Soal Nuklir, Paus Bergeming

74
Paus Fransiskus menaruh bunga saat berkunjung ke Hiroshima Peace Memorial Park di Hiroshima, Jepang barat, Minggu, 24 November 2019.
[Vaticannews.com]
Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus tetap pada pendiriannya, kepemilikan nuklir akan menjadi hambatan perdamaian dunia.

Di Hiroshima, Minggu, 24/11/2019, Paus Fransiskus mendengarkan kisah pilu Yoshiko Kajimoto dalam rangkaian Kunjungan Apostoliknya ke negeri para Samurai. Saat itu, Yoshiko berusia 14 tahun ketika Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dalam Perang Dunia II. Ia berada pada radius dua kilometer dari pusat ledakan. Segera ia pingsan setelah melihat “cahaya biru” melalui jendela pabrik tempat ia bekerja. Seluruh gedung runtuh.

Ketika ia membuka mata, pemandangan mengerikan terhampar. Ada orang-orang berjalan berdampingan seperti hantu, mereka yang seluruh tubuhnya terbakar sehingga tidak bisa dibedakan lagi antara pria dan wanita. Rambut mereka berdiri di ujung, wajah mereka bengkak menjadi dua kali lipat, bibir mereka tergerai, dengan kedua tangan diulurkan dengan kulit terbakar yang menggantung. “Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa membayangkan pemandangan neraka seperti itu,” tutur Yoshiko kepada Bapa Suci. Dengan melihat asap putih di seluruh wilayah itu, Hiroshima telah menjadi krematorium. “Untuk waktu yang lama, saya tidak bisa menghilangkan bau orang-orang yang dikremasi dari tubuh dan pakaian saya,” akunya.

Kedua orangtua Yoshiko selamat dari ledakan itu, tetapi ayahnya meninggal satu setengah tahun kemudian, karena paparan radiasi. Ibunya meninggal 20 tahun kemudian, karena efek bom itu. Pada tahun 1999, ia menghilangkan sebagian besar perutnya karena kanker. Hari ini, di usia 88 tahun, ia masih menderita kanker. Ia menegaskan, “Sebagian besar teman saya meninggal karena kanker. Saya bekerja keras untuk memberikan kesaksian bahwa kita tidak boleh menggunakan bom atom yang begitu mengerikan lagi atau membiarkan siapa pun di dunia menanggung penderitaan seperti itu.”

Ujaran ini meluncur tepat sebelum Doa Perdamaian yang akan diucapkan Paus di Taman Peringatan Perdamaian Hiroshima. Tempat ini menandai tepat seperti yang dikatakan pemimpin tertinggi Vatikan ini seperti dilansir www.cruxnow.com, 24/11, “Begitu banyak mimpi dan harapan menghilang, hanya meninggalkan bayangan dan keheningan. Dalam sekejap, semuanya dilahap oleh lubang hitam kehancuran dan kematian.”

Setelah mendengar cerita Yoshiko, mudah untuk memahami ucapan Paus Fransiskus yang mengatakan bahwa ia merasakan sebuah “mandat” untuk datang ke tempat ini sebagai seorang peziarah yang damai dan berdiri dalam keheningan untuk mendoakan kembali para korban yang tidak bersalah dari kekerasan semacam itu. Sementara pada saat yang sama, ia membawa dalam hatinya doa orang-orang yang hari ini merindukan perdamaian dan mendedikasikan hidup mereka untuk mencapainya dengan membawa dalam dirinya sendiri tangisan orang miskin yang merupakan korban kebencian dan perang yang paling tak berdaya. Di tempat ini, Bapa Suci ingin memberi penghormatan kepada semua korban atas ketegaran mereka yang selamat dari ledakan itu, tetapi selama bertahun-tahun menanggung dalam tubuh mereka penderitaan yang luar biasa.

Mengumandangkan pesannya dari hari sebelumnya, Paus mengatakan bahwa penggunaan bom atom untuk tujuan perang adalah kejahatan tidak hanya terhadap martabat manusia tetapi juga planet ini, dan tindakan itu tidak bermoral, sama seperti memiliki senjata nuklir. “Tanggapan saya masih sama seperti yang saya katakan dua tahun lalu. Bagaimana damai akan terjadi jika setiap negara takut akan kepemilikan nuklir dari negara lain?” ujar Paus.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.48 2019, 1 Desember 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here