SABAR ALA FRANSISKUS DARI SALES

741
5/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – CUCU saya berusia 2 tahun lebih beberapa bulan. Akhir-akhir ini ia suka mencoba melakukan sendiri banyak hal. Misal menyusun balok atau memasukan lilin mainan ke dalam wadah. Lucunya, bila mencoba 2-3 kali tidak bisa, dia akan menangis dan lari ke ibunya minta gendong. Jadilah ibunya membimbing agar lebih bersabar.

Menjadi sabar, ternyata bukan hanya tantangan bagi anak batita. Menjadi sabar juga dibutuhkan orang dewasa. Karena ternyata, bertambahnya usia tidak otomatis bertumbuhnya kesabaran. Terlebih saat pandemi ini, kesabaran sungguh diuji. Kita masih diminta bersabar untuk tidak keluar rumah bila tidak benar-benar perlu. Menahan diri untuk reuni atau kumpul-kumpul. Intinya disiplin menjalankan prokes agar tetap sehat.

Bahwa manusia perlu  melatih kesabaran juga dijumpai di segala zaman. Buktinya ada kata-kata bijak terkait kesabaran dari Santo Fransiskus dari Sales yang hidup pada abad 16. “Milikilah kesabaran dalam setiap hal, tapi yang paling pertama adalah dengan diri sendiri”. Atau kalimat bijak lainnya “Janganlah terburu-buru. Lakukanlah segala sesuatu dengan tenang dan penuh semangat. Jangan pernah Anda  kehilangan kesabaranmu, bahkan jika seluruh dunia nampak marah kepadamu”.

Fransisikus dari Sales memang banyak menulis wejangan dalam buku-bukunya. Wejangan yang  ditujukan kepada kalangan awam. Sebagai seorang imam, ia sungguh berusaha menumbuhkan iman umat yang dipercayakan kepadanya.  Apalagi ketika itu, Gereja Eropa mengalami perpecahan. Banyak umat katolik tertarik pada ajaran Calvinisme. Sebagai imam, Fransiskus sangat tergugah. Ia ingin dapat menarik kembali anak-anak Tuhan ke pangkuan Gereja. Tak lama setelah ditahbiskan sebagai imam, ia sendiri yang meminta dapat ditugaskan di Kota Chablais, karena di kota ini terdapat mayoritas penganut calvanis.  Ia menulis ajaran- ajaran iman yang benar pada pamflet-pamflet dan menyebarkannya ke seluruh kota.

Selain menulis tentang iman Katolik, Fransiskus juga melakukan Doa Adorasi 40 jam. Sakramen Maha Kudus ditakhtakan dengan doa tanpa henti. Melalui tulisan dan doa ini banyak umat bertobat dan kembali bergabung dalam Gereja Katolik.

Fransiskus mengatakan, “Pada akhirnya, satu-satunya ketentuan yang benar dan yang dapat dipercaya adalah Sabda Tuhan yang diajarkan oleh Gereja Tuhan.”

Fransiskus mengacu kepada Gereja Katolik yang didirikan sendiri oleh Tuhan Yesus, dan bukan oleh sejumlah orang yang memisahkan diri dari Gereja-Nya ini. Berkat ketekunannya dan atas kehendak Allah, dalam waktu singkat sekitar 25.000 orang dari 30.000 orang penduduk Chablais kembali menjadi pengikut Gereja Katolik.

Tahun lalu kita pernah berkenalan dengan St. Ignatius Loyola (1491-1556) dan St. Yohanes Salib (1542-1591). Bila mereka berdua berasal dari Spanyol, maka St. Fransiskus dari Sales (1567 – 1622) berasal dari Perancis. Mereka adalah tiga orang kudus dari banyak orang kudus yang dihadirkan Tuhan pada abad ke-16. Masa-masa Gereja mengalami masa berat karena terjadi perpecahan dalam tubuh Gereja. Dimulai di Jerman oleh Martin Luther pada 1517, lalu bermunculan aliran-aliran baru, salah satunya ajaran Yohanes Calvin pada 1534 di Perancis. Isu perpecahan Gereja inilah yang menjadi perhatian para orang kudus pada abad 16 ini. Di tempat masing-masing mereka berjuang bagaimana mempertahankan dan memperbaiki Gereja.

Fransiskus lahir di Chateau de Sales, Savoy, Perancis pada 21 Agustus 1567. Ia berasal dari keluarga mampu, tidak heran ia memperoleh pendidikan yang baik. Pada usia 25 tahun ia sudah meraih gelar Doktor di bidang Hukum. Tapi ternyata panggilan hatinya adalah menjadi imam, ia ingin berkarya bagi Gereja. Sempat ditentang oleh keluarganya, namun pada 18 Desember 1593 akhirnya ia ditahbiskan sebagai imam.

Tak lama kemudian bersama sepupunya Pater Louis de Sales, ia berangkat jalan kaki menuju Chablais. Mereka banyak menderita dan sering menghadapi bahaya. Namun Tuhan selalu menyertai mereka, sehingga kekuatiran orang tua Fransiskus, bahwa anaknya akan menjadi martir, tidak terjadi.

Setelah bertugas di Chablais, pada 1602 ia diangkat menjadi Uskup Jenewa, Swiss.  Sebagai imam dan uskup, Fransiskus menekankan pentingnya para awam untuk bertumbuh dalam kehidupan spiritual seturut panggilan hidup masing-masing. Dalam panggilan hidup yang berbeda-beda inilah, masing-masing bisa menjadi kudus. Untuk tujuan inilah, Fransiskus banyak menulis ajaran-ajarannya. Sampai sekarang masih ada beberapa buku karyanya yang dapat dibaca dan tetap aktual.

Fransiskus meninggal di Lyon, Perancis dalam usia 55 tahun, hanya selang 3 hari setelah merayakan Natal 1622. Dimakamkan di Basilika de la Visitation, Annecy pada 24 Januari 1623. Tempat ini menjadi tempat ziarah bagi mereka yang menghormati Fransiskus yang telah menerima kanonisasi pada 1665. Gereja memperingati Santo Fransiskus dari Sales setiap tanggal 24 Januari. Ia dipercaya menjadi pelindung bagi para penulis dan wartawan.

Tentu saja selain memberi wejangan tentang kesabaran, Fransiskus memberi banyak wejangan lain. Salah satunya “Ketika Anda mengalami kesulitan dan pergolakan hidup, janganlah berputus asa. Kalahkanlah setiap kesulitan Anda dengan kelembutan dan waktu”.

Wejangan yang rasanya pas buat kita saat ini. Pandemi masih berlanjut dan entah sampai kapan. Masalah-masalah baru mungkin akan terjadi. Bila itu terjadi, kita diminta untuk tidak berputus asa. Tapi juga tidak perlu bereaksi keras. Hadapi dengan kesabaran dan kebaikan. Jangan biarkan tantangan mengerogoti kedamaian kita. Tentu saja, jangan lupa selalu berserah kepada Tuhan.

Fidensius Gunawan, Kontributor, Alumni KPKS Tangerang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here