Maria Dikandung Tanpa Dosa

884
4.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Mengapa Gereja mengajarkan bahwa Maria dikandung tanpa noda dosa, padahal dalam Roma 3:23 dikatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah”? Lalu apa artinya kata “semua”?

Yohana Gina, Pontianak

Pertama, perlu dibedakan terlebih dahulu antara dosa asal dan dosa pribadi. Dogma tentang Maria dikandung tanpa noda dosa, yang dinyatakan secara ex-cathedra oleh Paus Pius IX pada 8 Desember 1854, berbicara tentang dosa asal. Di lain pihak, Rom 3:23 berbicara bukan tentang dosa asal, tetapi tentang dosa pribadi. Pertanyaan tersebut mencampur-adukkan antara dosa asal dan dosa pribadi.

Kedua, berbicara tentang dosa asal, dogma itu nampaknya bertentangan dengan pernyataan Paulus pada Rom 5:12.18-19 (bukan Rom 3:23!) bahwa semua orang mewarisi dosa Adam. Dogma itu berarti bahwa semua orang seharusnya terkena dosa asal, tetapi dalam hal pribadi Bunda Maria, sengat dosa asal tidak pernah menyentuhnya sejak saat pertama keberadaannya di dunia ini. Maria dibebaskan bukan hanya dari sengat dosa asal, tetapi juga akibat dari dosa asal. Terbebasnya Maria terjadi bukan karena pahala atau kekuatan Maria sendiri, tetapi karena pahala yang masih akan dihasilkan oleh Yesus dalam misteri Paskah-Nya. Dalam hal ini, muncul pertanyaan yang sama, apa artinya “semua orang terkena dosa asal” jika ternyata Maria dinyatakan bebas dari sengat dosa asal.

Ketiga, berkaitan dengan dosa pribadi, Gereja mengajarkan bahwa Maria tetap suci sampai akhir hidupnya. Dalam hal pikiran, perkataan, perbuatan, dan kelalaian, Maria terbebas dari dosa sampai akhir hidupnya. Jadi, dosa pribadi juga tidak pernah mengenai pribadi Maria. Maria terbebas dari semua dosa pribadi. Ajaran tentang kesucian Maria inilah yang nampaknya bertentangan dengan pernyataan Paulus pada Rom 3:23, bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.” Sekali lagi, muncul pertanyaan tentang apa arti kata “semua.”

Keempat, dalam surat-suratnya, Paulus seringkali menggunakan kata “semua”. Kata “semua” bisa dimengerti dalam arti mutlak, numerik, distributif, artinya “semua” mencakup setiap orang yang ada. Kata “semua” juga bisa dimengerti dalam arti kolektif, artinya sebagian besar dari apa yang ada. Misal dalam Roma 5:12.18-19, Paulus menyatakan bahwa semua orang terkena dosa asal. Kata “semua” di sini pasti tidak termasuk Yesus, dan juga Adam dan Hawa sebelum kejatuhan ke dalam dosa. Pengertian “semua” dalam arti kolektif ini, juga digunakan dalam Rom 3:9-10, “Kita telah menuduh, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar’, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakalbudi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah”. Sekali lagi, kata “semua” di sini pasti tidak termasuk Yesus, Adam dan Hawa sebelum kejatuhan ke dalam dosa. “Semua” di sini harus dimengerti dalam arti kolektif, bukan distributif. Gereja percaya bahwa Maria sebagai Hawa Baru, juga termasuk yang tidak terkena.

Kelima, kesucian Maria sampai akhir hidupnya ditunjukkan oleh Kej 3:15, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya”. Kata permusuhan berarti bahwa tidak ada kompromi antara keduanya, atau bahwa ada pertentangan total antara keduanya. Seandainya Maria sudah jatuh ke dalam dosa, pasti permusuhan itu tidak total atau Maria sudah tunduk pada kekuasaan dosa. Demikian pula, sapaan Malaikat kepada Maria “yang penuh rahmat” (Luk 1:28; Latin: gratia plena) menunjukkan bahwa dalam pribadi Maria tidak ada celah sedikitpun untuk dosa. Gelar “yang penuh rahmat” diberikan kepada Maria seolah menjadi gelar khusus Maria yang menunjuk pada kesucian Maria.

Petrus Maria Handoko CM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here