MEWASPADAI RADIKALISME DI SEKITAR KITA

352
Para narasumber dalam seminar bertajuk "Mewaspadai Radikalisme di Sekitar Kita" pada Minggu, 9/11, bertempat di Aula Pusat Pastoral Keuskupan Bogor. [dok.pribadi]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com Melawan radikalisme tidak cukup hanya dengan doa. Radikalisme bukan menjadi musuh agama tertentu saja. Radikalisme dan terorisme menjadi musuh bersama umat agama apapun di Indonesia. Melawan radikalisme bukan berarti kita memandang negatif agama para pelaku.

Menghadapi radikalisme bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga Gereja, tugas kita semua bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, umat Katolik berkomitmen untuk berupaya bersama pemerintah mencari solusi terbaik dalam menghadapi radikalisme. Gereja memandang bahwa pada saat ini radikalisme menjadi ancaman serius bagi kemanusiaan. Gereja memandang radikalisme dan terorisme tergolong sebagai sebuah bentuk kejahatan, bahkan dapat dikatakan kejahatan yang terorganisir.

Kita tidak bisa menutup mata, ini suatu kenyataan yang terjadi di depan hidung kita. Ibarat orang sakit kita tidak mau mengakui, tidak mau didiagnosa oleh dokter, kalau begini terus kapan terapinya, kapan sembuhnya. Kita harus mengakui radikalisme dan terorisme itu ada.

Terorisme ditunggangi oleh ideologi radikal yang mengatas-namakan agama, tetapi bukan merupakan sesuatu yang sesuai dengan ajaran agamanya sendiri. Orang yang merasa diri seakan-akan dialah pemilik, hanya dialah yang benar, mengklaim kebenaran mutlak, hanya berdasarkan kelompoknya dan menuntut pengikutnya ‘Believe Oblivion’ kepatuhan buta. Apa yang dikatakan harus dilakukan, termasuk bunuh diri. Bagaimanapun juga konsep radikalisme muncul dari ketidak-tahuan, dari salah persepsi terhadap orang lain.

Menyikapi persoalan radikalisme yang belakangan marak terjadi di Indonesia, Seksi Kerawan dari tiga paroki yaitu: Paroki Katedral Bogor, Paroki St. Fransiskus Sukasari, dan Paroki St. Ignatius Semplak, mengadakan seminar bertajuk Mewaspadai Radikalisme di Sekitar Kita, pada Minggu, 9/11, bertempat di Aula Pusat Pastoral Keuskupan Bogor lantai 4.

Panitia yang diketuai Oleh Antonius Lisliyanto dari Paroki  Katedral Bogor mengundang tokoh-tokoh umat Katolik yang ada di tiga paroki yang ada di kota Bogor yaitu Paroki Katedral Bogor, Paroki St Fransiskus Sukasari, dan Paroki St Ignatius Semplak. Tujuan Kita bukan pertama-pertama bermaksud untuk mengendalikan mereka, akan tetapi memberi pemahaman kepada umat agar:

  • Agar umat Katolik memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap bahaya dari radikalisme yang saat ini kian marak di Indonesia.
  • Agar umat Katolik memiliki Informasi serta pengetahuan yang benar dan jelas dari pihak pihak yang berkompeten dalam masalah radikalisme dan pencegahannya.
  • Agar umat Katolik dapat mengambil peranan aktif dalam mencegah terjadinya bahaya yang timbul akibat radikalisme di tempat tinggal masing- masing ataupun minimal mendukung penanganan serta pencegahan radikalisme yang dilakukan oleh aparat pemerintah.

Untuk memberi pencerahan dan pemahaman tentang apa dan bahaya radikalisme, panitia mengundang tokoh-tokoh antara lain: Ketua Umum GP. Ansor, H. Yaqut Cholil Quomas (Gus Yaqut); Kadensus 99 GP Ansor, Dr. Nuruzzaman; Deputi III Kepala BPIP Bidang Pengendalian dan Evaluasi, Dr. Sonny Y. Soeharso; Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Ir. Hamli. Hadir juga Sekretaris Daerah Kotamadya Bogor Asep H. Hidayat (mewakili Wali Kota Bogor yang berhalangan hadir) yang memberikan sambutan dan sekaligus membuka acara tersebut.

Lewat acara ini kami mengajak seluruh warga masyarakat untuk waspada terhadap paham radikal yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok garis keras dan fundamentalis.

Kami memandang pentingnya peran serta masyarakat dalam bentuk sikap yang tidak permisif atau acuh tak acuh terhadap situasi di sekitar. Umat perlu menyikapi kehadiran kelompok-kelompok tersebut bukan dengan menjauhkan diri dari mereka tetapi merangkul mereka sebagai saudara.

 

Antonius Sinaga

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here