Merayakan 70 Tahun OBOR

274
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Tahun ini, Penerbit dan Toko Rohani OBOR merayakan tujuh puluh tahun berdirinya. Hari berdirinya memang tidak ditemukan persisnya kapan, yang pasti tahun 1949. Dalam ‘kuping’ kover buku yang ditulis sastrawan dan wartawan (juga membantu OBOR sejak 2006) F. Rahardi ditulis bahwa Penerbit dan Toko Rohani OBOR adalah sebuah lembaga yang bernaung dibawah Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), yang bergerak di bidang pewartaan melalui penerbitan buku rohani Katolik dan pengadaan/penjualan aneka sarana devosi dan liturgi Gereja Katolik.

Dalam buku dengan judul “OBOR yang Kembali Menyala” tersebut diceritakan, bagaimana lembaga ini, seperti lembaga-lembaga Gerejani lain pada umumnya pun lembaga/perusahaan bisnis (swasta) murni, pernah mengalami pasang-surut, jatuh-bangun, bahkan sampai terhempas ke dasar yang dalam. Namun, Rahardi menyebutkan, ‘ternyata sejak tahun 2008, OBOR memang berangsur sehat dari sisi finansial. …Nyala OBOR yang semakin baik, tak hanya berdampak positif tapi juga dampak negatif. Penghasilan yang membaik menciptakan kemapanan. Kemapanan membuat orang malas bergerak, ogah menghadapi perubahan.’

Situasi tahun 2008 tentu saja sudah jauh berbeda dengan situasi menjelang 2020 ini. Angin perubahan begitu cepat bertiup bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Lompatan-lompatannya tak terduga. Sebagai penerbit buku, tentu saja OBOR mengalami dampak yang cukup serius sebagaimana dialami oleh penerbit buku di seluruh dunia, tanpa kecuali. Kini eranya sungguh-sungguh berbeda. Dunia sedang beradadi pusaran Industri 4.0, era digital. Keberuntungan OBOR sebagai penerbit, bahwa dia menerbitkan buku-buku wajib di lingkungan Gereja Katolik. Misalnya saja, buku nyanyian, buku-buku tata Perayaan Ekaristi, dan lain-lain. Buku-buku yang masih wajib dipegang dan dipakai di gereja kendati sebagian besar (seluruhnya bahkan) sudah bisa ditemukan di handphone yang kian canggih dan pintar.

Dan, di lahan yang sama, OBOR juga punya rekan sekaligus kompetitor yang bersama-sama bergabung dalam Sekretariat Bersama Penerbit Katolik (SEKSAMA). Kue pasar yang sama diperebutkan oleh sesama penerbit dan toko Katolik yang juga tak sekadar ingin bertahan untuk hidup (survive) di tengah ‘migrasi’ penduduk dunia dari era cetak ke era digital.

Maka, merayakan 70 tahun berdirinya ini, selain mengucap syukur atas provindentia Dei (penyelenggaraan Ilahi) yang telah dialami OBOR, seperti disinyalir di atas, di depan mata sedang terjadi perubahan luar biasa dahsyatnya. Menerpa semua lini kehidupan.

Bersyukur pula bahwa telah terjadi transisi kepempimpinan di OBOR pada saat dan waktu yang tepat. Di bawah kepemimpinan yang baru, tampaknya OBOR tak akan mengalami kesulitan karena semua ‘perangkat keras’ dan ‘perangkat lunak’ telah dipersiapkan oleh pemimpin sebelumnya. Kendati demikian, kita berharap, lembaga milik Gereja Katolik Indonesia ini, tak boleh terlena sedikit pun. Bersama lembaga-lembaga Katolik yang lain, harus pandai membaca tanda-tanda zaman.

HIDUP NO.36 2019, 8 September 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here