Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Berela Kumetiran, Yogyakarta : Gerakan Receh di Pesta Berlian

778
Petugas sedang mengusung salah satu gunungan botol celengan persembahan umat.
[HIDUP/H. Bambang S]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Menghargai hal sederhana dan cenderung terabaikan menjadi kunci perayaan ulang tahun ke-75 Paroki Kumetiran.

Memasuki usia ke-75 tahun, Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran, Yogyakarta melakukan gerakan Berbagi-Peduli-Perhatian. Salah satunya, mengumpulkan uang receh atau Gerakan Receh, disingkat Gereh. Keseluruhan uang receh yang terkumpul akan disumbangkan untuk mereka yang lebih membutuhkan.

Ketua Bidang Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Ultah Berlian Paroki Kumetiran, Agustinus Agung Prasetyo menjelaskan, sejak April 2019 lalu semua umat lingkungan diminta menabung uang koin ke dalam botol plastik bekas minuman. Ada yang “nyelengi” di botol plastik kemasan ukuran 600 ml senilai Rp 100, Rp 200, Rp 500, dan Rp 1.000.

Setelah lima bulan umat menabung uang “kricik”, awal Agustus lalu semua tabungan dikumpulkan di gereja untuk disusun menjadi gunungan. “Ada lingkungan yang hanya ngumpulkan 10 botol, tapi ada juga yang 30 botol. Total dari 61 lingkungan terkumpul 1250 botol,” tutur Agung.

Botol-botol itu disusun menjadi gunungan, dinamai Gunungan Botol Celengan (Guntoleng), yang merupakan satu dari tiga tanda gerakan di paroki ini. Pada perayaan Ekaristi HUT ke-75 atau pesta berlian ini, Guntoleng diberkati Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko.

Mgr Rubiyatmoko mengaku tertarik dengan ide ini. “Kita semua diajak untuk berbagi berkah sacara nyata, peduli, dan perhatian dalam masya rakat yang multikultural. Kita mencoba mewujutkan kepedulian, melalui gerakan receh,” ujar Mgr Rubiyatmoko dalam homilinya pada pera yaan hari Minggu, 18/8.

Pastor Paroki Kumetiran, Yohanes Dwi Harsanto memperkirakan, berat Guntoleng hampir satu ton. “Uang receh selama ini kita abaikan. Kalau dari tiap lingkungan terkumpul uang receh senilai Rp 1 juta saja, berarti dari 61 lingkungan keseluruhan minimal terkumpul Rp 60 juta. Jadi, jangan remehkan hal-hal kecil. Kalau dikumpulkan hari demi hari, nilai nominal yang kecil menjadi dasyat,” tutur Romo Santo, sapaan Pastor Yohanes Dwi Harsanto.

Di paroki ini akan menyusul Gerakan Beras (Geber). Setiap kepala keluarga diminta mengumpulkan uang setara dengan 2,5 kilogram beras. “Kalau harga beras Rp 12 ribu per kg, berarti mengumpulkan uang Rp 30 ribu per bulan,” jelas Agung. Juga akan ada Gerakan Material (Gemari). Umat diminta mengumpulkan pasir, semen, dan material lainnya untuk renovasi rumah dan jambanisasi bagi warga sekitar gereja yang tidak layak huni.

Semua gerakan ini nantinya tidak hanya membantu umat Kumetiran saja. ”Kami berharap Paroki Kumetiran menjadi berlian yang sinarnya berkilau. Semangat berlian peduli ini akan terus tumbuh seiring dengan habitus baru umat paroki ini,” tekad Dewan Paroki Kumetiran, Antonius Joko Tirtono.

Uskup Rubiyatmoko berharap, semua gerakan ini tidak berhenti hanya di sini namun menjadi gerakan berkelanjutan sebagai upaya berbagi berkat bagi orang lain di tengah masyarakat yang multikultural.

H. Bambang S (Yogyakarta)

HIDUP NO.35 2019, 1 September 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here