Merawat Panggilan Melayani Kaum Papa

147
Pastor Yosef Edi Mulyono SJ (kanan) menjadi pembicara dalam perayaan ulang tahun ke-95 WKRI.
[HIDUP/Felicia Permata Hanggu]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Di tepi Sungai Elo, Magelang, Jawa Tengah, para gadis Katolik Jawa dididik oleh para suster Fransiskan untuk menjadi perempuan bermartabat luhur dan peka terhadap kebutuhan Gereja dan bangsa. Dalam perkembangan, para gadis yang dibina di Sekolah Mendut tersebut menjadi pelopor pelindung hak buruh di Pabrik Gresco. Mereka juga menjadi dan menjadi salah satu cikal bakal penggerak kaum perempuan Indonesia. Kepedulian mereka terhadap kaum miskin, lemah, dan tersingkir telah mewarnai Indonesia selama 95 tahun dalam organisasi Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI).

Guna merawat panggilan mulia itu, pada peringatan ulang tahun ke-95, WKRI DPD Jakarta mengadakan gelar wicara bertajuk “Perjalanan 95 tahun WKRI Menuju Bangsa yang bermartabat”, Sabtu, 27/7, di Aula St Yohanes, Paroki Katedral Jakarta.

Vikaris Episkopalis Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Pastor Yusuf Edi Mulyono SJ mengajak WKRI DPD Jakarta untuk mengetahui apa yang dimau dan diperjuangkan WKRI zaman ini lewat spiritualitas St Ignatius Loyola. “WKRI harus tahu apa yang dimau, apa yang baik, benar, dan mulai dengan meminta rahmat yang diperlukan untuk menghidupi panggilan organisasi ini,” tutur pastor yang akrab disapa Pastor Edi ini.

Pastor kelahiran Sleman 12 April 1967 juga meminta anggota WKRI tetap setia melanjutkan kiprah organisasi dalam melayani kaum miskin, lemah, dan tersingkir. Ia juga mengapresiasi program WKRI yang menginisiasi tempat penitipan anak bagi buruh. Ia juga meminta WKRI untuk melayani umat berkebutuhan khusus dan menginisiasi katakese istimewa bagi mereka. Pastor Edi juga menyoroti pelayanan kepada kaum muda. “Orang muda harus didampingi terus. Jangan sampai telat seperti Gereja di Eropa. Tidak ada kaum muda, tidak ada Gereja,” ucapnya tegas.

Hadir juga sebagai pembicara salah satu pelaku sejarah WKRI, B.K. Indarwahyanti Graito dan wartawan Senior Kompas Mikael Trias Kuncahyono. Keduanya meminta WKRI untuk terus menghayati dan mewujudkan kharisma serta warisan luhur para pendahulu.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.31 2019, 4 Agustus 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here