Tanda Perubahan di Kota Abadi

512
Virginia Elena Raggi.
[comune.roma]
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Virginia Raggi menjadi walikota termuda dan perempuan pertama dalam sejarah Roma.Ia mewarisi kota yang dilanda korupsi dan infrastruktur yang rapuh.

Kedua telapak tangan Virginia Raggi menjabat erat Paus Fransiskus. Raggi, Walikota Roma bertemu dengan Paus, awal Januari silam. Selama 30 menit, ia berbincang dengan Paus Fransiskus. Pertemuan dengan Paus merupakan poin penting bagi Walikota Roma dan Presiden Regional Lazio yang berkuasa atas wilayah Emiliagna Romana.

Raggi dan Paus Fransiskus berbicara soal partisipasi politik dan solidaritas serta hubungan walikota Roma dengan Uskup Roma, dalam prinsip saling menghormati. “Itu adalah pertemuan yang menyenangkan. Selalu menyenangkan untuk berbicara dengan Bapa Suci,” kata Raggi, seperti dilansir cruxnow.com, Januari silam.

Penduduk Roma memang melihat Paus sebagai pemimpin Gereja universal dan pemain kunci di panggung global. Penglihatan ini berada dalam kerangka acuan jauh melampaui batas dan cakrawala ibu kota Italia itu. Namun, ada masa khusus ketika paus berbicara kepada Kota Abadi, secara langsung sebagai Uskup Roma. Ketika saat-saat itu berputar, tidak jarang kata-kata paus bisa membuat gonjang-ganjing politik ibukota.

Untuk alasan ini, selalu menjadi kebiasaan walikota Romawi dan bakal calon walikota untuk menjaga hubungan kerja yang baik dengan Paus, yang digelari “Raja yang melampaui Tiber”. Tiber adalah sungai ketiga terpanjang di Italia, yang mengalir dari pegunungan Apennine dan membelah Kota Roma.

Perempuan Termuda
Raggi, menjadi walikota perempuan pertama dan termuda dalam sejarah hampir 3000 tahun Kota Abadi. Ia meraih 67 persen suara dalam pemilihan walikota, Juni 2016 silam, mengalahkan Roberto Giachetti, yang didukung Perdana Menteri Matteo Renzi. Kedua nama terakhir dari Partai Demokrat.

Sejatinya, ibu satu anak ini baru seumur jagung di pentas politik. Sebagai pengacara, ia banyak berkutat dengan dunia hukum. Karier politik Raggi baru dimulai pada 2011, tepat setelah anaknya lahir. Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Raggi mengatakan, setelah kelahiran anaknya, ia tidak dapat duduk santai lagi dan hanya menonton. “Dengan semangat ibu yang ingin mengubah dunia untuk anak-anak mereka, saya terlibat dalam kelompok lingkungan dan bergabung di partai M5S.”

Movimento Cinque Stelle (M5S), atau Partai Gerakan Bintang Lima adalah partai populis yang didirikan komedian besar Italia Beppe Grillo. M5S fokus mengkritik pemerintahan dan korupsi yang sudah kronis dalam masyarakat. Mereka menekankan keterbukaan.

Usai dua tahun bergabung, pada 2013, Raggi memenangkan kursi Dewan Kota Roma. Ia memiliki modal sosial mumpuni. Sebagai perempuan dan ibu, Raggi membaur dengan dunia ibu anak dan perempuan. Dua tahun berselang, Raggi bertarung dalam pemilihan walikota dan memenangkannya.

Pertarungan Raggi di arena pemilihan walikota membangkitkan antusias masyarakat Roma. Raggi secara terbuka berbicara tentang menjadi seorang ibu. Ia menyoroti taman bermain kumuh dan lalu lintas yang kacau, termasuk parkir ganda yang kronis sehingga sulit untuk manuver kereta bayi.

Raggi mahfum, perempuan dalam politik Italia masih menghadapi tantangan. Namun, alih-alih bersuara vokal tentang isu gender dalam politik, Raggi justru menyoroti perannya sebagai ibu. Ia menghindari “memainkan kartu perempuan”. Istilah feminim Italia untuk kata “sindaca” ‘walikota’, secara resmi merupakan bagian dari bahasa Italia. Meski begitu, Raggi menggunakan kata maskulin “sindaco”.

Tak heran jika Raggi memilih kata-kata kampanye dengan sangat hati-hati. Dalam konteks ini, Raggi menempuh langkah bijaksana. Berapa tokoh politik termasuk Silvio Berlusconi, mantan perdana menteri Italia, menyindir keterlibatan Raggi dan beberapa perempuan lain. “Lebih baik tetap di rumah ketimbang mencalonkan diri sebagai walikota,” Berlusconi berkomentar satir.

