Pertikaian Konduktor Melawan Diktator

524
Gustavo Adolfo Dudamel Ramírez.
[NN/Dok.Pribadi]
1/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Dudamel, musisi orkestra bereputasi global menjadi musuh diktator Venezuela. Musik, seperti diyakini Dudamel, bisa menjadi media perubahan sosial.

Di blantika orkestra musik dunia, Gustavo Dudamel adalah konduktor ternama. Musisi beraliran klasik ini pernah mentas di banyak negara Eropa dan Asia. Di tanah kelahirannya, Venezuela, Dudamel adalah musisi ikonik. Maka suara kritik pria kelahiran 26 Januari 1981 ini kepada Presiden Nicolás Maduro menjadi sebuah perlawanan yang harus diredam. Kritik Dudamel yang memiliki berlaksa penggemar, punya kekuatan yang mengancam Maduro.

Maduro kesal bukan kepalang karena surat terbuka Dudamel yang berisi lirik-lirik kritikan. Surat bertajuk “Cukup adalah Cukup” itu membuat murka Maduro. Akibatnya, tur konser Orkestra Pemuda Nasional Venezuela yang dipandu sang konduktor di negeri Paman Sam dibatalkan.

Cukup Sudah
Surat terbuka Dudamel bermula dari mega demonstrasi yang menewaskan puluhan orang Juli silam. Di demonstrasi bersimbah darah itu, Armando Cañizales, seorang musisi berusia 18 tewas. Armando merupakan alumnus El Sistema; tempat Dudamel kecil belajar. Orkestra Pemuda Nasional Venezuela adalah cabang dari El Sistema.

Kematian juniornya itu memecah kesunyian direktur musik Los Angeles Philharmonic ini. Dudamel mulanya menjadi karib rezim Maduro dan pendahulunya, mendiang Hugo Chavez. Tak jarang, dalam setiap acara, Dudamel berfoto bersama dua sosok itu. Ia bahkan hadir di pemakaman Chavez pada 2013 silam.

Kedekatan itu sempat melahirkan cemoohan bagi Dudamel, baik di Venezuela maupun luar negeri. Banyak pihak menyayangkan mengapa ia tidak bersuara di tengah prahara politik dan ekonomi Venezuela. Gabriela Montero, pianis Venezuela yang bermain di pelantikan mantan Presiden Obama pada 2008 menuduh Dudamel sebagai “sahabat diktator”.

Montero yang kerap menyerang tajam pemerintah Venezuela ingin Dudamel menyuarakan perlawanan. Tapi suami artis María Valverde ini tak bergeming. Bahkan pada September 2015, dalam sebuah editorial Los Angeles Times, Dudamel menulis, bahwa ia bukan seorang politikus yang secara terbuka mengambil posisi politik atau menjadi partisan baik di Venezuela atau di Amerika Serikat.

Ketika Dudamel membuka suara perlawanan kepada Maduro, dengan semua atributnya ia tidak hanya melahirkan tekanan media dalam negeri, tapi juga media internasional kepada Maduro. Dudamel mengingatkan kita pada sosok Beato Oscar Romero yang dekat dengan diktator tapi kemudian berbalik dan menjadi momok menakutkan bagi diktator El Salvador pada akhir 1970 hingga 1980-an.

Perubahan Sosial
Perlawanan Direktur Orkestra Simón Bolívar Symphony Orchestra Venezuela ini sejatinya merupakan visi dasarnya dalam bermusik. El Sistema mendidik Dudamel untuk mengubah dunia dengan musik. Ada jiwa perubahan sosial dalam setiap darasan ciptaan dan pentasan orkestra Dudamel.

Ini tidak terlepas dari pengaruh José Antonio Abreu, pendiri El Sistema yang juga merupakan mentor Dudamel. Selama beberapa dekade, El Sistema yang berdiri pada 1975, menampung hampir setengah juta anak-anak miskin di Venezuela. Dalam bingkai kemiskinan inilah, Dudamel sebagaimana siswa lainnya, memiliki tanggung jawab sosial; siswa senior menjadi mentor bagi yang muda, sementara yang telah menjadi musisi sukses akan menjadi guru membantu para juniornya.

Bakat Dudamel lahir dari ayahnya yang seorang trombonis dan sang ibu yang adalah guru musik. Perpaduan ini membuat Dudamel menjadi anak kecil yang beda. Saat teman-temannya bermain dengan lukisan, ia bermain simfoni. Ia mengagumi ayahnya. Tapi lengan seorang anak kecil tak bisa menjangkau alat musik trombon. Sebagai penggantinya, ia memainkan biola.

