Minta Doa kepada Orang Meninggal

724
Ilustrasi
Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM Pada suatu kesempatan saya mengikuti ibadat sabda penutupan peti umat Katolik yang meninggal dunia, sehari sebelumnya telah berlangsung Misa Requiem. Pada ibadat sabda tersebut, pemimpin ibadat seorang diakon dalam khotbahnya mengatakan bahwa “Meski Ibu sudah meninggal namun kita masih bisa minta didoakan oleh Ibu, karena Ibu meninggal secara badanih (menurut ilmu kedokteran) namun jiwanya masih ada sehingga kita bisa minta didoakan oleh Ibu”. Mohon pencerahan Pastor Benny tentang pernyataan tersebut, mengapa orang Katolik minta kepada orang meninggal untuk didoakan? (Yes Sugimo, Cilengkrang, Bandung) 

SERASA aneh jika mendengarkan ada ungkapan “kita minta didoakan oleh orang yang meninggal”. Namun, benarlah bahwa ungkapan ini sering dikatakan dalam upacara-upara kematian. Mengapa demikian? Pertama, Gereja meyakini bahwa kehidupan di dunia adalah suatu perziarahan. Gereja percaya bahwa kelak semua manusia akan dibangkitkan oleh Yesus pada akhir zaman. Dengan kata lain, hidup manusia di dunia adalah kehidupan sementara dan kematian bukan menjadi akhir dari hidup orang Kristiani. Sehingga, iman Gereja memahami bahwa kematian adalah cara seorang beriman beralih dari dunia ini untuk menetap pada Tuhan (bdk 2 Kor 5:8). Mereka yang meninggal ini hanya dipisahkan dari tubuhnya yang fana dan kemudian pada hari kebangkitan, manusia akan disatukan kembali dengan tubuhnya (bdk. KGK 1005). Bahkan dalam Prefasi arwah dikatakan: “Bagi umat beriman-Mu, ya Tuhan, hidup hanyalah diubah, bukannya dilenyapkan. Dan sesudah tubuh rumah kami di dunia ini, akan tersedia bagi kami kediaman abadi di surga”.

Pemahaman iman Gereja tentang “saling mendoakan” di antara mereka yang hidup dan mati sebenarnya juga berasal dari keyakinan bahwa semua anggota Gereja membentuk satu kesatuan Tubuh Kristus. Sehingga, mereka yang menjadi bagian dari Kristus, semua orang Kristiani, entah orang yang hidup dan yang mati memiliki relasi. Ini dikuatkan juga dengan apa yang dikatakan oleh Santo Paulus: “Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. Kamu adalah satu Tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (1 Kor 12:26-27). Selain itu, Gereja mempercayai bahwa ada Tiga Status Gereja sebagaimana dijelaskan dalam Katekismus Gereja Katolik bahwa “ada yang masih mengembara di dunia, ada yang telah meninggal dan mengalami penyucian, dan ada pula yang menikmati kemuliaan sambil memandang Allah” (bdk. KGK 954). Ini memberikan penegasan bahwa betapa relasi orang- orang beriman sangat erat. Injil pun, melalui perumpamaan Tuhan Yesus tentang Lazarus dan orang kaya, memberikan gambaran relasi manusia di bumi dan di dunia orang mati. Ketika keduanya meninggal, baik Lazarus dan orang kaya, ada gambaran tentang kehidupan setelah kematian dimana orang kaya meminta Lazarus bisa menyampaikan pesan kepada saudaranya supaya berbuat baik sehingga tidak seperti dia (Bdk. Luk 16:19-31).

Atas dasar tersebut di atas, orang-orang meninggal pun dapat berdoa bagi manusia yang masih hidup. Mereka berdoa bagi yang hidup karena ikatan erat di antara keduanya yang terungkapkan bahwa orang hidup selalu berusaha memperhatikan mereka yang meninggal seperti diungkap oleh Dokumen Konsili Vatikan II Lumen Gentium bahwa “Gereja dengan sangat khidmat merayakan kesenangan mereka yang telah meninggal. Dan ‘karena inilah suatu pikiran yang mursyid dan saleh: mendoakan mereka yang meninggal supaya dilepaskan dari dosa-dosa mereka’(2 Mak 12:45), maka Gereja juga mempersembahkan kurban-kurban silih bagi mereka”(LG 49).

Saling mendoakan antara yang hidup dan yang mati bukan merupakan sesuatu yang aneh karena orang Katolik meyakini persatuan erat di antara semua orang beriman dalam Kristus, entah yang masih di dunia maupun yang sudah meninggal. Persatuan erat ini adalah ungkapan kasih antara semua saudara dalam Kristus sehingga “Persatuan mereka yang sedang dalam perjalanan dengan para saudara yang sudah beristirahat dalam damai Kristus, sama sekali tidak terputus. Bahkan menurut iman Gereja yang abadi diteguhkan karena saling berbagi harta rohani”(LG 49). Inilah yang kemudian juga menjadi pemahaman bagi kita bahwa “Doa kita untuk orang-orang yang sudah meninggal tidak hanya membantu mereka sendiri: Kalau mereka sudah dibantu, doa mereka pun akan berdaya guna bagi kita” (KGK 958).

HIDUP NO.12, 20 Maret 2022

 

Romo Yohanes Benny Suwito Pr 
(Dosen Teologi Institut Teologi Yohanes Maria Vianney, Surabaya)

 

Silakan kirim pertanyaan Anda ke: [email protected] atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here