Mutiara Kasih Carolus: Punya Disiplin yang Ketat

1380
Pelatihan untuk perawatan bayi di Mutiara Kasih. (Foto: Dok MKC)
5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Lucia Yvonne Siboe, umat Paroki Santo Paskalis, Cempaka Putih, Jakarta Pusat ini merasakan pelayanan yang memuaskan dari tenaga terampil lulusan Mutiara Kasih Carolus (MKC). Lembaga ini mendidik anak-anak muda yang ingin mendedikasikan diri menjadi baby sitter atau caregiver. MKC baru saja, awal September 2021 lalu merayakan hari jadi ke-15. Berikut ini petikan kesaksian Yvonne:


“SAYA pernah ambil peserta Mutiara Kasih (MK) untuk babysitter (pengasuh bayi-anak) sebanyak tiga kali. Ada yang dari Lembata, Sumba, dan Atambua, jadi semuanya dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Pernah juga mengambil caregiver untuk beberapa kerabat. Dulu saya salah satu pengurus di Yayasan Pengembangan Manajemen Kesehatan (YPMK) Perdhaki sekitar tahun 1980-an, jadi kenal baik dengan Ibu Agustin sudah lama. Sebagai pengurus Perdhaki Keuskupan Agung Jaakarta (KAJ), kami harus berkunjung di tiap-tiap unitnya. Salah satunya unit kerjanya Carolus di Cijantung, Jakarta Timur. Sejak itu, saya tahu MK. Awal-awal itu saat membutuhkan babysitter, saya datang langsung ke Cijantung.

Ketika cucu saya yang pertama dan kedua lahir, MK belum ada, jadi mengambil babysitter dari Lembaga lain. Mulai cucu saya ketiga, keempat dan kelima, saya baru menggunakan jasa MK. Kualitas babysitternya sangat jauh bedanya. Babysitter di luar MK tidak punya disiplin ketat. Contoh, babysitter dari MK tidak boleh pegang handphone dari jam pukul 06.00 – 21.00 WIB. Peraturan semacam itu tidak ada ketika saya mengambil babysitter dari tempat lagi.
Dari segi kebersihan juga mereka bagus. Ibu Agustin sangat memonitor para peserta pelatihannya saat bersama user. Beberapa kali mereka diundang untuk pertemuan, mereka jadi ada refreshing bersama.

Yang membuat saya lebih senang adalah babysitter dari MK beragama Katolik. Jadi cucu-cucu saya sejak dini dibimbing untuk berdoa. Seperti membuat tanda salib sebelum makan, membaca doa bersama dan sebagainya. Saya amati betul itu, hampir tiap hari memantau karena mereka datang ke rumah hamper setiap hari. Sampai sekarang, cucu-cucu saya yang berumur 11, 8, dan 6 tahun, sudah bisa mimpin doa sendiri.

Saya itu seringkali mendapatkan berita tentang pengasuh anak yang kasar, sampai memukul dan sebagainya. Sejauh ini melihat cucu-cucu saya didampingi oleh babysitter dari MK, saya tidak ada keluhan. Begitu juga dengan caregiver untuk beberapa kerabat saya.  Hanya ya kalau soal pegang handphone itu, saya pernah ngobrol ke Ibu Agustin dan sudah ia tangani. Kalau ada saran dari user, mereka mau menerima dan memperbaiki.

Sistem pelatihan di MK saya amati sangat baik. MK mencari peserta pelatihan itu sampai pelosok. Saya juga sempat membantu mencarikan peserta di Manggarai. Pelatihan ini saya lihat diperuntukan bagi yang tamatan SMA. Mungkin ada yang kepengen mendapatkan pendidikan tambahan tapi yang tidak terlalu mahal dan singkat.

Mungkin selain juga dilatih untuk menangani bayi atau lansia, ada baiknya MK menambahkan keterampilan seperti fisioterapi seperti pijat bayi, melatih gerakan sederhana untuk lansia dan sebagainya.  Selain itu adanya pengetahuan dasar untuk obat-obatan. Bagi saya hal-hal seperti itu penting, apalagi di masa pandemi ini orang susah mau tatap muka dengan dokter ya, ini menjadi nilai tambah bagi para peserta pelatihan MK.

Saya aktif terkait dalam kegiatan di Departemen Kesehatan. Pada kira-kira 20 tahun yang lalu, dihentikan pendidikan yang dibawahnya perawat yakni penjenang kesehatan. Itu dihilangkan dari pendidikan nakes. Posisi ini mungkin bisa dipakai oleh MK untuk berkembang. Tidak hanya untuk babysitter atau caregiver, namun pendidikan yang lebih lanjut (sekolah penjenang). Selamat berulang tahun, Mutiara Kasih! Sukses!”

Karina Chrisyantia/Felicia Permata Hanggu

HIDUP, Edisi No. 35, Tahun ke-75, Minggu, 29 September 2021

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here