Perdamaian di Tanah Anarki

166
Misa Natal di Katedral St Elias di Aleppo, Suriah.
[i0.wp.com]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com - Dari lima benua di muka bumi, hanya Australia yang tidak dilanda perang. Paus mengajak agar negara-negara mengutamakan dialog dan menghentikan perang.

KATEDRAL St Elias di Aleppo, Suriah remuk karena bom dan rudal yang menghantam pada medio Desember 2016. Namun, tragedi itu tak menghalangi umat Kristiani di Aleppo merayakan Misa Malam Natal. Di antara puing reruntuhan, pelbagai kelompok Kristen Aleppo ini bergabung dalam Misa yang dipimpin Patriark Antiokhia dari Gereja Orthodoks Yunani, John X (Yazigi).

George Bakhash, seorang tokoh Kristen di Aleppo menjelaskan, pertama kali dalam lima tahun terakhir, umat Kristiani di Aleppo merayakan Misa Malam Natal di Katedral. Para imam berdoa untuk perdamaian yang diikuti oleh puluhan jemaat, termasuk beberapa perwira Rusia yang sedang dalam misi perang di Suriah. Seperti halnya Rusia, mayoritas umat Kristen Aleppo mendukung pemerintahan Bashar Hafez al-Assad dalam perang saudara di Suriah.

Bakhash mengatakan, umat Kristiani begitu antusias menyambut Natal. Mereka tidak takut lagi terhadap ancaman rudal dari wilayah yang dikuasai pasukan pemberontak. “Atmosfernya luar biasa. Inilah kelahiran baru untuk Yesus Kristus dan untuk Kota Aleppo,” ujarnyaseperti dilansir Reuters (26/12).

Di sebuah sudut Kota Aleppo yang masih utuh, umat Kristiani memenuhi restoran hingga larut malam. Di antara musik yang melantun lembut dalam temaram suasana malam, mereka menari merayakan Natal di bawah sebuah pohon Natal raksasa.

Perayaan Natal ini, oleh beberapa pengamat hubungan internasional, disebut sebagai kembalinya perdamaian di Bumi Suriah. Untuk pertama kali sejak 2011, Aleppo berada di bawah kendali penuh pemerintah Suriah, setelah sebuah kemenangan besar atas kaum pemberontak pada medio Desember 2016.

[nextpage title=”Perdamaian di Tanah Anarki”]

Misa Natal di Katedral St Elias di Aleppo, Suriah.[i0.wp.com]
Misa Natal di Katedral St Elias di Aleppo, Suriah.
[i0.wp.com]
Pada malam Natal itu, jauh di sebelah utara Kota Damaskus, Presiden Suriah, Bashar al-Assad dan keluarganya mengunjungi sebuah biara Katolik. Di sana, presiden yang baru menerima surat pribadi dari Paus Fransiskus disambut pelukan hangat beberapa anak yatim yang berkostum Sinterklas. Suriah adalah negara sekular sosialis yang menjunjung tinggi toleransi suku, agama, dan ras.

Lembaran Baru
Komunitas Kristen di Aleppo sudah hidup sejak zaman Jemaat Perdana. Namun kemunculan ISIS dan kaum pemberontak Sunni membuat banyak umat eksodus dan mengungsi. Dari sekitar 250 ribu jiwa, kini hanya 50 ribu yang masih menetap di Aleppo. Bakhash berharap, tahun 2017 menjadi awal baru bagi perdamaian di Suriah.

Segendang sepenarian, di Vatikan, Bapa Suci menyerukan agar seluruh dunia membuka lembaran baru bagi perdamaian. Dalam pesan Urbi et Orbi, ia mengutip Lukas 2:14, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai di bumi kepada orang yang berkenan kepada-Nya.”

Pesan ini, lanjut Paus, ditujukan kepada semua orang di muka bumi, terutama bagi mereka yang terluka oleh perang dan konflik. Paus bahkan secara khusus menyebut beberapa tempat yang dilanda perang dan konflik. Perang di Suriah, katanya, telah banyak menumpahkan darah, terutama di Kota Aleppo yang pada medio Desember dihujani bom dan peluru kendali. Ia mendukung upaya genjatan senjata dan meminta komunitas internasional mencari solusi sehingga kehidupan di Suriah bisa dipulihkan lagi.

