Belajar dari Negara-negara Konflik

280
Bedah buku Indonesia, ASEAN dan Ketidakpastian Hubungan Internasional di Perpustakaan Litbang Kompas Gramedia
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Belajar dari Negara-negara Konflik

ASEAN masih menjadi pembahasan yang pokok dan menarik. “Ada begitu banyak isu yang harus diselesaikan,” ungkap Deputy Head, Department of Politics and International Relations, Senior Researcher Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Shafia F. Muhibat, dalam bedah dan diskusi buku “Indonesia, ASEAN dan ketidakpastian Hubungan Internasional”, di Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Kamis, 7/2.

Syafiah F. Muhibat, Beginda Pakpahan, A.Tommy Trinugroho (ki-ka); Foto: HIDUP/ WIlly M

Menurut Shafia, isu-isu konflik di Asia Tenggara, yakni Konflik Rohingnya dan Laut Cina Selatan, terorisme dan isu-isu lain belum mendapat benang merahnya. “Konflik-konflik ini belum terselesaikan karena para leader-nya belum sependapat,” bebernya.

Sementara Baginda Pakpahan, sang penulis buku, menyoroti terorisme sebagai salah satu isu penting di Asia Tenggara. “Terorisme adalah salah satu tantangan di kawasan kita, terutama karena peningkatan terorisme global. Kita bisa melihat yang terjadi di Filipina Selatan,” paparnya.

Ia juga mengapresiasi tiga negara yang melakukan patroli bersama di wilayah Laut Sulu sebagai bentuk dukungan kepada Filipina. Ini juga bentuk kewaspadaan supaya konflik tersebut tidak melebar ke negara tetangga. Ada tiga negara yang terlibat, yakni Indonesia, Malaysia,  dan Filipina.

Lebih lanjut, Pakpahan mengomentari situasi domestik. Ia percaya dan optimis pada situasi bangsa. “Kita punya Pancasila, dasar negara kita yang bhinneka. Maka, kita harus belajar dari negara-negara lain yang terlibat konflik. Kita harus damai dan tidak boleh seperti mereka,” tandasnya.

Analis politik dan ekonomi global Universitas Indonesia ini berharap, kita bisa melihat bahwa Pancasila dan NKRI harus dijaga oleh seluruh pihak. Hidup rukun dan damai adalah teladan bagi negara lain. “Kita memiliki enam agama besar,  suku dan ras yang harus kita jaga. Itulah sebabnya, Indonesia dihormati di luar. Kita harus menjaga Pancasila dan kebhinnekaan,” ujarnya memungkasi perbincangan.

Willy Matrona

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here