Tulah Menjadi Konduktor

767
Lucia Kusumawardani Tirta Pratiwi.
[HIDUP/Edward Wirawan]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Dani mulanya amat tidak suka dengan paduan suara. Kini, ia konduktor paduan suara yang berprestasi global.

Sembari berjalan, Lucia Kusumawardani berkata, “Ini baru selesai rapat evaluasi konser kemarin,” katanya, merujuk pada konser di Pusat Perfilman Usmar Ismail Jakarta akhir Juli silam. Dani, sapaannya, adalah pelatih Paduan Suara Gita Swara Jaya Unika Atma Jaya Jakarta.

Dani mengaku puas dengan konser itu. Selain karena tiket sold out, performa anak asuhnya juga ia nilai baik. Konser bertema “Rentang” itu, kata Dani, bercerita soal rentang hidup manusia dari lahir sampai mati. “Ada narasi penghubung antarlagu sehingga menjadi satu rangkaian cerita.”

Tahun depan, PS Gita Swara Jaya berencana pentas kembali di sebuah kom petisi paduan suara di Jepang. Di tangan Dani, mereka telah mendulang piala dan medali. Misal dalam ajang The 8th International Choir Festival Grand Prix Pattaya 2015 di Thailand, mereka menjadi juara umum. Di ajang itu juga, mereka menyabet status terbaik untuk chamber choir dan spiritual, gospel, jazz without age difference.

Di tingkat nasional, pada 2014, anak-anak asuh Dani meraih gold medal untuk kategori Gospel Spiritual dan Musica Sacra pada ajang Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) XIII di Jakarta. Pada acara yang sama, PS Gita Swara Jaya meraih silver medal untuk kategori Folklore.

Semacam Tulah
Pada mulanya, pemilik nama lengkap Lucia Kusumawardani Tirta Pratiwi ini, tidak menyukai paduan suara. Baginya, paduan suara tidak ada ruang kebebasan berekspresi dalam bernyanyi. Sejak kecil, Dani suka bernyanyi dan bermain musik. Ia berlatih memainkan rekorder, pianika, kolintang, angklung, dan gitar. “Tapi tidak dengan paduan suara. Kala itu saya tidak suka, terlalu banyak aturan ini dan itu,” kenang Dani tersenyum.

Saat Dani di bangku kuliah, PS St Caecilia Katedral Jakarta menggelar konser di Katedral Jakarta. Ketika itu, Dani menjadi satu dari ratusan orang yang menyaksikan konser itu. Entah mengapa, Dani terpesona dengan “Requiem” sebuah karya Mozart yang pada kesempatan itu juga ditampilkan PS St Caecilia yang dilatih Tommy Prabowo. “Saya benar-benar terpesona ketika itu, dan setelah konser usai, saya berkeinginan untuk bergabung.”

Penggemar olahraga sepeda ini, akhirnya mengikuti audisi dan bergabung dengan PS St Caecilia. Di sana, Dani belajar banyak tentang teknik bernyanyi dalam paduan suara. “Ternyata menyenangkan juga, jadi saya semacam kena tulah, dari tidak suka menjadi suka,” imbuhnya.

Awal bergabung di PS St Caecilia, Dani tidak berpikir suatu kali akan menjadi seorang konduktor. Namun, ketika PS St Caecilia meregenerasi konduktor, namanya malah tercantum sebagai calon pelatih. “Saya tidak tahu, entah apa pertimbangan tim teknis dan pengurus saat itu.”

Bersama yang terpilih lainnya, Dani mengikuti workshop teknik direksi paduan suara di Bandung di bawah asuhan konduktor ulung, Avip Priatna. Dani bahkan sempat privat selama beberapa bulan dengan Avip. Selain Avip, ia juga berguru ilmu vokal dan conducting pada Tommy Prabowo. Untuk memperdalam kepiawaian piano, ia berguru kepada Ihsia Wermann.

Sayap Mengembang
Usai rentetan pelatihan itu, Dani mulai melatih PS St Caecilia. Mereka beberapa kali menggelar konser. Pada 2003, Joseph Kristanto Pantioso pelatih PS Gita Swara Jaya melanjutkan studi ke Jerman. Untuk mengisi kursi kosong ini, Atma Jaya meminta Dani yang langsung mengiyakan. Pada 2004, Dani memimpin PS Gita Swara Jaya dalam ajang Pesparawi VIII di Papua. Hasilnya lumayan, mereka merebut Juara Harapan II.

