ORANGTUA HARUS SADAR DIRI

175
Romo Erwin (berbaju batik) bersama peserta rekoleksi, di Paroki Katedral Jakarta.
[HIDUP/Yanuari Marwanto]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.comRahmat Allah dapat terwujud dalam keluarga Katolik bila komunikasi dan pendidikan iman bertumbuh dengan baik. Kita butuh rekonsiliasi dengan Tuhan dan sesama.

Orangtua menjadi pintu masuk bagi buah hati mereka untuk mengenal Allah. Kehadiran ayah dan ibu menjadi perwujudan dan tanda kehadiran Allah di tengah putra putri mereka. Maka, orangtua seharusnya sadar diri dalam berpenampilan, bersikap, berbicara, dan memperlakukan anak.

Ada kecenderungan dalam keluarga-keluarga, kata Romo Alexander Erwin Santoso MSF, orangtua memiliki anak kebanggaan. Anak tersebut “terpilih” karena paling menonjol dibandingkan saudara-saudarinya yang lain. Tak heran jika akhirnya orangtua mengistimewakan anak itu. Romo Erwin menilai, tindakan seperti itu keliru. Orangtua, kata Ketua Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta ini, harus sama memperlakukan semua anaknya. “Perlakuan kepada anak-anak seharusnya seperti Allah. Dia tidak pernah membeda-bedakan kasih-Nya. Allah menyayangi seluruh umat manusia, sekalipun mereka berdosa,” kata Romo Erwin.

Lukisan “The Return of the Prodigal Son” (Kembalinya Anak yang Hilang) karya Rembrant menjadi analogi Romo Erwin untuk melukiskan kemaharahiman Allah. Allah yang dipersonifikasi sebagai seorang ayah menyambut kedatangan sang anak yang berdosa dengan tangan terbuka. “Tubuh ayah yang agak membungkuk menunjukkan kerendahaan hati,” kata Romo Erwin lebih lanjut.

“Bagaimana sikap orangtua saat menghadapi anak-anak yang nakal?” tanya seorang umat kepada Romo Erwin dalam seminar bertajuk “Kerahiman Allah dalam Keluarga Melalui Orangtua” di aula Katedral Jakarta, Sabtu, 5/3. Romo Erwin mengatakan, hentikan kenakalan anak dengan lembut dan disiplin, agar nurani mereka berkembang. “Disiplin tidak sama dengan kekerasan. Menghadapi anak dengan kekerasan justru tidak menyelesaikan masalah,” kata Romo Erwin yang berbicara di hadapan sekitar 220 peserta seminar.

Seminar keluarga juga berlangsung di Paroki St Arnoldus Janssen Bekasi, Minggu, 6/3. Romo Sigit Pawanto SVD dihadirkan sebagai narasumber dalam seminar bertajuk “Membangun Keluarga Katolik Menuju Kerahiman Allah yang Memerdekakan dan Berpola Hidup Sehat”.

Romo Sigit mengajak umat mengurangi penggunaan handphone, terutama saat bersama keluarga. Penggunaan handphone yang berlebihan bisa merusak keharmonisan keluarga dan keintiman bersama pasangan. Dalam seminar yang dihadiri keluarga muda ini, Romo Sigit menjelaskan tiga hal penting yang menjadi dasar komunikasi dalam keluarga, yaitu waktu, keintiman, dan kasih. Ketiga hal itu mesti dijalankan seimbang dan dibangun sebagai satu kesatuan demi keutuhan keluarga.

Paroki Kalvari Lubang Buaya, Jakarta Timur, merayakan Tahun Kerahiman Allah dengan menggelar pelayanan kesehatan bagi warga di sekitar gereja. Acara yang berlangsung di Sekolah St Markus 2 Lubang Buaya ini diikuti lebih dari 2000 warga. Warga mendapat pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan gigi, pemeriksaan mata dengan pemberian kacamata gratis, pemotongan rambut gratis, pijat refleksi, dan sex education bagi anak dan remaja.

Momen 24 Jam
Ajakan Paus Fransiskus bagi umat Katolik di seluruh dunia untuk menjadikan 4-5 Maret 2016 sebagai perayaan pengampunan ditanggapi paroki-paroki di Keuskupan Agung Jakarta. Paroki Stella Maris Pluit, Jakarta Utara, membuka pelayanan Sakramen Tobat pada Jumat sesudah Misa pagi sampai Sabtu dini hari, sebelum Misa pagi. Selama 24 jam, pintu bilik pengakuan di paroki ini dibuka. Umat mengantre hingga dini hari untuk mendapat Sakramen Tobat. Sementara di Paroki St Antonius Padua Bidaracina, Jakarta Timur, pengakuan dosa dibuka selama dua hari, Jumat dan Sabtu dengan waktu yang fleksibel, yakni sebelum dan sesudah Misa pagi, siang, dan sore.

Di Paroki Bunda Hati Kudus Kemakmuran, Momen 24 Jam untuk Tuhan sudah dimulai sejak Kamis, 3/3. Kegiatan diawali dengan katekese tentang Sakramen Tobat, dilanjutkan dengan Adorasi, kemudian penerimaan Sakramen Tobat. Semula ditargetkan sebelum Misa pagi Sabtu, pengakuan dosa sudah selesai. Namun, antusiasme umat tak bisa dibendung. Maka pengakuan dosa diperpanjang sampai Sabtu sore. Di Paroki St Odilia Citra Raya, Tangerang, pengakuan dosa dimulai sesudah Misa Jumat pagi hingga Sabtu sore. Umat pun berbondong-bondong mengaku dosa.

Stefanus P. Elu
Laporan: A. Aditya Mahendra/ Yanuari Marwanto/ Agus Swasono

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here