PERSOALAN DAN PELAYANAN EKSORSISME BELUM MENDAPAT PERHATIAN SERIUS DARI GEREJA KATOLIK DI INDONESIA

1116
Konferensi Nasional Eksorsisme di Qubu Resort, Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat, 20/9/2019. (HIDUP/Yanuari Marwanto)
4/5 - (5 votes)

HIDUPKATOLIK.com – PERSOALAN dan pelayanan pengusiran setan (eksorsisme) serta pembebasan diri (deliverence) dari kuasa kegelapan belum mendapat perhatian serius dari Gereja Katolik di Indonesia. Salah satu indikatornya adalah informasi atau materi soal itu belum diajarkan di hampir seluruh sekolah tinggi filsafat dan teologi (STFT) di Indonesia. “Atau mungkin  sekarang ada tapi porsinya sedikit,” ungkap Pastor Yohanes Chris Purba SJ, pada hari pertama Konferensi Nasional Eksorsisme, di Gereja Katedral St Yosep, Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis, 19/9/2019.

Pendapat tersebut diamini oleh Pastor Petrus Maria Handoko CM dan Pastor Alex Jebadu SVD. Karena alasan itulah, mereka menghadiri konferensi eksorsisme ini untuk menimba pengetahuan tentang hal tersebut. “Sebetulnya, banyak umat yang mengirim pertanyaan kepada saya soal ini (eksorsisme). Namun, karena tak punya pengetahuan dan pengalaman mendalam tentang eksorsisme, saya belum berani menjawab pertanyaan mereka,” ujar Romo Handoko, panggilannya.

Menurut Romo Chris, satu-satunya perguruan tinggi Katolik yang saat ini sudah membahas soal eksorsisme dan demonologi adalah Sekolah Tinggi Teologi Pastor Bonus, Pontianak, Kalimantan Barat. Padahal, kuasa kegelapan sungguh nyata dialami oleh umat dari berbagai wilayah.

Umat juga mengharapkan  bantun dari para imam untuk mengatasi persoalan yang mereka hadapi. “Namun, sering kali, kami (para imam) gugup dan gelagapan berhadapan dengan ini karena memang tak mendapat pengetahuan dan pendampingan soal itu (selama berada di lembaga pendidikan),” ungkap Romo Chris, mengakui.

Dengan Konferensi Eksorsisme ini, Romo Chris berharap, dapat memberi pencerahan bagi para pastor, pemimpin umat, dan para tenaga pastoral lain . Maka, tak pelak, Romo Chris berharap banyak imam mengikuti Konferensi Eksorsisme.

Dalam kenyataannya, jumlah imam yang datang tak lebih dari separuh target awal. “Padahal, kami hanya meminta mereka (para imam) untuk membayar secara sukarela. Kalau pun mereka tak mampu membayar, banyak umat yang mau membantu. Sebab, umat tahu, pelayanan tersebut amat penting bagi mereka,” tandas Romo Chris.

Yanuari Marwanto

Ralat:

Sebelumnya redaksi menulis “…Menurut Romo Chris, satu-satunya perguruan tinggi Katolik yang saat ini sudah membahas soal eksorsisme dan demonologi adalah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pamane Talino, Landak, Kalimantan Barat.” Redaksi meminta maaf untuk kekeliruan ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here