Menjaga Kesucian Kota Suci

238
4.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Jika majalah ini mengangkat tema Yerusalem sebagai Sajian Utama edisi yang sedang Anda pegang ini, kita bukan tanpa alasan. Bukan pula karena faktor kebetulan. Namun karena Providentia Dei, penyelenggaraan Allah, seorang wartawan kami tengah melakukan perjalanan rohani alias ziarah ke Kota Suci ini, di tengah konflik yang terjadi di wilayah Palestina, Israel, dan sekitarnya. Dia melihat dengan kepala sendiri situasi terkini, terutama terkait dengan masalah sosial dan keamanan. Semuanya aman dan baik-baik saja! Para peziarah dari seluruh dunia dapat melaksanakan ziarah dengan damai. Sejauh ini, situs-situs penting di Kota Suci ini terjaga dan terpelihara.

Itu pulalah yang menguatkan keinginan dan harapan kami, kita semua, masyarakat dunia, agar Yerusalem sebagai Kota Suci tiga agama besar yakni Yahudi, Kristen, dan Islam tetap menjadi prioritas semua pihak yang berseberangan. Bukan terutama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donal Trump secara sepihak mendeklarasikan pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibukota negara Israel.

Kita akui bahwa keputusan pengakuan AS tersebut menjadi pemantik protes dari seluruh dunia. Indonesia sendiri termasuk salah satu negara yang sejak awal menyampaikan sikap protes politiknya terhadap AS. Bahkan, Presiden RI Joko Widodo secara proaktif menggalang solidaritas internasional. Jokowi mendorong negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI di Istambul, Turki (13/12/2017).

Indonesia, sejak zaman Soekarno, mengharapkan penyelesaian konflik antara Palestina-Israel ditempuh melalui jalur diplomasi yang melibatkan semua pihak. Menghormati tahapan-tahapan perdamaian yang telah ditempuh oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di dalamnya, selama ini AS sendiri adalah salah satu motor penggerak menuju titik perdamaian tersebut.

Namun dengan keputusan Donal Trump itu, kini situasi menjadi sangat berbeda. Eskalasi konflik makin meninggi. Jalan terjal di depan mata. Bukan berarti tanpa harapan. Seratus dua puluh delapan negara menolak pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel dalam voting penentuan status Yerusalem di Majelis Umum PBB (Kamis, 21/12/2017).

Takhta Suci sebagai salah satu negara berdaulat ada dalam bilangan tersebut. Dari situ kita dapat membaca sikap Gereja Katolik secara terang benderang. Keputusan AS itu mencederai, menyakiti kemanusiaan dan keadilan universal. Selain untuk mendukung kemerdekaan dan keadilan bagi rakyat Palestina, yang ditempuh secara damai dan bermartabat, Yerusalem sebagai Kota Suci tiga agama besar haruslah dijaga untuk selama-lamanya. Janganlah dinodai oleh keinginan pihak-pihak tertentu yang hanya ingin meraih dan melanggengkan hegemoni kekuasaannya.

Sekembali di tanah air, wartawan tadi mengatakan, semua situs penuh nilai historisitas religius tiga agama di Yerusalem tetap terjaga dengan aman. Para peziarah pun dapat menunaikan niat sucinya dengan damai di Kota Suci Yerusalem!

Kita berharap, perdamaian yang abadi akan terjadi di Palestina, Israel, kawasan Timur Tengah, dan seluruh dunia. Saling menghormati. Saling menghargai.

Redaksi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here