Paroki Yohanes Don Bosco Danau Sunter, Jakarta Utara, Keuskupan Agung Jakarta : Oratorio, Gereja dan Tempat Bermain

448
Pembukaan Oratorio Don Bosco disambut meriah oleh anak-anak Paroki St Yohanes Don Bosco Danau Sunter, Jakarta Utara, 12/5.
[Dok. Paroki St Yohanes Don Bosco Danau Sunter]
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Secara aktual semangat Don Bosco mencintai kaum muda dimanifestasikan dalam program Paroki Danau Sunter untuk memperhatikan pendidikan anak-anak melalui oratorio.

Pada tahun 1841, Santo Don Bosco membuka Oratorio Santo Fransiskus de Sales sebagai wahana pelayanan kepada kaum muda. Sebelum menetap di Valdocco pada tahun 1845, oratorio itu berpindah-pindah. Oratorio adalah rumah bagi kaum muda untuk berkumpul, bermain, memuji Tuhan dan belajar untuk mempersiapkan hidup.

Saat itu, Don Bosco melihat banyak anak muda yang datang dari kampung ke kota untuk bekerja. Namun akibat tidak memiliki keterampilan, di kota anak muda itu hanya dimanfaatkan dengan tenaga mereka dieksploitasi bahkan dilecehkan. Melihat hal itu, hati nurani Don Bosco terusik. Ia akhirnya pergi ke setiap penjara karena banyak anak muda yang tidak memiliki pekerjaan memutuskan menjadi kriminal. Don Bosco pun mendampingi anak-anak ini lewat oratorio yang ia dirikan.

Jejak semangat orang kudus yang dikenal sebagai sahabat kaum muda ini diteruskan oleh Paroki Yohanes Don Bosco Danau Sunter, Jakarta Utara, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Kepala Paroki Danau Sunter, Romo Andre Delimarta SDB secara mantap mengatakan bahwa paroki yang telah ia layani selama setahun ini sering dijuluki sebagai paroki kaum muda. “Jadi apapun yang OMK rencanakan. OMK aspirasikan, semuanya itu kami tampung, kami layani, kami tanggapi. OMK paroki di sini mendapat dukungan yang besar sekali, bahkan setiap kegiatan mereka, selalu didukung dan didorong agar lebih baik lagi,” ujarnya.

Sebagai pengukuhan pelayanan mereka terhadap kaum muda khususnya anak-anak, paroki ini membuka Oratorio Don Bosco pada 12 Mei 2019. Kaum muda diberikan kebebasan untuk beraktifitas sesuai dengan minatnya. Mereka dapat bermain basket, tenis meja, badminton, catur dan sepak bola. Selain itu, kegiatan cinta lingkungan juga tersedia.

Di samping orang muda, para pastor, frater, dan suster juga dilibatkan dalam oratorio. Oratorio adalah sistem pendidikan khas Don Bosco yang memberikan anak-anak fasilitas untuk bermain dan belajar agar mengurangi kesempatan mereka untuk jatuh dalam dosa.

Semasa hidupnya, Don Bosco bahkan menghendaki agar anak-anak itu mendaraskan tiga kali Salam Maria, memohon agar Bunda Maria membantu mereka untuk menjauhkan diri dari dosa. Ia juga mendorong mereka untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi dan Komuni Kudus sesering mungkin dengan penuh cinta. Hal sama terjadi di Oratorio Don Bosco, tempat ini mengajarkan anak-anak untuk memiliki kesibukan yang bermanfaat.

Niat yang mulia juga acap kali menemui kendala. Pastor Andre mengaku, ia menemui tantangan untuk melayani kaum muda perkotaan. Ia membeberkan, bahwa animo oratorio juga menemui pasang surut. “Jika musim libur, anak-anak datang, jika musim sekolah anak-anak sedikit,” jelasnya.

Hal ini ditandai dengan berkurangnya frekuensi pertemuan yang semula dijadwalkan setiap Sabtu dan Minggu, akhirnya hanya diadakan hari Minggu setelah Misa pukul 08.00 pagi. Disinyalir, para orangtua kadang sulit mengizinkan anaknya bermain ke luar, walaupun didampingi frater dan suster.

Walaupun demikian, Pastor Andre tetap optimis, bahwa oratorio akan menjadi sarana pengenalan pertama kepada anak bahwa ada banyak komunitas di dalam Gereja yang bisa mereka pilih setelah beranjak remaja untuk bertumbuh bersama komunitas Gereja. “Oratorio diharapkan menjadi rumah, Gereja, sekolah, dan tempat bermain,” pungkasnya.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.44 2019, 3 November 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here