HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 30 November 2025 Minggu Adven I, Yes.2:1-5; Mzm.122:1-2,4-5,6-7,8-9; Rm.13:11-14a; Mat.24:37-44
HARI ini Minggu Adven I, kita memasuki masa Adven. Saat memasuki masa Adven dipasang Korona Adven adalah lingkaran daun hijau yang dihiasi lilin. Makna utamanya adalah lingkaran tanpa akhir melambangkan keabadian Tuhan, daun hijau melambangkan harapan dan kehidupan baru, dan lilin melambangkan Kristus sebagai terang dunia yang mengusir kegelapan. Lilin yang menyala secara bergantian setiap minggu menunjukkan kesiapan umat menyambut kedatangan Kristus. Apa yang kita lakukan dalam menyongsong kedatangan Tuhan?
Melalui Bacaan Pertama, kita ditantang untuk bertanya mengapa harus bersiaga sambil berharap? Siaga untuk menyongsong kedatangan Tuhan pada akhir hidup kita. Nabi Yesaya melihat barisan perkasa bangsa-bangsa berduyung duyung ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Israel (Yes. 2:3) ke Yerusalem Surgawi, ke tempat bahagia dan damai abadi. Bangsa-bangsa tidak lagi menyerang dan tidak pula bersiap-siap untuk berperang (Yes. 2:4).
Siaga ini bukan dibelenggu oleh rasa takut, melainkan karena sangat mendambakan kemuliaan dan sukacita yang tak kunjung henti, seperti tercermin dalam nyanyian ziarah Daud (Mzm. 122:1).
Dalam Injil kita dengar Tuhan datang pada saat yang tak terduga. Yesus membandingkan kedatangan-Nya yang tak terduga dengan peristtiwa air bah di zaman Nuh (Mat.24:36); orang-orang pada masa Nuh sangat asyik dengan urusan makan, minum, kawin-mawin dengan segala urusan duniawi lainnya sampai air bah datang tiba tiba melenyapkan mereka semua tanpa mereka sadari.
Orang-orang itu tidak melakukan apa yang disampaikan oleh Nuh kepada mereka. Nuh memperingatkan agar orang-orang bertobat dari dosa lalu kembali pada Allah untuk percaya dan taat kepada perintah Allah. Yesus juga membandingkan saat kedatangan-Nya dengan orang-orang yang bekerja diladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan (Mat. 24:40). Ini menggambarkan perpisahan yang akan terjadi saat kedatangan Kristus.
Kesempatan untuk bersama-Nya di surga hanya diberikan kepada mereka yang telah mempersiapkan diri secaara rohani. Orang yang selalu setia tidak perlu terkejut. Berbahagialah orang itu yang didapati sedang berjaga (Mat. 24:44). Kedatangan Tuhan yang tak terduga akan merupakan saat pemisahan dan penghakiman. Hamba yang setia dan senantiasa siaga dalam tugasnya diberi tempat yang lebih mulia. Sebaliknya, hamba yang lalai dan gagal akan ditindak secara keras.
Dalam Bacaan Kedua, Paulus menyampaikan segala hal yang harus diperbuat dalam menyongsong kedatangan Tuhan yang sudah dekat. Sekarang telah tiba saatnya bagi semua pengikut Kristus untuk menghayati sepenuhnya hidup Kristus, yakni mau sependeritaan dan sekebangkitan dengan Kristus. Itu berarti berhenti dari kelesuan rohani, sebab “saatnya telah tiba untuk bangun dari tidur” (Rm 13:11); hancur binasakan segala perbuatan jahat: pesta pora yang melampaui batas, mabuk, berkelakuan tidak sopan, perkelahian dan iri hati (Rm. 13:13). Telah tiba masa baru, Tuhan ada di tengah-tengah kita dan menjadi pemandu dalam menjalani liku-liku hidup ini (Rm. 13:14).
Apa yang kita buat dalam kesiapsiagaan menyambut kedatangan Tuhan? Kesiapsiagaan bukan hanya ibadat formalitas! Tidak hanya sekadar menjadi orang Katolik KTP. Tidak hanya kita sibuk dengan segala urusan jasmani maupun rohani secara rutin! Tetapi bagaimana kita hidup hari-hari sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus termasuk kesetiaan pada firman Tuhan dan melaksanakan dalam perbuatan-perbuatan yang penuh kasih pada sesama. Selain itu, bagaimana kita gunakan saat hidup kita untuk bertobat. Saat bangun dari tidur. Saat mati lalu bangkit bersama Yesus Kristus dengan meninggalkan hidup dalam dosa, dengan kebiasaan-kebiasaan negatif seperti pesta pora yang berlebihan, dengan selalu menyibukkan pada urusan duniawi.
Kita diminta kenakanlah Tuhan sebagai perlengkapan senjata terang. Mengenakan Kristus berarti memiliki relasi intim dengan Dia dalam iman yang total, dalam pengharapan teguh dan dalam kasih tulus kepada Tuhan dan sesama. Marilah kita bertanya: apakah kita sudah siap siaga menyongsong kedatangan Yesus yang kedua kalinya sebagai hakim yang adil? Kalau diri sendiri secara jujur mengakui sudah siap, syukurlah, tinggal dipertahankan maupun dikembangkan terus secara maksimal. Tetapi, kita merasa belum siap sedia, adalah waktunya kita semakin bersiap-siap menyambut kedatangan Tuhan Yesus.
“Siaga ini bukan dibelenggu oleh rasa takut, melainkan karena sangat mendambakan kemuliaan dan sukacita yang tak kunjung henti.”
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 48, Minggu, 30 November 2025






