Menumbuhkan dan Merawat Tunas Bangsa

220
Nicodemus Eko Susilo Saputro.
[NN/Dok.Pribadi]
2.3/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Ia getol membina anak-anak dan remaja Gereja serta agama lain. Demi pewartaan iman dan menangkal hal negatif, katanya.

Pria kelahiran Kota Bumi Lampung Utara, 1 Februari 1978 ini, ingin mengembangkan keberaniannya untuk berpetualang. Beragam model pengembangan kepribadian ia tekuni demi mengasah keberaniannya. Semula, Nicodemus Eko Susilo Saputo, bergabung ke dalam Praja Muda Karana (Pramuka).

Ia mempelajari dasar-dasar kepramukaan sampai predikat pelatih pembina pramuka. Karakter petualangnya tak hanya berhenti sampai di situ saja. Ia juga tergabung dalam keanggotaan pemuda lintas agama Kabupaten Lampung Utara.

Dalam organisasi semacam itu, Eko menimba pengalaman tentang pembentukan-pembentukan mental anak-anak hingga dewasa. Ia sering terlibat sebagai instruktur kegiatan outboud. Ia memetik makna penting dari kegiatan itu. “Bagi saya kegiatan outbound dapat melatih kecerdasan intelektual, emosional dan juga sosial. Apa yang saya dapatkan di dalam kegiatan itu juga saya kembangkan bagi ‘tunas Gereja’”, ungkap pria yang kini menjadi anggota ATAS (Association of Top Achiever Scouts) atau kepramukaan tingkat dunia yang berpusat di Hongkong.

Tunas Gereja
Eko juga mempunyai misi untuk membentuk karakter generasi muda Gereja dari serangan kecanggihan teknologi yang sering disalahgunakan. Dalam kegiatan pembentukan karakter dan juga kepemimpinan dasar seperti itu, Eko tak sungkan-sungkan untuk merangkul OMK menjadi tim kerjanya.

Selain bertujuan untk membentuk karakter anak binaannya itu, ia punya misi agar OMK juga memiliki sumbangan berharga bagi Gereja. “Dengan cara itu saya punya tekad agar kepemimpinan dalam diri generasi muda Gereja tidak diboncengi dengan unsur-unsur yang mengganggu lainnya,” imbuhnya.

Tahap demi tahap Eko membekali diri dengan beragam kursus pembinaan kepramukaan. Ia mendapatkan lisensiat di tingkat kabupaten. Kemudian, ia meneruskan kursus pelatihan dasar di tingkat provinsi hingga sampai di Karang Pamitraan Nasional di Cibubur, bahkan, ia mendapatkan predikat peringkat kedua terbaik. Ia juga pernah mendapat penghargaan Panca Warsa dan juga menjadi peserta terbaik I dalam Kursus Pengelolaa Dewan Kerja (KPDK) di tingkat daerah Provinsi Lampung.

Pria yang pernah menjadi peserta Petualangan Nusantara 2015 di Kalianda Lampung Selatan, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olah Raga RI ini, sangat getol meningkatkan perkembangan karakter “tunas Gereja”. Di Kota Bumi Lampung Utara misalnya, ia juga terlibat sebagai instruktur outbound dan fun games dalam Latihan Kepemimpinan Dasar (LDK) anak-anak Asrama Putera Darussalam dan Asrama Puteri Maria Regina.

Menurutnya, dalam kegiatan kepemimpinan semacam itu tidak pernah lepas dari risiko dan juga cedera fisik yang diakibatkan oleh keteledoran peserta. Mereka yang tidak memerhatikan instruksi-instruksi penting itu. “Sebagai instruktur, saya harus jelas dan tegas menyampaikan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh peserta. Dengan demikian, risiko dapat diminimalisir,” terang Eko.

Pengalaman Iman
Sejak duduk bangku SD, Eko gemar mengikuti kegiatan sekolah minggu dan misdinar. Ia juga mengikuti kegiatan tim animator dan animatris Serikat kepausan Anak dan remaja (SEKAMI) yang dulu dimotori oleh Romo Marino SCJ dan Suster M. Francis HK. Baginya, antara kegiatan Pramuka dan SEKAMI memiliki titik temu. Jika dalam Pramuka peserta dibekali dengan buku saku dan buku perkembangan anak, dalam SEKAMI juga demikian. Selain itu, kegiatan yang ia dapatkan dalam kegiatan Pramuka juga dapat dikembangkan dalam kegiatan SEKAMI.

Suami Maria Umiyati ini mengaku mendapatkan pengalaman iman, ketika terjun dalam kegiatan kepramukaan, dan juga pengembangan karakter tunas gereja. Ia melihat citra Allah dalam diri anak-anak. Secara iman, baik dengan hal sederhana sekalipun, anak-anak yang belum mendapatkan pembinaan akan mendapatkannya dalam wadah semacam ini.

Meski begitu, Eko tak mengelak dalam organisasi di mana pun kendala yang dihadapi nyaris serupa. Anggota tim yang ia rangkul kadang datang dan pergi dalam jangka waktu yang tidak selalu pasti.

Pria yang sehari-hari berkarya sebagai staf KONI Kabupaten Lampung Utara ini mendapatkan belahan hatinya dalam pertemuan pelatihan seperti itu.

Umiyati, saat itu menjadi pelatih pertama puteri di Provinsi Lampung yang juga mengajar di Taman Belajar Anak Cerdas Mesuji akhirnya menjadi pendamping setia Eko. “Manusia hidup itu bukan soal intelektual saja, melainkan perlu survive, mencipta secara kreatif dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Saya tak pernah malu untuk belajar dan melatih sesuatu yang kadang disepelekan oleh orang”, ungkapnya.

Tak Membedakan
Eko yang juga menjadi pembina kebhinekaan dalam Pramuka ini juga memiliki misi untuk mengembangkan orang lain, yang dibinanya tanpa memandang perbedaan keyakinan. Eko memiliki misi agar anak muda yang bukan Kristiani dapat menjadi pribadi berprestasi dalam segala hal. “Mereka ada yang bergabung dalam wadah ATAS kini,” ujar Peserta Terbaik I dalam Kursus Pengelola Dewan Kerja (KPDK) Provinsi Lampung.

Ia berharap, tunas muda Gereja dan juga tunas dari “batang lain” perlu menjadi “terompet” yang menyuarakan kesaksian iman dan keyakinan satu dengan yang lain. Dengan demikian semua yang membekali diri dengan kegiatan semacam itu mampu menangkal hal-hal negatif, baik bagi peserta pria atau wanita. Karena itu, ia getol menumbuhkan dan merawat tunas bangsa hingga kini.

Fr Nicolaus Heru Andrianto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here