Berbagi Cinta Lewat Mendongeng

253
Emmanuella Mila Mariastuti.
[NN/[Dok.Pribadi]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Pengalaman mendengarkan dongeng semasa kecil membekas di hati dan benaknya. Ia pun menjadikan dongeng sebagai bahasa cinta orangtua dan anak. Menurutnya anak-anak menyukai dongeng.

Sekelompok anak duduk mengelilingi seorang perempuan berkacamata. Tak lama berselang, perempuan itu mulai mendongeng. Dengan antusias anak-anak menyimak dongeng yang diceritakan.

Kegembiraan meliputi hati perempuan yang membawakan dongeng. Emmanuella Mila Mariastuti, demikian nama perempuan itu. Mendongeng untuk anak-anak menjadi salah satu cara bagi Mila, sapaannya, untuk berbagi. Ia merasa bahagia karena bisa berbagi cerita dongeng kepada anak-anak.

Mendekatkan Hubungan
Mila mengenal dongeng sejak kanak-kanak. Sang ayah kerap membacakan do ngeng sebelum Mila tidur. Imajinasi Mila kecil mengembara jauh bersama dongeng-dongeng yang di ceritakan sang ayah. Hingga kini, anak bungsu dari empat bersaudara ini masih teringat suara, intonasi, dan cerita ayahnya. Hal itu pula yang membuatnya merasa selalu dekat dengan mendiang sang ayah.

Pengalaman yang mengesankan ketika mendengarkan dongeng dan kedekatan yang tercipta dengan sang ayah lewat dongeng, menginspirasi Mila untuk mendongeng. Awalnya, ia mendongeng untuk sang buah hati dari pernikahannya dengan Aloysius Medyas.

“Dongeng ternyata bisa menjadi media yang mendekatkan hubungan saya dengan anak saya. Oleh karena itu, saya mulai berpikir bagaimana dengan anak-anak lain? Apakah mereka juga sering di dongengkan oleh orangtuanya? Saya mulai berinisiatif untuk mengenalkan kegiatan mendongeng kepada anak-anak, orangtua dan guru,” ungkap perempuan yang mengenyam pendidikan di Jurusan Penulisan Naskah, Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta ini.

Lalu Mila mendatangi sejumlah Taman Kanak-kanak (TK) dan mendongeng disana. Respon positif dari pihak sekolah dan anak-anak TK membuatnya kian tertantang. Pengalaman itu mendorong keberaniannya untuk membuka sanggar kecil di rumah, tempat anak-anak bisa datang, berkumpul, dan mendengarkan dongeng.

“Tapi ternyata mengumpulkan anak-anak untuk mau mendengarkan dongeng di rumah saya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Saya pun mulai ‘menjemput’ bola. Saya mulai mendongeng ke sekolah-sekolah, pesta ulang tahun anak, dan panti asuhan. Rasanya seperti berlari maraton,” ungkap putri bungsu pasangan Antonius Sukamto Hadiwijoto dan Veronica Agnes Sri Sulastri ini sambil tersenyum.

Apa yang dilakukan Mila ternyata menarik perhatian beberapa orang. Mereka ingin mengikuti kegiatan uniknya itu. Alhasil, Mila bersama orang-orang yang tertarik itu memutuskan untuk membentuk komunitas dongeng yang diberi nama “Rumah Dongeng Pelangi (RDP)” pada 4 April 2010. Nama pelangi mengandung arti siapapun dapat mendengarkan dongeng tanpa memandang suku, agama, dan ras. “Base camp Rumah Dongeng Pelangi ada di Bekasi. Tapi sekarang kami juga mempunyai kantor di Fatmawati, Jakarta Selatan,” ujar umat Paroki St Bartolomeus Taman Galaxi, Bekasi ini.

Rumah Dongeng Pelangi memiliki beragam kegiatan, antara lain Dongeng Charity yaitu kegiatan bulanan berkunjung ke panti asuhan untuk mendongeng serta membuat seni dan kerajinan tangan, Panggung Boneka untuk 1000 Anak Indonesia yaitu program pendampingan mendongeng sebagai media pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak mampu di wilayah Jabotabek.

Selain itu, Rumah Dongeng Pelangi juga mempunyai kegiatan Perpustakaan Keliling, yaitu program peminjaman buku- buku perpustakaan secara bergilir untuk PAUD-PAUD dampingan, dan kegiatan Satu Kakak Satu Adik atau kegiatan yang mengajak masyarakat umum menjadi kakak asuh sehari bagi anak-anak panti asuhan.

