125 Tahun Katedral Bogor: Kehadiran yang Kian Bermakna

186
Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM (Foto: Komsos BMV)
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – RANGKAIAN perayaan 125 tahun Gereja Beatae Mariae Virginis Katedral Bogor sudah dimulai sejak beberapa waktu lalu. Kendati diawali dengan pembukaan yang sangat sederhana, karena wabah Covid-19, rangkaian perayaan hingga puncaknya nanti di bulan Desember diharapkan dapat menggairahkan kembali semangat dan iman umat Paroki Katedral khususnya, dan tentu saja umat Keuskupan Bogor. Kita tahu bahwa, setiap katedral mempunyai kedudukan yang khusus dalam sebuah keuskupan. Ia merupakan gereja utama di dalam satu wilayah keuskupan/keuskupan agung. Di dalam katedral ada catedra alias takhta uskup yang sedang menggembalakan (baca: memegang otoritas) umat sekeuskupan. Catedra itu hanya ada di katedral yang bersangkutan.

Melihat historisitasnya, Katedral ini tidak ujug-ujug (tiba-tiba) menjadi seperti seperti sekarang. Gereja ini lahir dari perjuangan keras dua misionaris Belanda pada zaman penjajahan Kolonial Belanda. Awalnya gereja dipakai secara bersama, baik oleh umat Protestan maupun Katolik berupa gereja oikumenis. Dalam perjalanannya, gereja ini diperuntukkan untuk umat Katolik hingga saat ini. Gereja ini hanya sepelemparan batu dari Istana Bogor. Letaknya yang strategis di jantung Kota Bogor membuat gereja ini menjadi salah satu kebanggaan (masuk dalam daftar cagar budaya) Kota Bogor, Jawa Barat dan Indonesia.

Lebih dari hal ini, pertumbuhan Gereja di kawasan Jawa Barat ini tentu saja pantas disyukuri. Bermula dari Sukabumi, secara perlahan Gereja terus bertumbuh dan berkembang dari era kepemimpinan Mgr. P.N.J. Geise, OFM hingga era Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM sekarang ini. Jumlah paroki terus bertambah, kelompok kategorial juga bertumbuh. Urbanisasi tak hanya menyasar Provinsi DKI Jakarta, tetapi juga kawasan Jawa Barat yang masuk dalam wilayah Keuskupan Bogor. Hal itu juga mempengaruhi laju perkembangan umat di keuskupan ini.

Sebagai gereja utama keuskupan, Katedral Bogor menjadi simbol kehadiran Gereja. Gereja yang terbuka, inklusif, berbela rasa dengan sesama warga setempat. Maka, selain mensyukuri usia yang sudah lebih seratus tahun ini, umat Katedral Bogor dipanggil untuk semakin menampakkan wajah Gereja sebagaimana kawanan kecil ini diutus dan hadir di sini dalam suka dan duka, dalam kecemasan  harapan.

Bagaimana memaknainya ke dalam diri umat setempat, ini pun menjadi hal yang urgen direfleksikan. Rangkaian acara yang telah dirancang oleh panitia diharapkan menjadi momen-momen penting melihat makna tersebut. Tak hanya untuk umat dewasa, tetapi juga anak-anak dan orang muda. Di masa digital ini, peran orang muda menjadi sangat vital. Kecerdasan mereka dalam bidang digital ini hendaknya dimaksimalkan agar pesan-pesan yang hendak disalurkan kepada semua lapisan umat dapat tersampaikan dengan baik.

Katedral Bogor menjadi salah satu bisu pertumbuhan dan perkembangan umat di kawasan Jawa Barat. Tantangan ke depan adalah bagaimana menjadikan salah satu saksi sejarah ini semakin dicintai dan diminati oleh anak-anak dan orang muda.

HIDUP, No. 34, Tahun ke-75, Minggu, 22 Agustus 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here