Tapi setelah menang, Raggi menempatkan jendernya dalam sorotan. “Saya merasa ingin menunjukkan bahwa, untuk pertama kalinya, walikota “sindaco”, Roma adalah seorang wanita. Pada saat di mana kesetaraan jender masih merupakan mimpi, ini adalah momen bersejarah.”

Tantangan Melimpah
Saat dia merayakan kemenangannya, Raggi berjanji untuk menjadi walikota untuk masyarakat Roma. Ia fokus untuk mengembalikan keterbukaan dan legalitas dalam birokrasi kota. BBC melansir, Raggi mewarisi sebuah kota yang diliputi hutang sekitar 13 miliar euro yang jumlahnya dua kali lipat dari anggaran tahunan. “Politik bukanlah job, tapi hasrat dan kerja untuk memulihkan legalitas, normalitas dan kemajuan berkelanjutan.”

Selama dua tahun era walikota Ignazio Marino, Roma tenggelam dalam skandal korupsi yang diberi nama “Mafia Capitale”. Marino pun mundur karena tekanan publik terhadap korupsi menjalar hebat di pemerintahannya.

Tekad Raggi, yang oleh The economics dijuluki ahli debat berbakat, adalah menciptakan pemerintahan yang bersih. Ia berjanji untuk menciptakan Roma yang lebih layak huni. Namun, keadaan ekonomi Roma dan Italia secara umum yang ambruk bisa saja membuat janji Raggi hanyalah omong kosong. Italia memiliki hutang yang membengkak, sistem transportasi yang hampir bangkrut, dan pelbagai persoalan lainnya. Raggi mewarisi kota yang korup, infrastruktur
yang tak terawat hingga masalah sampah.

Singa Betina
Raggi oleh suaminya dikenal sebagai “singa betina”. Julukan benar adanya. Raggi di tahun pertama pemerintahannya mengajukan klaim 650 juta euro pajak yang diduga belum dibayar atas perumahan atau hotel Vatikan dan aset lainnya. Perlu dicatat, beberapa aset Vatikan di Roma tidak membayar pajak kepada “kaisar”. Pemerintah sebelumnya enggan mengambil dari gereja. Saya pikir pada titik ini, kita bisa berdiskusi secara jujur.”

“Melawan Uskup Roma” bisa menjadi keputusan fatal. Namun, Raggi mengacu pada kata-kata Paus, pada 2013; bahwa Gereja tidak boleh mengubah biara kosong menjadi hotel, untuk menghasilkan uang. Paus mengatakan ini sebagai jawaban atas isu bahwa Vatikan mengurus keuntungan beberapa aset di Roma tanpa membayar pajak.

Raggi juga menolak Roma menjadi tuan rumah Olimpiade 2024. Beberapa pihak mengkritik keputusan Raggi. Bagi mereka, Roma akan mendapatkan keuntungan finansial dari Olimpiade. Namun, Raggi keukeh; ia ingin menata birokrasi dan infrastruktur Roma. Tentu tak arif menilai sukses tidaknya Ragi pada hampir dua tahun pemerintahannya. Sejauh ini, ia memperkenalkan bus listrik hibrida baru, sebagai moda transportasi yang ideal bagi Roma.

Salah satu masalah akut khas kota-kota besar adalah sampah. Awal Februari ini, masalah sampah di Roma menjadi tajuk media-media Italia. Seekor babi yang menyeruak di antara tumpukan sampah menjadi sasaran tembak para lawan Raggi. Ini bisa dipahami, Italia akan menghadapi pilihan legislatif pada Maret mendatang. Partai Bintang Lima yang semakin populer perlu diredam dengan cara menyerang para kadernya. Raggi tak luput.

Raggi melihat dirinya sebagai simbol perubahan. Setelah Paris dan Madrid, Eropa memiliki walikota wanita lain di ibu kota. Raggi menyebut tanda-tanda itu bukan sebuah kebetulan. “Saya akan mengatakan bahwa itu pertanda baik, pertanda perubahan waktu. Ini menunjukkan bahwa orang-orang siap untuk sebuah petualangan baru dan saya harap juga ini akan menjadi langkah awal menuju pengembangan kebijakan gender,” pungkas Raggi dilansir euronews, tiga hari setelah kemenangannya.

Virginia Elena Raggi
TTL: Roma, 18 Juli 1978
Suami : Andrea Severini

Pendidikan:
• Universitas Roma Tre

Pekerjaan :
• Pengacara
• Dewan Kota Roma (2013 – 2015)
• Walikota Roma (2016 – sekarang)

Edward Wirawan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here