Titus Lake: Dalam Gelap, Melihat Terang

342
Titus Lake.
[Romo Ino Nahak Berek]
5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Dunianya sontak berubah menjadi gelap. Bulu ulat gatal merenggut penglihatannya. Meski begitu, dia justru mampu melihat terang sejati.

Suatu hari, Titus Lake memanjat pohon yang telah rimbun daunnya. Di tengah pekerjaan itu, dia berhenti sejenak untuk membuang penat. Begitu hendak melanjutkan memotong dahan, saat menegadahkan muka, tiba-tiba seekor ulat gatal berukuran sekira sepuluh sentimeter jatuh dan bulu-bulunya mendarat persis di kedua bola matanya.

Tak hanya kaget, bulu-bulu ulat itu membuat matanya terasa amat gatal. Titus berusaha mengusap indera penglihatannya itu. Alih-alih berkurang, gatal yang dirasakannya semakin menjadi-jadi. Situasi kian pelik lantaran Titus tak bisa membuka matanya. “Sangat tersiksa,” kenang Titus kala berusia 20 tahun.

Titus turun dari atas pohon. Begitu mendapat insiden tersebut, dia memutuskan untuk tak meneruskan pekerjaan. Sebab, membuka sedikit matanya pun dia tak sanggup. Dunianya yang semula terang-benderang seketika berubah gelap. Titus terpaksa dituntun untuk sampai ke dalam rumah. Dia seperti kembali menjadi balita yang baru belajar berjalan.

Bantuan Uskup
Mata Titus tak kunjung sembuh meski kejadian telah jeda beberapa hari. Kondisi matanya semakin tak bersahabat. Muncul benjolan di bola matanya. Berbagai obat-obatan telah kenyang dia gunakan, namun keadaannya masih jauh panggang dari api. Titus makin tersiksa dengan belenggu sakit yang dialaminya.

Pada akhir Juli 1979, Titus memberanikan diri datang ke Wisma Keuskupan Atambua. Dia menemui Uskup Atambua waktu itu, Mgr Theodorus van den Tillaart SVD (1909-1991). Di hadapan Bapa Uskup, Titus meminta bantuan agar diberikan uang untuk berobat. Mgr Tillaart memberikan uang sebesar Rp 180 ribu. “Jumlah uang yang sangat besar pada masa itu saya gunakan untuk operasi mata,” terangnya.

Operasi berjalan mulus. Hasilnya pun memuaskan. Tapi, semua itu tak bertahan selamanya. Sempat bisa melihat kembali selama delapan bulan pasca operasi, setelah itu dunia Titus kembali gelap. Dia tak bisa melihat lagi. Perasaan dominan yang menyembul di batinnya saat itu hanyalah kesedihan. Apakah ini takdir yang harus ia terima dan jalani?

Doa ternyata punya pengaruh luar biasa bagi hidupnya. Doa menguatkan batin dan memampukannya untuk terus menjalani kehidupan, betapa pun pelik kondisi yang menderanya. Doa menguatkan jati diri dan keimanannya. Tuhan, kata Titus, justru menunjukkan kemurahan hati-Nya di tengah situasi tak menguntungkan bagi sebagian besar orang. Tak ada seorang pun di dunia ini yang berharap menjadi buta bukan?

Titus merasakan belas kasih Tuhan lewat perpanjangan tangan-Nya, yakni orang-orang di sekitar dia. “Selama tak bisa melihat, saya tak pernah kelaparan. Ada orang yang selalu membantu. Beberapa orang memberi tumpangan untuk istrahat sejenak demi melepas lelah. Selalu ada hal baru yang didapat. Bagi saya ini kemurahan Tuhan yang saya dapat,” ucapnya, bersaksi.

Mengatasi Kelemahan
Titus ternyata juga pandai meniup daun beringin yang menghasilkan bunyi merdu. Keterampilan itu ia latih sejak belia. Dia bersama teman-temannya berguru dari Edmundus Tefa Lake asal Nilulat. Namun, dari semua rekan-rekannya, hanya Titus yang paling mahir memainkan daun beringin dengan bibirnya.

Saat bertemu dengan Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang, Titus menyuguhkan kemampuannya itu. Mgr Turang terkesima dengan penampilan Titus. Bapa Uskup memintanya untuk merawat kelebihannya itu. “Pake baik-baik karunia ini supaya bisa menyadarkan banyak orang tentang kuasa Tuhan yang telah mengalir dalam dirimu. Ini tidak mungkin dilakukan oleh orang lain,” ujar Titus, mengutip pesan Mgr Turang.

Banyak instrumen yang Titus hasilkan dengan meniup daun beringin. Selama ini, lagu rohani selalu menjadi andalannya. Dari kejauhan bunyi nyaring hasil kreasinya terdengar sangat jelas. Semua mata akan terpana dan mengarahkan pandangan kepada datangnya suara. Siapa lagi kalau bukan si wajah berkerut yang telah termakan usia, Titus.

Banyak orang mengenal Titus. “Kalau saya tiup daun beringan dengan melantunkan nyanyian rohani, semua orang segera merapat dan mendekati saya. Mereka meninggalkan beberapa lembar uang sebagai bekal hidup,” ujarnya, seraya tersenyum.

Bagi Titus, kebaikan Tuhan telah mengalahkan kelemahan yang dirisaukan selama ini. Hidup kembali bercahaya walau gelapnya dunia kian menindih termakan usia. Jalan hidupnya memberi harapan bagi yang putus asa. Siapa tidak dikuatkan melihat Titus yang tak bisa melihat justru selalu bersyukur atas hidupnya, meski penglihatannya terbatas?

Apa pun beban hidup yang Titus rasakan menjadi ucapan syukur tiada henti. Kini hari hidupnya penuh catatan indah untuk diretas. Meski tak bisa melihat, Titus tak berpangku tangan dan mengharapkan kebaikan orang semata. Bersama teman-temannya sesama penyandang tuna netra berkarya di Panti Sosial Kupang. Mereka menganyam ijuk dan membuat perkakas pembersih debu.

Tangannya begitu cekatan merangkai simpul demi simpul. Seakan sama sekali tak tampak keterbatasan pada indera penglihatannya. Hasil kreasinya pun tak mengecewakan. Keterampilan yang dimiliki Titus belum tentu dikuasai oleh manusia dengan pandangan sempurna. Hal ini yang memupuk imannya semakin tebal kepada Tuhan. Dia selalu memberi jalan kepada umat-Nya yang senantiasa berusaha.

Terus Hidup
Perkakas buatan Titus dan kawan-kawannya banyak dilirik pembeli. Tak semata-mata karena iba, mereka menilai kualitas buatan Titus bersama rekan-rekannya sangat mengagumkan, tak hanya rapi tapi juga awet. “Biasa kami jual dengan harga murah, Rp. 20.000. Ada yang beli dengan harga lebih tinggi. Juga ada yang masih tawar menawar. Kami terima saja,” ujarnya.

Dia mengangap, hasil karyanya dan kawan-kawan sebagai berkat Tuhan untuk mereka. Pendapatan yang mereka peroleh untuk menyambung hidup. Di balik dunia Titus nan gelap, ternyata dia masih bisa melihat terang, yakni Tuhan selalu menjaga, memperhatikan, serta mencukupkan segala kebutuhan sehingga memampukannya untuk terus menjalani kehidupan.

Pastor Ino Nahak Berek

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here