Membentuk Calon Pemimpin

221
Tarian kolosal Meti Kei menandai pembukaan pameran pendidikan Kolese Kanisius ke-19 di Menteng, Jakarta Pusat, 14-15/9/2019.
[HIDUP/Hermina Wulohering]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – “Jatuh bangunnya sebuah bangsa tergantung pada pendidikan generasi mudanya saat ini.”

Berbusana daerah dari Papua, Batak, Bali, Dayak, dan Flores, lebih dari 250 siswa SMA Kolese Kanisius Menteng, Jakarta Pusat, membawakan tarian Meti Kei dari Maluku. Tarian kolosal ini menandai pembukaan pameran pendidikan Kolese Kanisius ke-19 atau The 19th Canisius Education Fair, Sabtu, 14/9.

Canisius Education Fair merupakan program rutin tahunan SMA Kolese Kanisius sejak tahun 2000. Pihak sekolah mengundang berbagai institusi pendidikan tinggi dari dalam dan luar negeri untuk diperkenalkan kepada para siswa. Uniknya, dalam setiap pesta pendidikan yang digelar, SMA Kolese Kanisius selalu menyelipkan nilai budaya dengan menampilkan beberapa budaya Nusantara.

Kepala SMA Kolese Kanisius, Romo Eduard C. Ratu Dopo SJ mengatakan, tahun ini ada sembilan etnis yang ditampilkan. “Dari awal kami mulai dengan tarian kecak, dan berbagai tarian daerah lain lalu ditutup dengan tarian kolosal Meti Kei sebagai wujud kecintaan kita pada bangsa dan negara. Sebaik apapun pendidikan, para Kanisian harus mencintai akar budayanya,” kata imam yang hari itu mengenakan busana adat Bali.

Tahun ini, Canisius Education Fair menghadirkan 70 perguruan tinggi berakreditasi baik dan institusi pendidikan berkualitas dari dalam dan luar negeri, serta perwakilan dari sedikitnya 10 kedutaan negara sahabat. Namun, informasi mengenai perguruan tinggi, kata Romo Edu, bisa diperoleh dalam edufair lain. “Yang membedakan, kami menggunakan momen ini dalam bingkai informasi serta formatif,” ujarnya.

Mengusung tema Be the Visionary Leaders, Kanisius berupaya mendidik para calon pemimpin. Romo Edu mengatakan Kolese Kanisius adalah rumah di mana para pemimpin yang melayani dibentuk. “Kami ingin anak-anak, terutama kelas X sadar bahwa Kanisius adalah a home where servant leaders are made,” ujarnya.

Kolese Kanisius juga ingin membentuk siswa yang memiliki semangat competence, compassion, conscience, commitment (kepintaran, kepedulian terhadap sesama, hati nurani, dan komitmen). Romo Edu menjelaskan, siswa harus mempunyai wawasan kebangsaan dan bisa bersyukur atas keberagaman kekayaan bangsa Indonesia.

Waktu pendirian Kolese Kanisius yang hanya berjarak satu tahun dari Sumpah Pemuda, kata Romo Edu, membuat sekolah khusus putra ini tak hanya memiliki misi agamis tetapi lebih pada humanis. “Jatuh bangunnya sebuah bangsa tergantung pada pendidikan generasi mudanya saat ini. Sehingga tema Be the Visionary Leaders ini terkait dengan misi mempersiapkan kader-kader pemimpin masa depan yang mempunya visi. Kami ingin membangun bangsa ini lebih bermartabat,” tutur Romo Edu saat ditemui di Sport Hall SMA Kanisius jelang seminar pendidikan.

Selain pameran, Canisius Education Fair juga menyelenggarakan seminar pendidikan, presentasi perguruan tinggi dan jurusan, serta presentasi program pendidikan dan beasiswa dari beberapa kedutaan. Ini dimaksudkan untuk mempersiapkan gerak langkah para Kanisian agar bisa mengikuti gerak roda budaya lokal, nasional, dan global.

Salah satu orang tua siswa kelas XII, mengapresiasi Canisius Education Fair. “Kami bisa membantu anak kami menentukan langkah selanjutnya, mau ke mana setelah lulus,” kata Christine yang datang bersama suaminya.

Hermina Wulohering

HIDUP NO.39 2019, 29 September 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here