Bapa Suci juga menyerukan perdamaian antara Israel dan Palestina. Ia berharap kedua negara memiliki keberanian dan tekad untuk menulis lembaran baru sejarah, di mana kebencian dan balas dendam membuka jalan kepada keinginan untuk bersama-sama membangun masa depan dalam prinsip saling pengertian dan harmoni. “Semoga Irak, Libya, dan Yaman, di mana rakyat mereka menderita perang dan kebrutalan terorisme, dapat menemukan kesatuandan kerukunan,” serunya.

Perdamaian Global
Pada awal Desember, Paus menulis pesan untuk Hari Perdamaian Sedunia yang jatuh pada 1 Januari 2017. Dalam pesan bertema “Antikekerasan, Politik untuk Perdamaian”, Paus mengajak semua bangsa, kepala negara dan pemerintahan, pemimpin agama, masyarakat dan tokoh masyarakat menempuh cara hidup antikekerasan dengan menghormati martabat kemanusiaan. “Saya berdoa agar gambar dan rupa Allah pada setiap orang akan memungkinkan kita untuk menyadari bahwa satu sama lain merupakan anugerah suci dengan martabat yang agung ,” tulisnya sebagaimana dilansir vatican.va (8/12).

[nextpage title=”Perdamaian di Tanah Anarki”]

Misa Natal di Katedral St Elias di Aleppo, Suriah.[i0.wp.com]
Misa Natal di Katedral St Elias di Aleppo, Suriah.
[i0.wp.com]
Dalam pesan Urbi et Orbi dan Audiensi Umum, 28/12, Bapa Suci juga menyatakan kerinduan hatinya agar perdamaian melingkupi setiap umat manusia. Ia menyebut beberapa wilayah konflik di Afrika, terutama Nigeria, di mana kelompok teror fundamentalis mengeksploitasi anak-anak menjadi alat teror. Ia menyerukan perdamaian di Sudan Selatan dan Republik Demokratik Kongo supaya perpecahan dapat diatasi. “Semoga orang yang berkehendak baik berusaha untuk lebih memilih budaya dialog ketimbang konflik.”

Konflik di Ukraina Timur pun tak luput dari pesan perdamaian Paus. Ia berharap agar bantuan kepada penduduk sipil korban konflik terus dilakukan dan perdamaian bisa terwujud.

Dua negara Amerika Latin, Kolombia dan Venezuela juga disebut Bapa Suci dalam pesannya. Seperti halnya Kolombia yang berani menempuh jalur dialog dan rekonsiliasi, ia berharap agar Venezuela juga melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengakhiriketegangan saat ini dan bersama-sama membangun masa depan. Pun sama halnya dengan Semenanjung Korea dan Myanmar. Paus berharap, Maynmar bisa mengkonsolidasikan upaya untuk mempromosikan hidup berdampingan secara damai.

Bapa Suci berdoa agar perdamaian melingkupi mereka yang menderita kelaparan dan korban kekerasan, migran dan pengungsi, korban perdagangan manusia. Bagi mereka yang terkena dampak kerusuhan sosial-ekonomi dan bencana alam, ia berdoa agar kedamaian melingkupi mereka.

Dalam seruan perdamaian medio 2016, Paus menyerukan agar masyarakat internasional mengambil langkah-langkah dialog, terutama bagi perdamaian di Timur Tengah. Seruan itu muncul setelah pasukan elit Rusia turun gunung ke Suriah; yang disebut-sebut sebagai reaksi atas terjunnya pasukan elit Inggris dan Amerika Serikat (AS) di Suriah. Saat ini, Rusia dan AS juga sedang bersitegang karena tudingan indikasi pembajakan data cyber AS oleh Rusia dalam Pemilu Presiden AS, November lalu.

Bapa Suci meminta agar semua negara dan komunitas internasional mengutamakan dialog dan menghindari perang. Di dunia yang retak ini, ia menegaskan, antikekerasan mesti menjadi model politik untuk perdamaian. Perang, apa pun teorinya, tak bisa dibenarkan sebagai alat perdamaian. “Saya berdoa semoga Tuhan menumbuhkan semangat antikekerasan dalam pikiran dan prinsip pribadi kita,” demikian Paus.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here