Penyuka travelling ini merasa tak puas. Usai Pesparawi di Papua, ia mengikuti Masterclass for Choral Conducting bimbingan Prof. Rodney Eichenberger di Graz, Austria. Setelah itu, Dani melanjutkan dengan mengikuti aneka pelatihan di berbagai negara. Terakhir pada Oktober 2014, ia mengikuti workshop How to Sing Spiritual and Gospel Songs dari Dr. Andre J. Thomas. “Belakangan ini keteteran untuk ikut lagi karena jadwal padat,” katanya.

Pelbagai latihan itu semakin memantapkan Dani sebagai konduktor. Akibatnya, beberapa kelompok paduan suara dari universitas memberikan tawaran kepadanya. Tapi, Dani tak bergeming. Katanya, hati dan pikirannya sudah untuk Atma Jaya. Meski demikian, ia secara berkala membantu beberapa paduan suara di paroki dan komunitas Katolik. Bahkan, ia juga menjadi pelatih Vox Cordis Choir, sebuah paduan suara komunitas Katolik di Singapura.

Tak Ada Rahasia
Setiap awal tahun ajaran baru, Dani bersama tim mengadakan audisi dua tahap. Pertama, audisi teknis; peserta menyanyikan satu lagu dari repertoar yang sudah ditentukan sebagai materi audisi. Kedua, wawancara untuk mengetahui attitude setiap peserta audisi. “Keduanya sangat penting, karena tidak hanya dibutuhkan kemampuan bernyanyi atau teknik vokal, tapi juga mental bekerja sama dalam kelompok dan siap bekerja keras.”

Dani menekankan agar anak asuhnya kerja keras dengan disiplin tinggi dalam berlatih serta membangun kekompakan. Anak-anak muda, jelas Dani, cenderung membuat gap atau kelompok dalam kelompok. “Hal itu tidak baik bagi sebuah paduan suara.”

Lantas, agar anak asuhnya kompak, menjelang konser Dani meminta mereka untuk mengadakan acara berkumpul atau hang out bersama. “Mereka kumpul, bermain tanpa latihan menyanyi, bahkan bisa curcol. Dan itu memberi efek besar saat mentas.”

Di rentang panjang melatih PS Gita Swara Jaya, Dani mesti beradaptasi. Beda masa, beda generasi, beda pula pendekatan. Generasi muda saat ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi 90-an atau 2000-an. “Saat ini, pendekatan yang keras tidak bisa lagi. Ada dua kemungkinan; mereka ciut dan tak mau terlibat atau mereka terpacu. Kemungkinan pertama paling dominan terjadi.”

Karena itu, Dani mesti pandai-pandai menempatkan diri, kapan sebagai teman, kakak, dan pelatih. Hal positif dari melatih mahasiswa atau OMK di Gereja, Dani memiliki ruang untuk bereksplorasi. Ia bisa melatih mereka dari awal, baik vokal maupun kekompakan. Berbeda jika melatih paduan suara yang sudah expert; ada ego dan mental enggan diatur karena merasa diri sudah jago.

Dani menyebut, tim juara di Pesparawi Salatiga 2008 dan tim yang ke Thailand 2015 sebagai tim terbaik yang pernah ia tangani. Itu bukan karena mereka juara. Kata Dani, juara itu hanyalah mahkota dari nilai-nilai kekompakan, kerja keras, dan rendah hati. “Saya bangga kalau mereka tidak hanya pandai menyanyi, tapi juga menjadi pribadi yang baik, berkarakter, dan rendah hati. Karena memuliakan nama-Nya jauh lebih penting daripada mencapai popularitas diri,” pungkas umat Paroki Maria Bunda Karmel Tomang, Keuskupan Agung Jakarta ini.

Lucia Kusumawardani Tirta Pratiwi
TTL :
Jakarta, 22 Januari 1977
Orangtua : Antonius Is Suwarso dan Subechi Dwi Astuti
Saudara : Christina Iswi Ayu dan Theodorus Aryo WN

Pendidikan:
• SMP Sang Timur Jakarta
• SMAN 78 Jakarta
• S1 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara Jakarta

Paduan Suara yang dilatih:
• PS Gita Swara Jaya Unika Atma Jaya Jakarta
• Koor Paroki St Monika Serpong
• Vox Cordis Choir, Singapura
• PS KKF SCBD Jakarta
• PS St Albertus, Paroki Kristus Salvator Slipi

Pelatihan:
• Masterclass for Choral Conducting Austria, 2004.
• International Choral Workshop di Rimini 2008.
• Workshop dan masterclass bimbingan Prof. Dieter Mack, Jennifer Tham dan Prof. Andre de Quadros.
• Masterclass for Choral Conducting Hungaria 2011.
• How to Sing Spiritual and Gospel Songs 2014.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here