Tahun 2018 : Merawat Perbedaan

126
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Kita Bhinneka, Kita Indonesia! Inilah themesong Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) 2018. “Perbedaan bukan persoalan; Tapi Rahmat untuk persatuan; Dibawah Pancasila kita berada; Bhinneka Tunggal Ika”. Demikian salah satu ayat lagu ciptaan Pastor Reynaldo Antoni ini. Ya, dari sononya negeri ini lahir dan kaya dengan perbedaan. Kita terdiri dari tujuh belas ribu lebih pulau, seribu tiga ratus lebih suku bangsa/etnis, enam ratus lebih bahasa daerah, enam agama plus penghayat aliran kepercayaan (lebih dari seratus delapan puluh lebih).

Pluralitas ini sudah ada sejak zaman awal persada Nusantara ini. Dari zaman kerajaan-kerajaan, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 17 Agustus 1945, hingga sekarang ini. Inilah eksistensi keindonesiaan kita. Dengan kata lain, kita sudah terlahir dengan perbedaan alias keberagaman, pluralitas. Kekitaan kita adalah kekitaan yang pluralis! Keindonesiaan kita adalah keindonesiaan yang majemuk! Titik!

Namun, fenomena belakangan ini menunjukkan sesuatu yang mengkhawatirkan kita. Muncul kelompok-kelompok yang ingin mengingkari kebhinnekaan kita tersebut. Perbedaan — seperti dalam lagu di atas — bukanlah persoalan, kini dilihat sebagai persoalan. Terutama, perbedaan karena keyakinan atau agama. Muncul benih-benih atau gerakan-gerakan radikalisme dan intoleransi. Kecenderungan ini mengemuka kuat pada Pilpres 2014 lalu. Menjelang Pilpres 2019, hal yang sama nampaknya terjadi. Dan, yang jauh lebih berbahaya adalah manakala agama dijadikan mainan atau kuda tunggangan para politisi Machiavelian.

Maka, tahun 2018 ini, di satu muka muncul kelompok-kelompok tertentu yang ingin menafikan pluralitas kita, merongrong ideologi kita, di muka yang lain, kian menguat pula gerakan-gerakan yang ingin setia merajut, merawat, dan menjaga keutuhan keberagaman, perbedaan, pluralitas kita. Negara pun tidak tinggal diam. Presiden Joko Widodo mendirikan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila tahun 2017. Tujuannya, mengajak setiap warga negara bangsa ini menghayati kembali nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi Indonesia Merdeka; mengingatkan sekaligus menegaskan Pancasila sebagai rumah kita, rumah untuk kita semua, rumah kita untuk selamanya! (Bdk. Lirik lagu Pancasila Rumah Kita).

Tugas dan tanggung jawab merawat perbedaan ini tidaklah mudah. “Karena banyak dan luasnya keragaman, saling memahami itu tidak mudah. Butuh kerelaan hati, pikiran, dan waktu. Perlu proses terus-menerus yang harus dilakukan dalam tiap entitas kehidupan bersama dalam masyarakat. Karakter dialog agama yang dibutuhkan bukanlah yang formalistik melainkan dialog dalam pengertian yang luas” (Ibnu Burdah/Kompas, 11/7/2018). Burdah mengatakan, saling pemahaman berarti orang lain makin tahu, menerima, dan menghormati segala hal yang terkait keberagaman kita. Sebaliknya kita makin memahami, mengerti, dan mensyukuri keberagaman orang lain.

Sejak tahun 2016, KAJ mengajak umatnya“ mengunyah-nguyah” nilai-nilai sila-sila Pancasila dengan mendesain aneka kegiatan dan penanda; merangkul dan menggandeng semua pihak yang tetap kukuh merawat perbedaan kita sebagai eksistensi keindonesiaan kita. Sepanjang tahun 2018 lagu “Kita Bhinneka Kita Indonesia” berkumandang sebagai upaya kita merawat perbedaan bukan persoalan!

HIDUP NO.52 2018, 30 Desember 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here