Regina Pacis Surakarta: Teruji dan Terpuji dari Masa ke Masa, Tak Hanya Membangun Pendidikan

1120
Gedung sekolah tahun 1951 (Foto: Yayasan Pendidikan Ursulin)
4.4/5 - (8 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – PENDIDIKAN merupakan sarana untuk mengajarkan kebaikan, cinta kasih, dan pembangunan karakter. Ketiga keinginan mulia tersebut membawa karya Ursulin hingga menjangkau Indonesia.

Berawal dari kedatangan tujuh suster Ursulin di Batavia pada tanggal 7 Februari 1856 yang dipimpin oleh Suster Ursule Marie Mertens, upaya yang awalnya diusulkan oleh Mgr. Petrus Maria Vrancken menemukan titik mulainya. Mgr. Vrancken prihatin dengan kondisi pendidikan di Batavia yang kurang terselenggara dengan maksimal. Ia teringat pada para suster Ursulin di Sittard, Belanda yang telah berhasil mengembangkan karya di dunia pendidikan dan berharap mereka berkenan membuka lembaga pendidikan di Batavia. Bermula dari dibelinya bangunan besar di Jalan Noordwijk nomor 29 seharga 30.000 gulden, karya pendidikan suster Ursulin yang diinspirasi oleh nilai-nilai keteladanan dari Santa Angela kemudian berkembang hingga mencapai 33 wilayah yang salah satunya adalah SMA Regina Pacis Surakarta, Solo.

Mgr. Albertus Soegijapranata memiliki peran dalam fase awal karya pendidikan Ursulin di Jawa Tengah. Ketika itu,  ia mengajak para suster berkarya di Semarang. Ajakan tersebut ditanggapi Suster Judith Min, OSU dengan memilih Surakarta sebagai lahan karya setelah Klaten dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki potensi besar bagi berkembangnya komunitas Ursulin. Berbeda dengan Semarang yang dirasa telah cukup banyak karya pendidikan Katolik, Surakarta adalah daerah baru dengan tantangan yang ada untuk dihadapi.

Membangun Karya Pendidikan

Berlokasi di Jalan L.U. Adisucipto 45, Surakarta, SMA Regina Pacis didirikan pada tanggal 17 Juli 1951. Di era tersebut nama Regina Pacis belum disandang, melainkan SMA Kanisius Bagian Puteri yang berada dibawah naungan Yayasan Kanisius dan berpusat di Semarang. Di waktu tersebut terdapat tiga sekolah yang berkaitan yakni SMA Kanisius Bagian Puteri, SMA Kanisius Bagian Putera, dan SMA Kanisius Bagian Petang.

Pada tahun 1968 berdasarkan Surat Keputusan Menteri P & K, ketiga sekolah tersebut dinyatakan dapat berdiri sendiri dengan masing-masing dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Lahan yang saat ini ditempati oleh SMA Regina Pacis Surakarta dahulunya masih merupakan daerah yang jauh dari kata ramai. Lahan sawah masih mendominasi di sekeliling area SMA.

Perubahan terjadi akhir tahun 1971 saat Surat Menteri P & K nomor 30970/D/4/71 menyatakan bahwa nama sekolah beralih menjadi SMA Regina Pacis Bersubsidi Surakarta dengan pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Winayabhakti, sebelum kemudian bernama tetap SMA Regina Pacis Surakarta. Penggunaan nama “Bersubsidi” tidak terlepas dari upaya Sr.  Odilia, OSU yang beberapa kali mengajukan subsidi ke Depdikbud (Semarang) dan berbuah hasil. Sekolah yang dikenal masyarakat Solo dengan nama SMA Ursulin ini secara bertahap mengembangkan karya pendidikannya. Hal ini dapat dilihat dari isi kronik yang berisi tulisan para suster di biara yang membahas kronologi peristiwa antarperiode waktu.

SMA Regina Pacis Surakarta mengadakan konser musik bertemakan Sounds of the Jorney, 26 Januari 2019 (Foto: Yayasan Pendidikan Ursulin)

Dalam upaya meningkatkan sarana pendukung proses pembelajaran, SMA Regina Pacis Surakarta melakukan pembangunan fisik dan melengkapi infrastruktur penunjang. Dalam dagboek yang ditulis oleh para suster Ursulin ditemukan catatan peristiwa seperti pembuatan ruang kesenian (1975), pembelian mesin tik untuk kepentingan mata pelajaran dan ekstrakurikuler (1976), pemasangan interkom (1982), hingga penambahan area ruang perpustakaan (1983). Jumlah kelas yang dimiliki pun bertambah dari masa ke masa. Dari yang semula 9 kelas kemudian berkembang menjadi 15 kelas (1979), 18 kelas (1987), 24 kelas (1994), 27 kelas (2007), hingga 30 kelas yang masih dapat dijumpai di tahun ajaran 2020/2021 kemarin. Jumlah peserta didik di sekolah yang identik dengan seragam putih hijau ini pernah menembus angka 1.015 siswa pada tahun ajaran 2016/2017 dengan rincian 329 siswa kelas X, 356 siswa kelas XI, dan 330 siswa kelas XII. Banyaknya siswa tersebut menunjukkan betapa tingginya antusiasme orangtua siswa untuk mendaftarkan putra-putrinya ke SMA ini sekaligus memperlihatkan besarnya kepercayaan masyarakat yang disematkan pada sekolah yang dikenal sebagai langganan juara kompetisi Honda Developmental Basketball League (DBL) Central Java Series – South Region ini.

