Paroki Trinitas Cengkareng : Potret Trinitas Masa Kini

813
Perayaan Ekaristi di Gereja Cengkareng, Jakarta Barat.
[Dok. Saint Gobain]
2.5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Spiritualitas Allah Tritunggal Maha Kudus sungguh menghidupi paroki ini.

Cahaya mentari kian menerangi lukisan Allah Tritunggal Maha Kudus yang terpatri pada kaca bagian atas pintu masuk Gereja Trinitas Paroki Cengkareng, Jakarta Barat. Pantulan lukisan tersebut semakin menegaskan kentalnya atmosfer spiritualitas yang menaungi umat Trinitas. Sejak 22 Agustus 2015, sejarah paroki ini berubah ketika Paroki Santa Maria Imakulata Kalideres diresmikan. Semula, Paroki Cengkareng dan Paroki Kalideres merupakan satu kesatuan.

Guna mempertahankan identitasnya yang unik, paroki ini menyadari harus memiliki perlengkapan senjata menghadapi gempuran transisi. Dunia kian gencar menawarkan semangat cinta diri yang terimplementasi dalam sikap konsumerisme, individualisme, dan hedonisme yang semakin meningkat menjangkiti berbagai generasi. Berkaca pada hal tersebut, para pastor, Dewan Paroki, dan seluruh umat sepakat untuk menciptakan perisai untuk menangkis godaan duniawi. Perisai itu disebut “Trinitas’s Way”.

Pastor Paroki Trinitas, FX Rudi Rahkito Jati OMI menjelaskan bahwa Trinitas’s Way menjadi landasan spiritualitas paroki dalam melaksanakan kegiatan apapun. Pastor yang sudah melayani sejak September 2012 ini melanjutkan, Trinitas’s Way mengacu pada seperangkat cara melihat, cara berpikir, cara bertindak, cara berkerja yang berlaku di Paroki Cengkareng dengan mengambil inspirasi dari Sang Trinitas sendiri. Spiritualitas ini berusaha membentuk karakter dan memiliki mental Kristiani sejati. Karakter Kristiani ini tersembunyi di balik huruf-huruf yang membentuk kata T-R-I-N-IT-A-S, yakni Taat, Refleksif, (ber-) Iman, Nurani, Inisiatif, Team Work, Antisipatif, serta Sederhana dan Syukur. “Karakter demikianlah yang harus dimiliki semua umat paroki,” tuturnya.

Pastor Rudi memaparkan lebih lanjut, taat berarti mengikuti Yesus yang senantiasa setia melaksanakan kehendak Bapa dan kompak dengan Roh Kudus; Reflektif mengajak agar umat tidak boleh asal dalam merancang kegiatan, tetapi harus mengetahui dan memetik makna di balik peristiwa; Iman harus bertumbuh dengan diungkapkan dalam liturgi Ekaristi, Sakramen, dan Ibadat Sabda, devosi, dan Adorasi Sakramen Maha Kudus.

Beriman juga artinya bersifat aktif dengan penuh semangat berpartisipasi dalam hidup menggereja di paroki. Nurani digunakan untuk mengasah hati agar penuh dengan belas kasih sebab iman tanpa perbuatan adalah mati. Berbuat baik menjadi bukti yang tampak dari ketidakegoisan sebagai pribadi dan komunitas dengan solider kepada sesama.

Inisiatif merupakan perwujudan penghayatan seseorang beriman untuk terlibat aktif dalam menentukan masa depan Gereja. Ia tidak harus menunggu, tetapi berani menyampaikan ide dan mendiskusikannya. Team Work adalah kesediaan melibatkan banyak orang mengetahui mencapai misi menyebarluaskan kabar gembira tidak bisa dilakukan sendirian. Bentuk sederhana kerja sama ini telah dilakukan secara sederhana melalui kerja bakti paroki, koor lingkungan atau wilayah, dan berbagai kegiatan kategorial lain.

Antisipatif adalah sikap yang merancangkan segala sesuatu dengan matang tidak serva spontan karena sadar akan efek jangka panjang selanjutnya. Terakhir, Sederhana dan Syukur wajib dimiliki untuk membangun sikap mawas diri. Kesederhanaan seseorang akan tampak pada penampilan, tutur kata, berkegiatan, selera, dan cara mengelola bidang finansial.

Perkembangan terkini paroki telah membuat mata umat lebih terbuka akan seberapa besar kebutuhan paroki secara finansial dan seberapa kuat paroki ini memenuhi kebutuhan dirinya dan untuk berapa lama. Kenyataan ini justru menegaskan betapa pentingnya umat paroki mempraktekkan cara hidup sederhana. “Maka di satu pihak kita tidak hendak mengumpulkan atau mencari uang, di lain pihak dana gereja harus dimanfaatkan sebaiknya termasuk juga untuk membantu orang miskin,” ujar Pastor Rudi.

Pastor Rudi memaparkan orang miskin adalah mereka yang kesulitan untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan dasar serta pekerjaan yang cukup untuk hidup harian. Perhatian kepada yang miskin ini diarahkan kepada pengungsi yang menempati Rumah Detensi Pengungsi di Kalideres.“Sikap orang sederhana adalah tidak menggunakan rejeki untuk diri sendiri, tetapi untuk membantu orang lain,” tandasnya.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.21 2019, 26 Mei 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here