Mengghosting, Menzombieing, Membenching, Menstashing, … Tuhan? Kok Bisa Gitu Ya?

607
3.7/5 - (3 votes)

HIDUPKATOIK.COM – AKHIR-AKHIR ini saya sering kali mendengar istilah “ghosting” di sosmed. Bahkan teman saya pun menggunakan istilah ini saat curhat di wea dan bilang kita nie seperti dighosting ya bla .. bla … bla. Saya yang ABG (Angkatan Baru mau Gocap) ga paham dengan istilah ini. Sampai seorang anak muda di kantor menjelaskan kepada saya.

Ghosting adalah istilah kekinian ketika seseorang tiba-tiba menghilang tanpa adanya penjelasan apapun. Dibilang menjalin hubungan juga enggak, tidak ada kabar tapi dibilang “putus” juga enggak. Mungkin kalo di zaman saya dulu “ghosting” ini sama kaya “Mr hangman”. Segitu populernya Mr Hangman ini di zamannya, sampai ada lagu ciptaan Melly Goeslaw berjudul “Gantung”.

Ternyata selain istilah ghosting banyak istilah-istilah kekinian yang lagi happening di zaman now ini. Istilah-istilah ini dirangkumkan dalam KBBN (Kamus Besar Bahasa Netizen) di antaranya, haunting, breadcrumbing, zombieing, gatsbying, orbiting, benching, stashing. Dan masih banyak istilah lainnya, yang bikin pusing kepala berbie.

Dari Istilah-istilah unik ini, saya tertarik dengan istilah zombieing, benching dan stashing, selain juga ghosting tentunya. Istilah-istilah ini sangat menarik dan saya jadi berpikir seberapa sering kita pun (paling tidak saya) terkadang melakukan hal yang sama dalam berhubungan dengan Tuhan.

Banyak kali kita mengghosting dan menzombieing Tuhan. Zombieing adalah istilah untuk orang yang sudah memutuskan hubungan namun secara tiba-tiba datang lagi mengirimkan chat. Agak sedikit berbeda dengan ghosting yang terkesan menggantung hubungan, zombieing seperti mau balik setelah ngambek.

Sering kali kita mengghosting Tuhan selama hidup kita. Kita berdoa “seperlunya”, jika tidak ada kepentingan kita lupa doa dan lagi ingat saja kita berdoa. Tetapi saat lagi memerlukan pertolongan Tuhan, lagi butuh sesuatu, lagi ada keinginan yang dicapai, kita akan doa dengan khusuk, bahkan dalam sehari bisa berkali-kali doa, merongrong Tuhan dengan permintaan dan keinginan kita.

Saat doa kita tidak dikabulkan sesuai dengan keinginan kita, mukzijat tidak terjadi dan kita ngambek lalu menuduh Tuhan jahat, Tuhan ga ngertiin aku, Tuhan tidak mengabulkan permintaanku padahal itu penting banget untuk aku.  Terus kita menghilang kaya hantu ga pernah doa lagi. Boro-boro menyapa Tuhan di pagi dan malam hari. Misa online seminggu sekali aja rasanya malas, percuma doa ga dikabulkan juga sama Tuhan.

Sampai suatu saat, timbul masalah yang berat dan kita tidak tahu mau lari ke mana lagi. Kita tiba-tiba muncul lagi seperti zombie. Mulai PDKT lagi sama Tuhan, DM sama Tuhan dengan adorasi pribadi, melakukan doa rosario pasti dikabulkan, dan doa-doa permohonan khusus lainnya.

Untung yang kita ghosting dan zombieing adalah Tuhan yang mahasabar dan mahabaik. Tuhan tidak curcol dan koar-koar di sosmed, kisruh dan viral. Tuhan selalu menerima dan menanti kita kembali dengan penuh kesabaran dan tangan terbuka lebar. Segitu cintanya Tuhan pada kita manusia. Tetapi pernahkah kita memikirkan apakah cinta kita pada Tuhan sebesar Tuhan mencintai kita ?

Benching dan Stashing

Istilah benching ini membuat saya merenungkan apakah saya benar-benar mencintai Tuhan atau saya hanya benching saja. Istilah benching ini artinya kita dekat dengan seseorang namun tidak benar-benar jatuh cinta pada orang itu. Ada lagi satu istilah netizen yang juga menarik yaitu stashing yang diidentifikasikan sebagai istilah saat kita pacaran dengan seseorang tetapi tidak memperkenalkan kepada teman, keluarga ataupun orang-orang lain.

Tanpa disadari kita sering kali dalam situasi benching, kita tidak benar-benar jatuh cinta dengan Tuhan, kita hanya merasa dekat, rajin ke gereja, rajin doa, rajin pelayanan, rajin melakukan banyak kegiatan rohani, ikut pendalaman Alkitab, namun pernahkan kita menanyakan pada diri kita motivasi apa yang mendasari “kerajinan” kita ini.

Motivasi sangat banyak ragamnya dan motivasi ini biasanya yang akan menggerakan tindakan-tindakan kita. Menurut Maslow, dalam teori hierarkinya, paling tidak terdapat dua faktor utama yang menjadikan munculnya suatu motivasi, yaitu faktor pemuas (intrinsic motivation) berasal dari dalam diri individu dan faktor pemelihara (extrinsic motivation) bersumber dari luar.

Mungkin kita perlu menelaah kembali motivasi kita, Apakah untuk kepentingan diri kita sendiri karena kita ingin dipandang sebagai orang yang suci, kudus dan tidak bercela atau karena pelarian dari kehidupan kita yang tidak bisa diselesaikan (unfinished business) atau kita memang sungguh-sungguh jatuh cinta pada Tuhan dan mau melakukan semua “kerajinan” ini hanya untuk memuliakan-Nya?

Jika kita benar-benar jatuh cinta dengan Tuhan mengapa kita melakukan “stashing” kepada Tuhan? Kenapa disembunyikan seolah-olah kita malu dengan relasi kita dengan Tuhan. Kita perlu mempertanyakan kenapa kita tidak berani mewartakan kisah kasih kita dengan Tuhan, mengapa kita tidak ingin orang lain mengetahui kisah kasih kita dengan Tuhan.

Saya membayangkan jika saya diperlakukan seperti itu oleh seorang pria tentunya saya akan terluka, saya akan sedih karena relasi yang disembunyikan seperti ini adalah relasi yang tidak jelas seperti selingkuhan saja. Saat kita mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh, kita tentunya tidak akan malu untuk memperkenalkan pada dunia ….. ini kekasih hatiku.

M.F. Fenny S, Kontributor, Alumni KPKS Tangerang, Penulis Buku “Bejana Kasih – Life Changing”

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here