Peraih Nobel Perdamaian Serukan Budaya Solidaritas

114
Adolfo Pérez Esquivel (Dok. Vatikan News)
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Menanggapi situasi pandemi di Amerika Latin, pemenang Nobel Perdamaian 1980, Adolfo Pérez Esquivel buka suara.

“Kita tidak boleh lupa bahwa masalah orang lain adalah masalah bagi semua orang, maka penting sekali untuk mempromosikan budaya solidaritas dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan,” kata Esquivel dalam sebuah wawancara, seperti dilansir Vatican News, 28/5.

Esquivel menyerukan agar kebijakan sosial dan ekonomi baru diperlukan mengingat banyak orang telah kehilangan pekerjaan yang membuat ketidaksetaraan antara yang kaya dan yang miskin.

Ia mencatat bahwa pandemi telah menyebar ke semua negara di Amerika Latin dengan konsekuensi yang serius. Orang miskin dan mereka yang tinggal di daerah kumuh paling terkena dampak karena banyak yang tidak memiliki akses air bersih, kebersihan lingkungan serta makanan yang layak dikonsumsi.

Menurutnya, sikap sosial, politik dan ekonomi yang biasa sedang mengalami perubahan besar. Di samping itu, pengurungan yang tidak diinginkan bersama telah mengerem percepatan waktu.

“Situasi ini menunjukkan kepada kita perlunya menemukan keseimbangan. Mari kita melihat saat ini sebagai kesempatan untuk bermeditasi, berdoa, merenung dan menjaga kesehatan fisik dan mental,” kata pendiri Servizio Paz y Justicia ini.

Meskipun penyebaran Covid-19 diperlambat oleh tindakan pencegahan kesehatan, Esquivel menyatakan tindakan ini juga memiliki dampak pada kegiatan komersial, budaya, pendidikan dan agama. Terlepas dari solidaritas sosial yang besar dan langkah-langkah pemerintah untuk membantu orang miskin, menurutnya upaya itu tidak cukup.

Mengarahkan pikirannya ke Amazon, Esquivel meminta agar segera diakhirinya kekerasan terhadap penduduk asli dan perusakan lingkungan yang mengakibatkan kehancuran keanekaragaman hayati.

Adolfo Pérez Esquivel, lahir di Buenos Aires, Argentina pada 1931. Tahun 1980, ia berhasil meraih hadiah Nobel Perdamaian. Menggeluti bidang arsitektur dan pematung, ia kemudian diangkat sebagai Profesor Arsitektur. Pada tahun 1974, ia melepaskan karier akademisnya dan mulai mendirikan Servizio Paz y Justicia, sebuah organisasi berbasis Kristen yang berkomitmen untuk membela hak asasi manusia di Amerika Latin.

Herman Bataona,CMF

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here