Dudamel kecil gandrung dengan dunia konser dan orkestra. Saking terpikatnya, ia mengkreasi permainannya sendiri. Ia memiliki boneka kecil tentara mainan. Tapi ia tidak bermain peperangan. “Saya memasukkan mereka ke posisi orkestra, dan kemudian saya akan menyalakan musik, dan saya akan selalu menjadi konduktor,” kenangnya.

Di El Sistema, bakat Dudamel berkembang pesat. Pada usia 12 tahun, dia diberi jabatan asisten konduktor di Barquisimeto. Pada tahun berikutnya, ia memiliki ruang orkestra sendiri. “Saya sedang dalam sebuah latihan di Barquisimeto, konduktornya sakit, dan podium kosong, jadi saya pikir, oke, dan saya mengambil tongkat itu.”

Kemanapun Dudamel diundang, ia berusaha untuk membawa unsur sosial ke pentas musik. Ia hadir dalam konser orkestra orang muda dan mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan sosial. Dudamel bahkan meminta orang muda yang tidak mampu untuk hadir di konsernya tanpa biaya. Semua itu, jelas Dudamel, karena visinya tentang musik sebagai sarana untuk membangun dunia yang lebih baik, dan itu dimulai dari generasi muda.

Visi sosialnya juga tampak ketika ia menolak digaji, meski menjabat sebagai kepala konduktor Orkestra Símon Bolívar Symphony Venezuela. Dia juga memastikan bahwa semua solois dan musisi tamu yang datang dari negara lain untuk bekerja di Venezuela juga berkontribusi secara sosial di El Sistema.

Di Los Angeles, Dudamel telah menja di tokoh kunci dalam peluncuran YOLA; sebuah program orkestra untuk orang muda yang terdiri lebih dari 600 anak-anak tidak mampu. “Sungguh menakjubkan bagaimana anak-anak telah berubah, secara pribadi, sosial, dan juga secara artistik. Bukan hanya mereka sekarang bermain selaras, tapi juga memikirkan musik untuk membangun kehidupan.”

Dudamel juga terlibat dalam proyek serupa di Swedia, di mana dia menjadi konduktor utama Orkestra Simfoni Gothenburg. Ia terlibat dalam pendirian El Sistema di pinggiran Gothenburg di Hammarkulle. Pun begitu di negara lain di Eropa.

Duta Masa Depan
Kepiawaiannya dan visi perubahan sosialnya dalam bermusik mendapatkan pengakuan besar. Selain penghargaan internasional, beberapa musisi orkestra internasional mengakui peraih Grammy Award 2012 ini.

Anna Larsson, penyanyi kontralto Swedia menyebut Dudamel sebagai salah satu musisi paling alami yang pernah ia temui. “Dia berkomunikasi sepenuhnya melalui musik, yang membuatnya sangat mudah untuk bekerja dengannya,” kata Larsson yang telah berduet dengan Dudamel di banyak konser besar.

Thomas Clamor, musisi Jerman yang telah bekerjasama dengan Dudamel selama belasan tahun menyebut Dudamel sebagai musisi dengan jiwa sosio kultural yang dengan itu mengubah dunia. Sepenarian dengan Clamor, pianis Emanuel Axe, melihat Dudamel bukan hanya pendukung musik baru yang penuh gairah, tapi juga seorang duta untuk masa depan. “Saya pikir masa depan Gustavo benar-benar tanpa batas. Dia akan menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah musik.”

Dudamel tak besar kepala dengan semua pujian itu. Ia mengakui musik bukan satu-satunya yang bisa menyelamatkan dunia. “Tapi di Venezuela di mana penonton penuh dengan perpecahan, menjadi satu ketika kita mulai main. Musik adalah simbol persatuan, hanya satu negara, dan pada akhirnya, hanya satu dunia.”

Gustavo Adolfo Dudamel Ramírez
TTL : Barquisimeto, Venezuela, 26 January 1981
Istri : María Valverde Rodríguez
Anak : Martín Dudamel Maturén

Penghargaan:
• The City of Toronto Glenn Gould Protégé Prize Kanada 2009
• The Gramophone Awards Artist of The yEar
• Grammy Award for Best Orchestral Performance 2012
• Leonard Bernstein Lifetime Achievement Award for the Elevation of Music in Society from the Longy School 2014
• The Americas Society Cultural Achievement Award 2016.

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here