahan, dan keadilan. Di dunia di mana layar selalu hadir dalam kehidupan kita sehari-hari, sinema dapat menjadi layar yang menawarkan lebih banyak hal.

Paus Leo menekankan “sinema adalah persimpangan antara keinginan, ingatan, dan pertanyaan.” Pikiran kita terdidik dan imajinasi kita berkembang.

Sinema: Jantung Komunitas

Teater dan bioskop, tegas Paus, adalah “jantung komunitas kita karena mereka berkontribusi untuk menjadikan mereka lebih manusiawi.”

Namun, tempat-tempat penting secara budaya ini sedang mengalami kemunduran. Beliau menyoroti bagaimana “seni sinema dan pengalaman sinematik” berada dalam bahaya.

Paus mendorong lembaga-lembaga ini untuk tidak menyerah, tetapi terus bekerja sama melestarikan nilai budaya dan sosial.

Baca Juga:  Paus Leo tentang AI: Generasi Baru Harus Dibantu, Bukan Dihalangi

Seni membuka kita terhadap apa yang mungkin, ujarnya. Keindahan bukanlah pelarian dari kenyataan, melainkan sebuah panggilan.

“Ketika sinema autentik, ia tidak hanya menghibur, tetapi juga menantang,” jelas Paus. Sinema membantu kita merenungkan pertanyaan-pertanyaan yang terdalam di lubuk hati kita.

Sinema dan Yubileum

Pada Tahun Yubileum, kita diundang untuk bergerak menuju harapan dan kehadiran begitu banyak seniman dari seluruh dunia merupakan contoh dari harapan ini.

Paus mencatat bagaimana semua yang hadir juga merupakan peziarah harapan. Namun, perjalanan mereka “tidak diukur dalam kilometer, melainkan dalam gambar, kata, emosi, kenangan bersama, dan keinginan kolektif.”

Merefleksikan apresiasi Gereja atas karya para aktor, sutradara, penulis, dan pembuat film, Paus Leo mengungkapkan keinginannya untuk memperbarui persahabatan antara Gereja dan sinema.

“Sinema adalah bengkel harapan, tempat di mana orang dapat sekali lagi menemukan diri mereka dan tujuan mereka,” tegasnya, mengajak setiap orang yang hadir untuk menjadikan sinema sebagai seni Roh.

Sinema dapat menjadi saksi harapan, keindahan, dan kebenaran—yang sangat dibutuhkan dunia saat ini. Paus Leo mengajak semua yang terlibat dalam sinema untuk menjunjung tinggi panggilan sinema untuk menjadi saksi harapan, keindahan, dan kebenaran.

Baca Juga:  Kongregasi FCh Rayakan 34 Tahun Kemandirian dan Hidup Membiara di Palembang

Ia menantang mereka untuk tidak takut menghadapi permasalahan dunia saat ini. “Sinema yang baik tidak mengeksploitasi rasa sakit; ia mengenali dan mengeksplorasinya,” kata Paus, seraya menambahkan bahwa inilah yang “telah dilakukan oleh semua sutradara hebat.”

Mengungkapkan perasaan yang kompleks dan terkadang gelap yang kita temukan di dalam hati kita adalah “sebuah tindakan kasih,” tegas Paus.

Sebagai penutup, Paus Leo XIV menekankan bahwa pembuatan film adalah upaya bersama dan membutuhkan kerja sama dari semua jenis profesional—mulai dari sutradara dan ahli properti hingga teknisi listrik dan penata rias.

Setiap orang, katanya, penting untuk menciptakan produk akhir, karena perpaduan bakat dan talenta mereka membantu semua yang terlibat “memancarkan karisma unik mereka dalam suasana kolaboratif dan persaudaraan.”

Di akhir audiensi, masing-masing seniman berkesempatan untuk menyapa Paus Leo.

Aktris Amerika Cate Blanchett memberikan Paus sebuah gelang, dan pembuat film Amerika Spike Lee menghadiahkannya sebuah jersey basket New York Knicks yang dipersonalisasi. (fhs)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles