Komunitas Lansia Simeon Hanna St. Helena : Dari Main Angklung Hingga Bedah Rumah

690
3/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Meski penampilan tak muda lagi, para lansia yang tergabung dalam Komunitas Simeon Hanna, Curug, Tangerang selalu menggeliat dalam menggereja.

Riuh redam suasana ruang aula gedung Graha Lansia Marfati, Tangerang, Jumat, 13/19/2020. Tidak hanya didominasi oleh para opa dan oma, tapi di sisi kanan gedung itu dihadiri 40 orang anggota Komunitas Lansia Simeon Hanna, yang adalah umat Gereja Santa Helena, Paroki Curug, Tangerang.

Hari itu, Komunitas Lansia Simeon Hanna St. Helena mengunjungi penghuni Graha Marfati, tempat para lansia menghabiskan keseharian mereka. Tentu, para opa dan oma ini tampak gembira dengan ikut menyanyi lagu-lagu rohani yang dipandu seorang master ceremony (MC)
dari Komunitas Lansia Simeon Hanna.

Anggota komunitas ini rata-rata berusia 60 tahun ke atas. Kendati demikian semangat menggereja sangat aktif. Dalam kegiatan yang mereka usung ini, mereka berusaha menghibur dengan acara meriah seperti menyanyi bersama, menari, dan
makan bersama. Suasana suka cita sungguh ada di tengah-tengah panti werdha itu.

Diprakarsai Legioner
Komunitas ini didirikan oleh (Alm.) Fiska Sulistya pada tanggal 6 Juni 2007. Kala itu ia sebagai legioner di Paroki Curug. Ketika itu ia melihat banyaknya anggota legioner di dominiasi lanjut usia. Maka muncul keinginannya, untuk membentuk sebuah perkumpulan.

Pastor Yohanes Surono, OSC, Kepala Paroki Curug saat itu, turut mendukung berdirinya wadah ini dan menghimbau agar para lansia di paroki mengambil andil dalam komunitas.

Awalnya, anggota komunitas hanya terdiri dari belasan orang saja. Selanjutnya bertambah menjadi 20 orang tapi seiring berjalannya waktu, hingga kini anggota lansia yang tergabung dalam komunitas ini telah mencapai angka 250 orang.
Kemudian, para anggota mulai tersebar di sepuluh wilayah paroki. Setiap kegiatannya dikoordinir oleh masing-masing koordinator wilayah.

Berbagai kegiatan pun dilakukan oleh para lansia dalam komunitas lansia ini. Bahkan usia tidak menjadi penghalang untuk mereka tetap aktif di Gereja. Ada pun kegiatan rutin yang dilakukan seperti Misa Natal dan Paskah bersama, doa Rosario, pendalaman Kitab Suci, tahun lalu mereka mencoba membuat bakti sosial, mengunjungi orang sakit serta kegiatan sosial lainnya yang sudah disepakati.

Salah satunya dengan menyelenggarakan kegiatan Graha Lansia Marfatia. Kegiatan rutin seperti ini, bertujuan untuk mengunjungi, menyapa serta menghadirkan sukacita bersama mereka yang
dianggap disisihkan.

Bedah Rumah
Ada satu kegiatan unggulan yang dilakukan para anggota komunitas, yakni bedah rumah. Bedah rumah biasanya disasarkan untuk rumah milik anggota lansia. Maribeth, salah seorang anggota,
sangat bersyukur bisa dibantu dengan kegiatan bedah rumah ini. Baginya, pembedahan rumah ini luar biasanya dampaknya bagi para anggota. Selain menjadi terbantu, kehidupan iman Maribeth semakin bergerak.

Kegiatan bedah rumah selain dari anggaran komunitas, juga mendapat suntikan dan bantuan dari Seksi PSE Paroki Curug. Sebelum melakukan bedah rumah, biasanya ada satu tim yang melakukan survei untuk memastikan apakah rumah milik lansia tersebut benar-benar membutuhkan bantuan atau tidak. Setelah memastikan layak dibantu maka ada tim lainnya turun ke lapangan untuk melakukan bedah rumah milik lansia tersebut.

Bedah rumah, bagi, Teresa Subroto selaku koordinator komunias ini, bukan sekadar membantu para anggota yang berkekurangan tetapi cara ini untuk mengenal satu sama lain. Teresa menyadari bahwa tidak semua lansia mampu secara ekonomi. “Lewat komunitas ini kami saling mengenal satu sama lain. Artinya, masing-masing mengetahui kehidupan perekonominya,” ungkapnya.

Komunitas ini juga membuka bazar. Dengan melakukan penjualan baju di gereja, maka mereka mendapkan pemasukan. Dari pemasukan tersebut dikumpulkan untuk membantu sesama lansia yang mungkin dirawat, memerlukan tambahan dana dari
komunitas ini. Inilah, menurut Teresa, bentuk kepedulian yang ditanamkan kepada seluruh warga lansia.

Teresa menjelaskan, wadah ini juga bertujuan untuk memupuk persaudaraan sejati. Menurutnya, kalau para lansia bertemu biasanya saling bertukar cerita. Misalnya, pengalaman mengasuh cucu,
kurang mendapat perhatian dari anak dan sebagainya. Topik perbincangan para lansia, Teresa mengakui, selalu sama. Akan seputar anak, cucu, dan semua persoalan yang hadapi sebagai para lansia. “Tetapi dengan adanya kumpul bersama lansia seperti ini, kami juga saling meneguhkan iman,” kata Teresa.

Berbelas kasih
Selain itu, adanya rapat mingguan yang biasanya dilakukan setiap hari Rabu. Komunitas yang sekarang berusia 12 tahun kerap kali membuat kegiatan seperti latihan angklung bersama.

Salah satu anggota lainnya, Richard Bambang mengatakan keinginannya bergabung ke komunitas ini ingin melatih anggota lansia musik angklung. Setiap tahun kelompok ini merayakan Imlek di paroki dan biasanya dilakukan dengan sangat meriah. Tahun ini merupakan tahun kedelapan anggota komunitas lansia tampil memukau dengan permainan angklung.

“Bagi saya komunitas ini penting karena kami saling bertemu, sharing, dan di dalam komunitas kami saling menguatkan,” kata Bambang. Baginya semakin bertambahnya usia yang telah lanjut memang dibutuhkan komunitas untuk saling memberi perhatian. Komunitas ini merupakan salah satu komunitas yang saling memberikan dampak positif bagi seluruh anggota. “Aksi seluruh
komunitas yang ada di Paroki Curug selalu mengutamakan ‘compassion’ atau belas kasih. Inilah wujud ajaran yang paling hakiki dari ajaran Kristiani dan komunitas Simeon Hanna menerapkannya. Semoga menjadi inspirasi bagi seluruh umat Katolik umumnya,” tuturnya.

Konradus R. Mangu

HIDUP NO.01 2020, 5 Januari 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here