Romo Yohannes Driyanto : Penjual Kayu Bakar

1434
Romo Yohannes Driyanto
[HIDUP/Aloisius Johnsis]
3.7/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com - HARI pertama Februari kemarin merupakan hari istimewa bagi Vikaris Judisial Keuskupan Bogor, Romo Yohanes Driyanto. Pasalnya, imam Keuskupan Bogor ini merayakan pesta perak tahbisan presbiteratnya. Misa syukur digelar di Gereja Beatae Mariae Virginis Katedral Bogor, Rabu, 1/2.

Dalam perayaan itu, Romo Driyanto mengisahkan perjalanannya menjadi imam. Dulu, Driyanto kecil adalah seorang penjual kayu bakar di kampung halamannya di Jawa Tengah. “Saya tidak pernah menduga kalau perjalanan hidup menuntun saya menjadi pastor. Inilah rencana Tuhan yang tidak dimengerti saat itu,” ujar Pemimpin Tribunal Keuskupan Bogor ini.

Semula, pria kelahiran Sleman, Yogyakarta, 2 Desember 1963 ini sempat ditawari oleh kakaknya untuk menjadi imam Keuskupan Agung Palembang. Tapi, karena ke Palembang harus menyeberang laut, ia menolak. Usut punya usut, ternyata Romo Dri fobia laut. “Saya sempat bertanya ke kakak saya, apakah tidak bisa ke Palembang hanya lewat pinggir laut saja?” ujar Romo Driyanto mengisahkan pengalamannya.

Akhirnya, ia memilih menjadi imam dioses Bogor. Itu pun ada alasannya. Ia mau menjadi imam Keuskupan Bogor agar bisa melihat Jakarta. Benar, setelah di Bogor ia pun menyempatkan diri datang melihat Jakarta. Romo Driyanto menerima tahbisan pada 1 Februari 1992.

Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM yang memimpin Misa Syukur 25 tahun tahbisan Romo Driyanto menyampaikan kesan terhadap rekan satu angkatannya ini. “Peran Romo Driyanto sebagai Vikaris Judisial Keuskupan Bogor sangat membantu pelayanan pastoral di bidang hukum Gereja. Beliau adalah imam senior. Kami berterima kasih atas pengabdian Romo Dri selama ini,” ujar Mgr Paskalis.

Aloisius Johnsis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here