>Rumah Dongeng Pelangi juga Menggelar Workshop Mendongeng, yakni pelatihan mendongeng untuk anak, orangtua, dan guru. Kegiatan ini juga menjadi sarana bagi para relawan baru untuk belajar mendongeng. Relawan yang ada berasal dari beragam profesi dan umur. Ada mahasiswa, karyawan, guru, wiraswasta. Para relawan itu akan mendongeng secara bergiliran. Saat ini, anggota Rumah Dongeng Pelangi berjumlah 25 orang dan pengurus tujuh orang. Ide cerita berasal dari buku, ada juga yang dikarang sendiri.

“Selain mendongeng bersama komunitas Rumah Dongeng Pelangi, saya juga mendongeng untuk sekolah minggu lingkup lingkungan,” ujarnya. Mila mengaku mendapat kepuasan batin selama menjadi pendongeng. Salah satu pengalaman mengesankan bagi Mila adalah ketika ia mendongeng pada acara ulang tahun anak berkebutuhan khusus autis. Ibu anak yang berulang tahun itu memintanya untuk mendongeng bagi si anak dan teman-temannya di tempat terapi.

“Saya ingin sekali bertemu dengan anak-anak ‘spesial’ ini. Maka saya pun menerapkan cara mendongeng yang ‘spesial’ pula. Saya mencoba mendongeng sambil mendekati mereka satu persatu. Saya juga memegang tangan dan menatap mata mereka. Meski tidak mudah memahami cerita saya, tetapi mereka mencoba untuk berinteraksi dengan saya. Mereka tersenyum dan bertepuk tangan,” ungkap Mila. Bahkan ketika ia menyanyi, anak-anak itu memintanya untuk mengulangi lagu yang dinyanyikan.

“Hari itu menjadi hari yang sangat indah. Saya semakin yakin, kalau semua anak tanpa kecuali senang mendengarkan dongeng,” imbuh perempuan kelahiran Jakarta 16 Mei 1981 ini.

Dalam mendongeng, biasanya Mila menggunakan beberapa media sebagai sarana, antara lain boneka yang berupa hand puppet, finger puppet, serta wayang, dan buku. Media-media itu membantu Mila dalam membawakan dongengnya dan menjadi daya tarik bagi anak-anak untuk memperhatikannya.

“Virus Kebaikan”
Sebagai pendongeng, Mila mencoba untuk menularkan “virus-virus” kebaikan kepada orangtua dan guru. Ia ingin setiap orangtua dan guru memahami bahwa mendongeng merupakan cara efektif, mudah, serta hemat untuk menjalin komunikasi dan kedekatan dengan anak, terutama anak-anak usia dini.

Menurut Mila, dengan kedekatan yang terjalin secara emosional antara orangtua dan anak, semakin mudah bagi orangtua untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Oleh karena itu, ia tidak pernah bosan untuk mengadakan pelatihan dan kampanye mendongeng di kalangan keluarga dan sekolah.

“Ada banyak pesan-pesan kebaikan yang bisa disampaikan lewat dongeng, misalnya tentang budi pekerti, mencintai lingkungan, kebersihan, dan makanan sehat. Dongeng adalah cara yang efektif untuk mengenalkan dan mengajarkan budi pekerti kepada anak tanpa menggurui dan menghakimi,” tuturnya.

Mila berharap, dirinya bisa terus mendongeng. “Saya ingin terus mengdongeng karena saya ingin bertemu dengan anak-anak. Berinteraksi dengan mereka adalah hal yang paling menyenangkan,” ujar perempuan yang juga melayani sebagai fasilitator dalam kegiatan pendalaman iman ini.

Mila ingin menjadi sahabat anak-anak. Bersama relawan lain dalam Rumah Dongeng Pelangi, ia berharap bisa menumbuhkan kebahagiaan di hati anak-anak. Dongeng menjadi sarana untuk membagikan cinta.

Bagi Mila, mendongeng juga menjadi salah satu cara untuk berbagi dan melayani orang lain. “Saya merasa panggilan hidup saya adalah berbagi dan melayani. Sebagai pengikut Kristus, saya sadar bahwa dalam hidup harus mau melayani. Berbagi waktu untuk mereka yang membutuhkan, berbagi ilmu saya kepada orang lain, berbagi cerita untuk anak-anak. Setelah bisa berbagi dan melayani, ada rasa puas dan syukur,” demikian Mila.

Ivonne Suryanto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here