Jesuit Magis dari ‘Menteng’

447
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Gereja Katolik dan bangsa Indonesia, khususnya warga Jakarta, kehilangan seorang putera terbaik. Dia adalah Adolf Heuken. Imam anggota Serikat Jesus ini berpulang ke pangkuan Bapa di Surga, Kamis, 25 Juli 2019, dalam usia 90 tahun.

Ketika jenazahnya disemayamkan di Kapel Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat, dari beragam kalangan datang mendoakan dan memberikan penghormatan terakhir. Tampak di antaranya, tetangga-tetangga Pater Heuken semasa hidupnya di kawasan Jalan Mohammad Yamin yang beragama Islam mengenakan hijab dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Pater Heuken lahir di Jerman, 17 Juli 1929. Hingga ditahbiskan menjadi imam, ia tinggal di negaranya. Setalah tahbisan, pimpinan Serikat Jesus mengutusnya ke Indonesia untuk karya pelayanan serikat yang didirikan Ignatius dari Loyola itu.

Selain aktif di berbagai karya lain, termasuk di Yayasan Hidup Katolik, ia mendirikan penerbitan Cipta Loka Caraka (CLC). Di sinilah ia mengisi hari-harinya mengerjakan penerbitan beragam buku yang hingga kini masih menjadi rujukan yang belum tertandingi di bidangnya. Salah satu karya fenomenalnya untuk Gereja Indonesia, Ensiklopedi Gereja, sebanyak sembilan jilid, rata-rata 200-280 halaman. Masih banyak buku-buku Katolik lain yang lahir dari tangan Pater Heuken.

Pater Heuken juga menumpahkan “separuh” perhatian pada sejarah, terutama sejarah Kota Jakarta (Kota Tua/rumah-rumah ibadah tua). Kendati ia bukan seorang sejarawan, tetapi buku-bukunya tentang Kota Jakarta diakui para ilmuan sejarah sebagai karya yang sangat mendalam dan lengkap. Salah satunya, The Historical Sites of Jakarta.

Karena pengetahuannya yang komprehensif tentang Kota Jakarta, Pater Heuken disebut-sebut sebagai “Kamus Berjalan Kota Jakarta”. Kehadiran Gubernur Anies Baswedan yang belum lama memerintah Jakarta merupakan tanda bahwa para pemegang tampuk kekuasaan tertinggi di DKI Jakarta mengetahui sekaligus mengapresiasi karya Pater Heuken untuk Jakarta (tentu untuk Indonesia).

Dalam beberapa pertemuan dengan majalah ini, Pater Heuken selalu berapi-api bila berbicara tentang Ibu Kota Negara ini. Menurutnya, Jakarta makin kering dan gersang, kehilangan jatidiri dan martabatnya. Kekayaan historisitas dan peradabannya tidak dirawat; bahkan diekploitasi secara massif untuk kepentingan penguasa dan pemilik modal.

Prof Dr BS Mardiatmadja SJ di laman media sosialnya menulis demikian: “Ia meneliti Jakarta secara cermat, menembus tembok-tembok budaya dan agama serta ideologi. Heuken membuka masa silam Batavia, Jakarta dan Ibu Kota Indonesia untuk membekali rakyat dengan ketajaman budi dan keyakinan batin yang sehat lahir-batin.”

Karya mulia Pater Heuken telah melampaui dan menembus batas-batas primordial suku, agama, ras, golongan. Ia mempersembahkan hidupnya secara utuh kepada Tuhan dari terbit matahari sampai terbenamnya, demi kebaikan Gereja dan Bangsa.

Pater Heuken berkarya bukan untuk mengejar piagam/piala penghargaan walau hal duniawi itu pun singgah di pundaknya; namun ia berkarya dengan totalitas diri sebagai persembahan yang jauh dari sempurna demi “Kemuliaan Allah yang Lebih Besar (Ad Maiorem Dei Gloriam)”.

 

HIDUP NO.32 2019, 11 Agustus 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here