Tetangga Kok Nyinyir

297
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh terkasih, saya tertekan tiap kali ke luar rumah. Sebab, saya hampir selalu dikomentari oleh ibu-ibu tetangga. Hal ini terjadi setelah melahirkan anak hingga buah hati saya mengenyam pendidikan SD. Dulu, saat anak masih kecil, macam-macam yang mereka komentari: seperti jenis susu, tak ingin membendong anak, dan asupan si kecil. Kini, misal ketika saya pergi hanya dengan suami (tanpa membawa anak), tetangga terkesan nyinyir. Masih ada hal lain yang membuat saya sebel hingga malas berkumpul dengan tetangga karena hal itu. Apa yang bisa saya lakukan?

Agatha Febriani, Bandung, Jawa Barat

Ibu Agatha terkasih, Lelah ya rasanya dianggap berbeda (dan salah) terus menerus oleh lingkungan. Terbayang minimal sudah enam tahun Ibu mengalami hal ini. Mari kita mengupas pemicu kegundahan Anda. Pertama, para tetangga mengomentari cara pengasuhan Anda. Dari sisi positif, kita perlu bersyukur karena banyak yang sayang dengan buah hati Anda, sehingga berusaha memikirkan yang terbaik baginya. Hanya saja cara baik versi mereka berbeda dari versi Anda.

Kedua, kelihatannya Anda merasa dianggap salah terus. Mari kita dudukkan perkara dengan ukuran besar kecil yang tepat. Berapa jumlah tetangga yang berkomentar secara langsung di hadapan Anda? Apakah sekitar lima orang, atau lima belas orang? Kalau sedikit, bersyukurlah. Mungkin banyak tetangga lain sebetulnya sependapat dengan Anda. Atau setidaknya, bisa menghargai perbedaan pilihan cara pengasuhan. Para tetangga ini tak merasa perlu membicarakan itu di depan umum. Silahkan Anda berkenalan dengan tetangga yang tak menebar komentar negatif.

Jika ternyata banyak yang berkomentar negatif secara langsung di hadapan Anda, cek berapa kali dalam sebulan terakhir hal itu terjadi? Jika sekarang berkurang dibandingkan dulu, marilah kita fokus pada masa kini dan masa mendatang saja. Maafkanlah apa yang telah mereka perbuat bertahun-tahun lalu, daripada menjadi beban pikiran. Buktikan saja bahwa anak Anda telah berkembang baik, walau diasuh dengan cara berbeda. Siapa tahu justru mereka diam-diam belajar dari cara Anda.

Ketiga, analisis kejadian-kejadian itu berdasar pola “Pendahulu Perilaku Konsekuensi.” Perilakunya yaitu ‘munculnya komentar tetangga yang tidak disukai ibu Agatha.’ Yuk, mengingat kejadian terakhir munculnya komentar negatif itu. Bagaimana situasinya sesaat sebelum komentar tersebut muncul (pola situasi pendahulu)? Apakah sebelumnya ada percakapan dengan topik anak? Atau Anda diam saja, lalu tiba-tiba tetangga berkomentar? Apakah setiap kali komentar itu muncul, situasi pendahulunya selalu mirip?

Dengan analisis itu, Anda dapat mencegah komentar tersebut muncul. Contohnya, jika pola selama ini menunjukkan tetangga biasanya berkomentar saat sedang mengurus anaknya sendiri, maka lain kali Anda tak perlu mendekat saat ia sedang mengurus anaknya dan memilih bertemu tetangga pada saat lain. Atau jika biasanya ia berkomentar saat Anda diam, maka Anda sebaiknya menyapa dan membuka topik percakapan lebih dulu sebelum tetangga itu memulai pembicaraan.

Selain analisis pola Pendahulu, lakukan juga analisis pola Konsekuensi. Ingat-ingat lagi apa yang Anda lakukan setelah mendengar komentar tentang pengasuhan anak. Apakah Anda hanya tersenyum dan diam saja atau mengiyakan komentar itu tapi dalam hati sedih? Pernahkah Anda mengubah topik pembicaraan dan menanyakan kabar keluarga mereka? Dari kebiasaan selama ini, carilah hal yang paling cepat membuat pembicaraan beralih topik.

Keempat, mari berfokus pada pikiran sendiri. Jika Anda yakin bahwa anak dapat menjadi baik dengan cara pengasuhan yang berbeda-beda, seharusnya Anda dapat lebih santai menanggapi pembicaraan tetangga itu. Anda bisa memuji cara mereka, sambil tetap menunjukkan sisi baik cara Anda. Mungkin anak tetangga sangat akrab dengan keluarga, sementara anak Anda terlihat kemandirian. Mungkin anak tetangga tampak menggemaskan sementara anak Anda jarang sakit. Rayakan perbedaan dengan memuji semua pihak.

Kelima, carilah pihak-pihak yang mendukung Anda. Suami, orangtua, mertua, atau teman-teman di luar lingkungan rumah dapat memberi penguatan kepada Anda. Mereka dapat membantu meningkatkan keyakinan cara pengasuhan Anda dan tidak perlu memikirkan komentar yang berlawanan.

Keenam, pengasuhan anak berlangsung belasan tahun. Kita wajib mengevaluasi efeknya dari waktu ke waktu. Apa yang tepat kita lakukan saat ini mungkin harus berubah saat usia anak bertambah. Masukan dari berbagai pihak tetap harus dipertimbangkan, bahkan dari pihak yang kurang kita sukai sekalipun. Namun selanjutnya, keputusan tetap berada di tangan orangtua.

Laurensia Harini Tunjungsari

HIDUP NO.15 2019, 14 April 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here