Sekolah ini memiliki tiga jurusan yakni IPA, IPS, Bahasa. Adanya ketiga rumpun ilmu pengetahuan tersebut memberikan pilihan kepada siswa terhadap kelas yang diminati mengingat ilmu eksak, ilmu sosial, dan ilmu bahasa berperan penting dalam dunia pendidikan dan jenjang karier di lingkup global.

Di samping itu, dengan adanya asrama Ursulin yang disediakan bagi para siswi juga menghadirkan sisi lain dari SMA yang pernah meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata ini. Asrama putri Ursulin menjadi tempat tinggal dan bertumbuh yang positif bagi siswa putri yang berasal dari luar kota atau luar pulau. Hal ini tidak mengherankan sebab banyak peserta didik adalah perantau. Di asrama tersebut selain diajarkan tentang aspek kemandirian, mereka juga dididik mengenai kedisiplinan dengan adanya peraturan yang ditegakkan, serta diajak bertumbuh dalam iman rohani dengan adanya kegiatan kerohanian yang dilaksanakan secara rutin.

Peduli Lingkungan dan Sesama

SMA Regina Pacis Surakarta dikenal sebagai sekolah yang lekat dengan warna hijau. Selain hijau menjadi bagian dari warna seragam sekolah siswa dan warna yang mendominasi seluruh unsur bangunan sekolah, banyaknya tanaman di area sekolah membuat nuansa hijau benar-benar terasa hidup. Kedekatan sekolah dengan warna hijau tidak terbatas pada apa yang mudah terlihat dari luar saja. Sekolah ini mendidik para siswa agar mencintai lingkungan seperti halnya mencintai diri sendiri.

Dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kota Surakarta di tahun 2011, para siswa turut mengisi Solo Carnival dengan mengampanyekan ekologi sawah. Tenggok berisi hasil panen seperti padi, pohong, dan pisang dibawa dalam arak-arakan di sepanjang Jalan Slamet Riyadi guna menyampaikan pesan kepada publik tentang pentingnya menjaga keharmonisan lingkungan dan pelestarian ekosistem yang seimbang. Pada tahun yang sama, siswa kelas X dan XI terlibat dalam kegiatan Green Reforestation bertajuk Solo Hijaukan Merapi. Bersama dengan siswa-siswa dari sekolah lain, mereka menanam 1000 pohon pinus di lereng Merapi untuk menghijaukan kembali lahan kritis yang rusak akibat erupsi. Setiap tahunnya sekolah juga mengadakan gerakan mencabut paku dari pohon yang berada di lingkungan sekitar SMA. Hal ini tidak terlepas dari kian maraknya baliho atau selebaran yang ditempel di pohon menggunakan paku. Tindakan tersebut tidak hanya melukai pohon namun juga berpotensi menghambat lancarnya pertumbuhan tanaman tersebut.

Di area dalam sekolah sendiri, sekolah rutin mengadakan peringatan Hari Bumi dengan gerakan Zero Waste. Di hari tersebut siswa wajib membawa tempat makan dan minum sendiri sebagai wadah bekal dari rumah maupun saat hendak jajan di kantin. Usaha menyadarkan siswa mengenai bahaya sampah plastik ditunjukkan melalui gerakan hari tanpa sampah. Potret persahabatan dengan sampah atau barang bekas juga tampak jelas saat sekolah mengadakan konser musik bertema Sounds of The Journey pada tanggal 26 Januari 2019. Akhir konser ditandai dengan aksi musik kontemporer di mana para siswa memainkan musik yang indah berbekal barang non instrumen musik konvensional seperti galon bekas, botol minuman, wadah makanan, batok kelapa, dan bola plastik bekas.

Perihal kepedulian terhadap sesama, sekolah menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk merangsang sikap mau peduli dari masing-masing individu. Misalnya adalah kegiatan donor darah yang rutin diadakan setiap tiga bulan sekali. Bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia Cabang Surakarta, sikap sosial mau berbagi ditumbuhkan melalui kesadaran diri untuk berbagi sekantong darah. Kegiatan bakti sosial kepada warga yang tinggal di dekat sekolah setiap momentum Natal dan masyarakat di sekitar Susteran Ursulin Baturetno di mana siswa menjadi motor utamanya turut memupuk bertambah suburnya jiwa sosial dan kepedulian.

Gedung tahun 2021 (Foto: HIDUP/Karina Chrisyantika)

Bagi sekolah yang berslogan menjadi pribadi yang humanis dan berwawasan global ini, konsep pendidikan yang holistik diwujudkan dalam pendampingan belajar yang menyentuh sisi akademis, karakter, dan bekal masa depan. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan seperti Kelas Inspirasi, Pengenalan Studi Lanjut, Edu Fair, Ursulin Week, Sex Education, Character Building, Kemah Pengakraban, Latihan Dasar Kepemimpinan, dan Pesta Rakyat berperan besar dalam membentuk kepribadian siswa. Tidak hanya berguna bagi siswa selama berstatus sebagai pelajar SMA saja, melainkan nilai-nilai filosofinya diyakini akan tetap melekat terbawa hingga di jenjang kehidupan berikutnya.

SMA Regina Pacis Surakarta telah tujuh dekade melintasi waktu dalam karya pendidikan. Banyak pencapaian yang telah diraih dan banyak alumnus pula yang telah tersebar ke seluruh penjuru dunia dengan menggenggam semangat Serviam dalam dirinya. Melewati masa ke masa, SMA ini telah teruji dan terpuji dalam berbagai ranah kehidupan.
Christianto Dedy SetyawanHIDUP, Edisi No. 28, Tahun ke-75, Minggu, 11 Juli 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here